Upaya pemompaan banjir dan upaya evakuasi warga yang masih tetap tinggi di depan RSU Sultan Agung Semarang Minggu (26/10)(MI/AKHMAD SAFUAN)
SEBANYAK 38.180 jiwa terdampak banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah dan dua warga meninggal dunia akibat tenggelam saat banjir melanda, dikhawatirkan banjir belum akan surut karena intensitas hujan masih tinggi bersamaan terjadi air laut pasang (rob).
Pemantauan Media Indonesia hingga Minggu (26/10) siang banjir setinggi 30-70 centimeter masih merendam sejumlah kawasan di Kota Semarang terutama di Kecamatan Genuk dan Pedurungan, tidak hanya mengganggu aktivitas warga banjir ini juga mengakibatkan terganggunya transportasi di jalur Pantura Semarang-Demak.
Banjir melanda Kota Semarang ini juga berdampak terhadap 38.180 jiwa yakni 4.265 jiwa berasal dari Kecamatan Genuk dan 33.915 jiwa dari Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, bahkan dua warga meninggal tenggelam saat banjir melanda ibukota Jawa Tengah ini dan jenazah keduanya kini berada di RSU Sultan Agung Semarang.
"Betul ada dua warga meninggal dunia akibat tenggelam saat banjir melanda Kota Semarang, kami saat ini berkonsentrasi agar kejadian ini tidak kembali terulang," kata Kepala BPBD Kota Semarang Endro Pudyo Martanto Minggu (26/10).
Menurut Endro Pudyo Martanto korban pertama adalah seorang anak Faisal Azam Saputra, tenggelam di kawasan Jembatan Pertigaan Masjid Gebangsari, Kecamatan Genuk dan Eko Rusianto, warga Panggung Kidul, Semarang Utara tenggelam saat terjatuh membersihkan sampah di kolam retensi Trimulyo dengan menggunakan ban dalam mobil sebagai alat bantu.
Selain mengakibat dua warga meninggal dunia, ungkap Endro Pudyo Martanto, banjir di Kota Semarang ini juga berdampak terhadap 38.180 jiwa yakni 4.265 jiwa berasal dari Kecamatan Genuk dan 33.915 jiwa dari Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang karena hingga kini banjir masih cukup tinggi.
Hal tersebut juga dibenarkan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, sedangkan penyebab banjir terjadi karena sistem drainase tidak mampu menampung debit air, ditambah luapan Sungai Tenggang yang melintas di perkampungan padat penduduk.
"Intensitas hujan masih tinggi juga menjadi banjir sulit untuk surut, maka untuk mengurangi hujan yang mengguyur setiap hari, kami segera lakukan modifikasi cuaca," tutur Abdul Muhari.
Pesawat modifikasi cuaca diterbangkan dari Bandara Ahmad Yani Semarang, ungkap Abdul Muhari, mengangkut 10 ton NaCl dan 2 ton CaO akan ditebar secara berkala di atas wilayah yang dilanda bencana alam tersebut diutamakan di kawasan hulu Sungai Tuntang dan Lusi yang melintas di wilayah Kabupaten Grpbogan.
"Modifikasi cuaca juga difokuskan untuk mengatur hujan agar tidak turun di wilayah Kota Semarang masih kebanjiran, apalagi menurut BMKG hujan masih ayan berlangsung hingga November mendatang," tambahnya. (H-2)


















































