
TRAGEDI memilukan terjadi di kota Pryluky, Ukraina tengah, ketika sebuah drone Rusia menghantam bangunan tempat tinggal pada Kamis (5/6) malam. Kepala pemadam kebakaran yang dipanggil ke lokasi tidak menyangka bahwa puing-puing yang ia datangi untuk menyelamatkan orang lain, justru menyimpan duka terdalam dalam hidupnya.
Lima orang tewas dan sembilan lainnya luka-luka dalam serangan tersebut. Di antara korban tewas yaitu istri sang kepala pemadam, putri mereka yang merupakan seorang polisi, dan cucu laki-lakinya yang masih bayi.
“Tiga generasi. Tidak ada kata-kata yang mampu meredakan rasa sakit ini,” tulis Kepolisian Nasional Ukraina dikutip CNN, Jumat (6/6).
Putrinya, Daryna Shygyda, adalah seorang perwira muda yang bergabung dengan kepolisian pada tahun 2020, saat usianya baru 22 tahun. Dalam pernyataan tersebut, Daryna dikenang sebagai sosok yang kuat, cerah, tulus, adil, dan penuh rasa tanggung jawab.
“Menjadi polisi adalah panggilannya. Ayahnya yang seorang pemadam kebakaran telah menanamkan nilai-nilai kemanusiaan sejak ia kecil. Suaminya, yang juga petugas patroli, selalu mendukung dan mendampinginya dalam tugas,” tulis pihak kepolisian.
Diketahui, Daryna sedang mengunjungi ibunya di rumah keluarga saat serangan terjadi. Kakek dan nenek Daryna, Valentyn dan Lyudmila Lotysh, yang tinggal di bagian lain rumah, mengenang detik-detik memilukan malam itu.
“Misha, cucu kecil kami, sempat menjerit. Lalu semuanya menjadi sunyi,” kenang Valentyn kepada media publik Ukraina, Suspilne.
“Cucu perempuan kami datang bersama anaknya yang masih sangat kecil. Anak itu sangat ceria dan menggemaskan. Malam itu ada lima orang di rumah: mereka bertiga, dan kami berdua,” tambah Lyudmila.
Bayi laki-laki itu baru berusia satu tahun. Namanya tidak dipublikasikan. Sebuah foto yang dibagikan di media sosial memperlihatkan sang ibu memeluknya erat, mengenakan jaket tebal dan topi musim dingin, wajahnya membelakangi kamera.
Korban Anak Tewas ke-632
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengonfirmasi bahwa anak tersebut adalah korban anak ke-632 yang tewas sejak Rusia memulai invasi besar-besaran ke Ukraina.
Dalam pernyataannya, Zelensky mengatakan Rusia telah meluncurkan 103 drone dan satu rudal balistik dalam serangan semalam yang menyasar sejumlah wilayah. Sedikitnya delapan orang tewas dalam rentetan serangan itu.
Berbicara tentang serangan drone Shahed yang menewaskan keluarga kepala damkar, Zelensky kembali mendesak dunia internasional untuk bertindak lebih tegas terhadap Moskow.
“Ini adalah serangan besar lainnya dari teroris Rusia yang setiap malam membunuh warga kami,” ujar Zelensky di Telegram.
“Ini alasan tambahan untuk menerapkan sanksi maksimal dan memperkuat tekanan bersama. Hanya kekuatan yang bisa mengakhiri perang ini,” tambahnya, seraya menegaskan bahwa Ukraina “menunggu tindakan nyata dari Amerika Serikat, Eropa, dan seluruh dunia yang benar-benar ingin mengubah kondisi mengerikan ini.”
Ironisnya, meski Kremlin terus berbicara tentang perdamaian, termasuk saat Presiden Vladimir Putin mengatakan kepada Paus Leo XIV bahwa ia “berminat mencapai perdamaian”, Rusia tetap melanjutkan serangan udara brutal terhadap warga sipil Ukraina.
Data CNN menunjukkan bahwa setidaknya 30 warga sipil Ukraina tewas dan lebih dari 150 luka-luka hanya dalam satu minggu terakhir, termasuk delapan korban dalam 24 jam terakhir.
Serangan ini terjadi tak lama setelah panggilan telepon antara Putin dan Presiden AS Donald Trump, di mana Putin menyatakan akan membalas serangan drone Ukraina terhadap pangkalan udara Rusia.
Dalam beberapa bulan terakhir, Rusia mempercepat produksi drone domestik tipe Shahed, tiruan dari drone buatan Iran, yang kini menjadi senjata utama dalam serangan udara mereka.
Para analis menilai bahwa kampanye udara ini merupakan bagian dari strategi Rusia untuk menciptakan kesan dominasi dan mematahkan semangat juang rakyat Ukraina.
Sebagai bentuk belasungkawa, kota Pryluky menetapkan dua hari berkabung pada Kamis dan Jumat. Bendera dikibarkan setengah tiang, dan spanduk hitam menghiasi gedung-gedung publik. (CNN/P-4)