Transaksi QRIS di Kepri Melejit, BI Pastikan Ekonomi Tumbuh Konsisten

6 hours ago 6
Transaksi QRIS di Kepri Melejit, BI Pastikan Ekonomi Tumbuh Konsisten Kepala Perwakilan BI Kepri, Rony Widijarto (kanan), saat memaparkan perkembangan ekonomi dan tren digitalisasi sistem pembayaran dalam kegiatan Bincang Bareng Media di Kantor BI Kepri, Batam.(MI/Hendri Kremer)

TRANSAKSI menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terus menunjukkan tren positif. Bank Indonesia (BI) Kepri mencatat volume transaksi QRIS pada Mei 2025 mencapai 23,64 juta atau setara 105,65% dari total transaksi.

Kepala Kantor Perwakilan BI Kepri, Rony Widijarto, mengatakan pertumbuhan tersebut menandakan masyarakat Kepri semakin terbiasa dengan transaksi digital. Hal itu disampaikan dalam acara Bincang Bareng Media (BBM) di Gedung KPw BI Kepri, Batam.

“Tren QRIS sangat positif, baik dari sisi volume, nilai transaksi, jumlah pengguna, hingga merchant. Bahkan transaksi lintas negara juga ikut tumbuh,” katanya, Kamis (10/7).

Secara nominal, nilai transaksi QRIS di Kepri pada Mei 2025 mencapai Rp3,34 triliun, naik 95,73% dibanding periode yang sama tahun lalu. Pada 2024, volume transaksi QRIS tercatat 33,94 juta dengan nilai Rp5,03 triliun, tumbuh 117,34% secara tahunan.

Dia menilai digitalisasi sistem pembayaran berperan besar dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi Kepri. QRIS kini tak hanya digunakan di kota besar, tetapi juga sudah menjangkau warung kecil hingga wilayah pesisir.

“QRIS itu cepat, murah, aman, dan andal. Kini bahkan warung-warung kecil sudah pakai pembayaran digital. Ini mendorong inklusi keuangan yang lebih luas,” ujarnya.

Ia menyebut keberhasilan ini tidak lepas dari peran pemerintah daerah, pelaku usaha, serta lembaga keuangan yang ikut mendorong masyarakat untuk bertransaksi secara non-tunai.

Selain perkembangan QRIS, dia juga mengungkapkan kondisi perbankan di Kepri masih tumbuh positif. Penyaluran kredit terus meningkat, dengan risiko kredit yang terkendali.

Per Mei 2025, pertumbuhan kredit mencapai 10,93 persen dibanding Desember 2024. Rasio kredit bermasalah (NPL) juga turun dari 2,90% menjadi 2,83%. Tiga sektor penyalur kredit terbesar adalah industri pengolahan, logistik, dan perdagangan.

“Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga. Ini menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi daerah,” katanya.

Digitalisasi juga mulai dirasakan masyarakat di wilayah terpencil. Ahui, 25, warga Tarempa, Kabupaten Anambas, mengatakan penggunaan QRIS sudah umum di sana.

“Sekarang tempat makan dan mini market sudah pakai QRIS. Kami makin terbiasa dengan transaksi non-tunai,” katanya. 

Rony menegaskan BI akan terus mendorong edukasi dan sosialisasi sistem pembayaran digital agar semakin banyak masyarakat yang bisa merasakan manfaatnya.

“Kalau semua pihak mendukung, maka digitalisasi keuangan akan semakin kuat dan pertumbuhan ekonomi akan lebih inklusif,” tambahnya. (HK/E-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |