2 Juta Anak Alami Gangguan Mental, Psikolog Sebut Kuncinya di Keluarga

1 week ago 18
2 Juta Anak Alami Gangguan Mental, Psikolog Sebut Kuncinya di Keluarga Ilustrasi(Freepik)

DATA Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak dua juta anak di Indonesia mengalami gangguan mental berdasarkan hasil skrining nasional. Angka tersebut dinilai sangat tinggi dan menjadi peringatan serius bagi keluarga maupun negara dalam mempersiapkan generasi muda yang sehat secara mental.

Psikolog Mira Amir menilai kondisi ini menunjukkan beratnya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama. “PR-nya semakin berat, bagi banyak pihak, keluarga, penyelenggara negara, semuanya. Karena kalau kita bicara anak-anak, berarti kita bicara masa depan,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (30/10). 

Menurut Mira, faktor penyebab gangguan mental pada anak tidak bisa dipandang dari satu sisi saja. Ia menjelaskan, tumbuh kembang anak dipengaruhi sejak awal pembentukan, bahkan sejak masa kehamilan. 

“Manusia itu tumbuh kembangnya dari awal sekali. Jadi kita tidak bisa menunggu sampai anak umur 17 baru dibina. Dari awal, calon orangtua perlu punya kesiapan fisik dan psikis,” katanya.

Ia menambahkan, tingkat stres ibu hamil dan kesiapan pendidikan orangtua sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anak. “Kalau ibu hamil stres, janin itu ikut terpapar hormon kortisol. Lalu pendidikan juga berpengaruh terhadap kemampuan merencanakan kehamilan yang sehat dan matang,” ungkapnya.

Selain faktor psikologis dan pendidikan, aspek gizi juga tak kalah penting. “Gangguan mental itu nggak bisa lepas dari nutrisi. Apa yang dimakan, apa yang dihindari, semua berpengaruh. Gizi yang baik tidak harus mewah, tapi kalau ekonomi minim, makan bergizi pun sulit,” tuturnya. 

Ia menekankan, kondisi ekonomi keluarga yang rentan sering kali menjadi akar dari masalah berantai yang berujung pada gangguan mental anak. Karena itu, Mira menilai ketahanan keluarga menjadi kunci utama. “Anak-anak harus lahir dan tumbuh dari keluarga yang tangguh,  tangguh secara mental, secara nutrisi, dan gizi,” ujarnya.

Namun ia menekankan, tanggung jawab tidak bisa dibebankan hanya pada keluarga. Pemerintah, katanya, juga punya peran strategis dalam memastikan kesejahteraan dasar masyarakat. Program-program nasional harus berdampak pada keluarga, contohnya lapangan pekerjaan yang berimpak pada kemampuan pemenuhan gizi anak karena orangtua memiliki penghasilan.

Ia juga menyoroti pentingnya dukungan fasilitas kesehatan mental yang merata di seluruh Indonesia. Kalau anak sudah terlanjur mengalami gangguan mental, ucap Mira, harus ditangani oleh profesional. Untuk wilayah DKI Jakarta, fasilitasnya sudah lumayan lengkap, namun di daerah persoalan listrik saja masih belum teratasi. Mira menegaskan bahwa penanganan gangguan mental membutuhkan intervensi yang tepat dan berbasis akar masalah.

“Kalau kita gagal di pencegahan, maka penanganan kuratifnya akan jauh lebih mahal,” tukasnya.(M-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |