
SISWA-SISWA SMA, SMK, dan sederajat dari seluruh Indonesia ditantang untuk menciptakan konsep desain tas inovatif yang dapat digunakan untuk bertahan hidup dalam situasi perang atau keadaan darurat. Hal itu dilakukan Program Studi Desain Produk, Fakultas Desain dan Seni Kreatif Universitas Mercu Buana (UMB) di ajang Design Product Competition 2025 dengan tema “A Call for Innovative Survival Design Solution”.
Acara tersebut secara resmi dibuka oleh Ketua Program Studi Desain Produk UMB, Junaidi Salam., di Aula Harun Zein, Universitas Mercu Buana, Jakarta, pada Selasa (14/10). Dalam sambutannya, Junaidi menekankan pentingnya peran generasi muda dalam menciptakan solusi kreatif melalui desain.
“Desain bukan hanya soal estetika, tetapi juga tentang bagaimana menyampaikan ide, nilai, dan semangat zaman. Melalui gagasan desain, kita bisa berkomunikasi dengan kuat dan membawa perubahan,” ujarnya.
Kompetisi ini tidak sekadar menjadi ajang adu kreativitas, tetapi juga wadah bagi peserta untuk berpikir kritis dan solutif terhadap berbagai tantangan masa kini.
Setiap peserta ditantang merancang tas dengan fungsi inovatif yang mampu mendukung kelangsungan hidup di situasi ekstrem, dengan memperhatikan aspek ergonomi, efisiensi, dan keberlanjutan desain (sustainability design).
Ajang ini mendapat sambutan hangat dari kalangan pelajar dan penggiat desain muda. Mereka menampilkan beragam gagasan yang memadukan fungsionalitas dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keberlanjutan lingkungan.
Pada acara puncak, dewan juri mengumumkan para pemenang Design Product Competition 2025:
- Juara 1: Ruben Januar – SMA Taruna Bakti Bandung
- Juara 2: Ananda Putri Khairunnisa – SMAN 1 Kota Tangerang Selatan
- Juara 3: Salman Aziz – SMA Pembangunan 3 YPI, dan Aguero Erdhian Pranaja – SMK Prestasi Prima Jakarta
Para pemenang menerima sertifikat penghargaan, trofi, dan hadiah tunai sebagai bentuk apresiasi atas kreativitas dan inovasi mereka dalam menghadirkan solusi desain yang relevan dengan isu-isu kemanusiaan.
Melalui kegiatan ini, Universitas Mercu Buana berharap dapat menumbuhkan semangat desain sebagai alat pemecahan masalah, bukan semata ekspresi artistik.
Desain, menurut Junaidi, adalah bahasa universal yang mampu menyatukan empati, kreativitas, dan teknologi dalam menjawab tantangan masa depan.
“Kami ingin para desainer muda menyadari bahwa karya mereka memiliki dampak nyata. Dengan berpikir kritis dan berempati, desain bisa menjadi jembatan antara manusia dan solusi,” kata Junaidi menutup acara.
Dengan terselenggaranya kompetisi ini, Universitas Mercu Buana menegaskan komitmennya dalam mengembangkan pendidikan desain yang berorientasi pada masa depan dan kemanusiaan. (Z-1)