Hamas dan Israel Berseteru soal Sandera

6 hours ago 1
Hamas dan Israel Berseteru soal Sandera Ilustrasi.(AFP/EYAD BABA)

UPAYA menciptakan perdamaian di Gaza kembali menghadapi tantangan besar. Hanya sepekan setelah gencatan senjata disepakati, ketegangan meningkat antara Israel, Amerika Serikat (AS), dan Hamas.

Penyebab terbaru berasal dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang bersumpah akan menghabisi Hamas. Ucapan keras itu disampaikan setelah ia menuduh kelompok tersebut masih melakukan serangan mematikan di Jalur Gaza selama masa gencatan senjata.

"Jika Hamas terus membunuh orang-orang di Gaza, yang bukan merupakan bagian kesepakatan, kita tidak memiliki pilihan selain masuk dan menghabisi mereka," kata Trump melalui platform Truth Social.

Trump tidak merinci lebih lanjut maksud pernyataannya. Namun pada Rabu (15/10) waktu setempat, ia menegaskan bahwa militer AS tidak diperlukan untuk terlibat langsung di Gaza.

Pernyataan itu muncul hanya beberapa hari setelah komentarnya yang menyebut penembakan oleh Hamas, termasuk eksekusi terbuka, tidak terlalu mengganggunya dan digambarkan sebagai tindakan geng kriminal.

Sejak pasukan Israel mulai ditarik dari Gaza sesuai kesepakatan gencatan senjata yang didukung AS, Hamas memperkuat kontrol di wilayah-wilayah yang porak-poranda. Mereka juga melakukan penindakan dan eksekusi terhadap orang-orang yang dituduh bekerja sama dengan Israel.

AS Minta Hamas Hormati Kesepakatan Gencatan Senjata

Laksamana Brad Cooper, Komandan Komando Pusat AS yang memimpin pasukan Amerika di Timur Tengah, pada Rabu (15/10) mendesak Hamas menghentikan serangan terhadap warga sipil Palestina dan mematuhi ketentuan gencatan senjata.

Trump sebelumnya menunjukkan sikap yang lebih lunak terhadap tindakan kekerasan internal Hamas selama gencatan senjata berlangsung.

"Sejujurnya, itu tidak terlalu mengganggu saya. Tidak apa-apa. Ini adalah beberapa geng yang sangat jahat. Sangat berbeda dengan negara lain," sebutnya dalam rapat kabinet di Gedung Putih pada Selasa (14/10).

Saat kunjungan ke Israel dan Mesir pada Senin (13/10), Trump bahkan mengaku telah memberi izin kepada Hamas untuk menjalankan operasi keamanan internal di Gaza.

"Mereka telah terbuka tentang hal itu. Dan kami memberikan mereka izin untuk jangka waktu tertentu," lanjutnya.

Israel dan Hamas Saling Tuding Langgar Gencatan Senjata

Di sisi lain, Israel dan Hamas kembali saling menyalahkan atas pelanggaran gencatan senjata di Jalur Gaza. Israel menuding Hamas tidak mematuhi perjanjian mengenai penyerahan jenazah seluruh sandera, sementara Hamas menuduh Israel melanggar kesepakatan dengan melepas tembakan yang merenggut puluhan nyawa.

Dilaporkan perselisihan mengenai penyerahan jenazah sandera bisa mengancam kelanjutan gencatan senjata dan poin-poin lain yang belum tuntas, termasuk perlucutan senjata Hamas dan pengaturan tata kelola Gaza di masa depan.

Berdasarkan kesepakatan yang berlaku sejak 10 Oktober, Hamas diwajibkan menyerahkan 48 sandera, terdiri dari 20 orang yang masih hidup dan 28 jenazah. Hamas telah menyerahkan seluruh 20 sandera hidup pada Senin (13/10) dan sebagai balasan Israel membebaskan 1.968 tahanan Palestina pada hari yang sama.

Namun, dari 28 jenazah sandera, Hamas baru menyerahkan sembilan jenazah. Satu di antaranya kemudian dipastikan bukan sandera. Artinya, masih ada 19 jenazah yang belum diserahkan.

Juru bicara pemerintah Israel, Shosh Bedrosian menyatakan bahwa Israel tetap berpegang pada perjanjian dan mendesak Hamas untuk mengembalikan 19 jenazah sesuai kesepakatan.

Hamas melalui pernyataannya mengeklaim tetap berkomitmen dan menyebut telah menyerahkan semua jenazah yang berhasil ditemukan sejauh ini. Mereka menyatakan sebagian jasad tertimbun reruntuhan dan sebagian lain berada di terowongan yang hancur akibat serangan Israel.

Sayap militer Hamas, Brigade Ezzedine Al-Qassam menegaskan bahwa penyerahan jenazah tambahan membutuhkan alat berat dan perlengkapan penggalian yang harus dibawa masuk ke Gaza yang sedang diblokade.

Pada Kamis (16/10), seorang pejabat senior Hamas menuduh Israel melanggar gencatan senjata dengan menewaskan sedikitnya 24 orang sejak Jumat (10/10) lalu. Ia menyebut daftar pelanggaran telah diserahkan kepada para mediator.

"Negara pendudukan bekerja siang dan malam untuk melemahkan perjanjian melalui pelanggaran-pelanggaran di lapangan," kata pejabat tersebut yang tidak disebut namanya.

Militer Israel belum memberikan tanggapan. Namun sebelumnya Tel Aviv menyatakan pasukannya melepaskan tembakan untuk meredakan ancaman ketika warga Palestina memperingatkan agar tidak melintasi garis gencatan senjata. (AFP/fer)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |