
DUA unit pesawat helikopter water bombing, sepanjang Minggu (27/7), mulai dikerahkan untuk membantu pemadaman ratusan hektare lahan gambut di Desa Gambut Jaya, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi, yang terbakar dan mengepulkan asap pekat semenjak sepekan terakhir.
Pelaksana Harian Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Dodi Chandra, membenarkan hal itu kepada Media Indonesia, Minggu sore.
Kedua unit pesawat water bombing tersebut merupakan bantuan dari BNPB yang mendarat di Kota Jambi Sabtu (26/7) kemarin.
Dodi berharap, bantuan pemadaman melalui udara tersebut dapat mengakselerasi pemadaman yang diperjuangkan ratusan personel Tim Gabungan Satgas Karhutla selama delapan hari belakangan.
Kehadiran dua heli water bombing yang mengudara sepanjang pagi hingga Minggu sore itu disambut gembira oleh 120 personel gabungan TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, relawan Masyarakat Peduli Api (MPA), dan warga Desa Gambut Jaya yang hingga kini masih bertahan di lokasi kebakaran.
“Alhamdulillah. Tentulah sangat membantu, terutama untuk menjangkau titik kebakaran yang sulit kami tembus,” ungkap Ketua Tim Manggala Agni Sumatera IX Kota Jambi Suhaimi.
Tantangan Memadamkan Kebakaran Lahan Gambut
Suhaimi menjelaskan, selain sulit dan berisiko menerobos ke areal gambut yang terbakar, pemadaman melalui darat selama ini terkendala sumber air dan medan gambut yang terbakar relatif dalam.
“Sumber sudah karena kekeringan. Genangan yang ada di beberapa kanal (parit, Red), tidak bisa kita gunakan. Terlalu banyak lumpurnya. Dan lapisan gambut yang terbakar relatif dalam, ada yang mencapai 20 meter,” ujar Suhaimi didampingi anggotanya Andriansyah.
Selain datangnya bantuan dua heli water bombing, pengendalian dan pemadaman karhutla di Desa Gambut Jaya, terbantu dengan turun hujan berintensitas sedang pada Sabtu dan Minggu sore.
“Ini lagi hujan Pak, cukup lebat. Tadi ada juga pemadaman melalui udara. Tetapi, asap masih mengepul dari beberapa titik lokasi yang terbakar,” ujar Sekretaris Desa Gambut Jaya Endrian Dwi Cahyono, kepada Media Indonesia, Minggu petang. (SL/E-4)