
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan tenggat waktu kepada Rusia untuk mengakhiri konflik di Ukraina dalam waktu 50 hari. Jika tidak ada kesepakatan tercapai, Trump mengancam akan memberlakukan tarif ekonomi tambahan yang sangat tinggi.
"Kami sangat, sangat tidak puas dengan Rusia," kata Trump saat berbicara kepada wartawan dalam pertemuannya dengan Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte di Gedung Putih pada Senin (14/7).
Trump menyatakan bahwa AS akan menerapkan tarif sekunder sebesar 100%, yang menyasar mitra dagang Rusia yang masih tersisa, jika perundingan damai tidak berhasil dalam batas waktu tersebut.
Dalam pertemuan yang sama, Trump dan Rutte juga mengumumkan kesepakatan besar yang melibatkan pembelian senjata dari Amerika Serikat oleh NATO. Persenjataan, termasuk sistem rudal pertahanan udara Patriot, akan dikirimkan ke Ukraina untuk membantu negara tersebut melawan agresi militer Rusia.
"Peralatan militer senilai miliaran dolar ini akan dibeli dari Amerika Serikat, untuk NATO, dan akan segera dikirim ke garis depan," kata Trump seperti dilansir CNN, Selasa (15/7).
Rutte menambahkan bahwa Ukraina akan menerima sejumlah besar senjata melalui mekanisme kerja sama tersebut.
Sejak memulai masa jabatan keduanya pada Januari, Trump berupaya membangun kembali hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, sebagai bagian dari janji kampanye untuk mengakhiri perang Ukraina hanya dalam waktu 24 jam.
Trump ungkap kekecewaan
Namun, dalam beberapa minggu terakhir, nada Trump terhadap Putin berubah drastis. Dia mengungkapkan kekecewaan mendalam karena alih-alih mengurangi serangan, Rusia justru memperparah invasi yang telah berlangsung selama tiga tahun.
“Saya tidak ingin mengatakan dia seorang pembunuh, tetapi dia orang yang tangguh,” ujar Trump mengenai Putin, menandakan meningkatnya ketegangan di antara keduanya.
Kunjungan Mark Rutte ke Gedung Putih merupakan yang pertama sejak dia menyebut Trump sebagai "ayah" pada KTT NATO di Den Haag bulan lalu, yang memperkuat hubungan personal mereka dalam dinamika aliansi militer tersebut.
Sementara itu, situasi di Ukraina semakin memburuk. Serangan udara Rusia melalui pesawat nirawak dan rudal meningkat tajam dalam beberapa minggu terakhir.
Data dari PBB menunjukkan bahwa jumlah korban sipil yang tewas atau terluka pada bulan Juni mencapai angka tertinggi sejak awal invasi tiga tahun lalu. (Fer/I-1)