
Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran di berbagai wilayah Ukraina pada Jumat (5/6) dini hari, menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai puluhan lainnya.
Serangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah Kyiv melancarkan operasi terhadap armada pesawat pengebom strategis milik Moskow.
Bagi warga Kyiv, suara malam itu kembali menghadirkan ketegangan yang sudah akrab, raungan pesawat nirawak, sirene serangan udara, serta dentuman ledakan, baik dari sistem pertahanan udara maupun proyektil yang berhasil mencapai sasaran.
Tiga petugas pemadam kebakaran dilaporkan tewas di Kyiv, dua warga sipil meninggal di Lutsk, dan satu korban jiwa tercatat di Chernihiv, menurut laporan dari Layanan Darurat Negara Ukraina.
Presiden Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa Rusia telah menggunakan lebih dari 400 drone serta 40 rudal dalam serangan yang menyasar hampir seluruh wilayah Ukraina.
"Hampir seluruh negeri menjadi target,” kata Zelensky, seperti dilansir CNN, Sabtu (7/6).
Dia juga menyebut sembilan wilayah dari Lviv di barat hingga Sumy di timur laut turut terdampak, dengan sedikitnya 80 orang mengalami luka-luka.
Meskipun serangan udara merupakan bagian dari rutinitas dalam tiga tahun terakhir, Ukraina telah bersiap menghadapi balasan Rusia sejak operasi besar yang mereka lancarkan pada Minggu lalu, yang berhasil merusak sepertiga armada pesawat pengebom rudal jelajah Rusia.
Dalam percakapan telepon dengan Presiden AS Donald Trump pada Rabu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa Moskow harus merespons atas serangan tersebut.
Kementerian Pertahanan Rusia menyebut serangan balasan ini sebagai tanggapan atas "tindakan teroris" dari pihak Kyiv.
Namun belum ada kepastian apakah serangan tersebut merupakan satu-satunya bentuk pembalasan atau justru akan ada eskalasi lebih lanjut, di tengah dorongan dari kalangan pro-Kremlin agar Rusia mengambil langkah yang lebih ekstrem, bahkan mengarah ke opsi nuklir.
Meskipun demikian, warga Kyiv tetap menunjukkan keteguhan.
“Serangan ini tidak membuat kami goyah. Semangat kami tetap tinggi. Kami percaya pada angkatan bersenjata kami,” ujar Olha, seorang warga berusia 39 tahun yang menolak menyebutkan nama belakangnya.
"Mungkin ini bentuk balasan, atau mungkin belum. Tapi itu tidak akan mengubah sikap kami terhadap musuh atau terhadap negara ini," tambahnya.
Sementara itu, militer Ukraina mengonfirmasi telah melancarkan serangan ke dua pangkalan udara Rusia yang disebut menjadi lokasi konsentrasi pesawat-pesawat yang lolos dari operasi sebelumnya.
Pemerintah Ukraina menekankan bahwa serangan mereka menargetkan pesawat-pesawat yang digunakan Rusia untuk meluncurkan rudal ke kota-kota Ukraina, menimbulkan korban sipil.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, menyatakan bahwa dengan serangan besar itu, Rusia merespons kehancuran armada udaranya dengan kembali menyasar warga sipil.
Pagi hari di Kyiv memperlihatkan pemandangan kehancuran, kobaran api di gedung apartemen, tim penyelamat bekerja di lokasi ledakan, serta mobil-mobil yang rusak akibat pecahan kaca dan reruntuhan bangunan.
Angkatan Udara Ukraina mencatat bahwa dari 452 proyektil yang diluncurkan Rusia – terdiri dari 407 drone, enam rudal balistik, 38 rudal jelajah, dan satu rudal antiradar – sebanyak 406 berhasil dicegat, termasuk 32 rudal jelajah dan empat rudal balistik. Dua rudal balistik lainnya tidak mencapai target.
Di Chernihiv, wilayah yang berbatasan dengan Belarus, terjadi 14 ledakan yang berasal dari berbagai jenis rudal dan drone, termasuk rudal Iskander-M. Di Lutsk, lima orang mengalami luka akibat empat rudal yang menghantam kota dan menimbulkan ledakan hebat.
Kementerian Pertahanan Rusia juga mengklaim telah menghancurkan 174 drone Ukraina dan tiga rudal berpemandu Neptune-MD di atas Laut Hitam antara Kamis malam hingga Jumat dini hari. (H-1)