
SIEMENS Healthineers mengumumkan peluncuran Magnetom Flow. Platform di Indonesia, sebuah terobosan terbaru dalam teknologi Magnetic Resonance Imaging (MRI), yang dirancang untuk membuka akses yang lebih luas, menghadirkan penggunaan berkelanjutann serta meningkatkan kinerja, platform ini menandai tonggak penting dalam menghadirkan transformasi MRI bagi penyedia layanan kesehatan maupun pasien di seluruh Indonesia. Dengan kelangkaan helium dan meningkatnya biaya operasional yang semakin menjadi tantangan dalam pengoperasian MRI di seluruh dunia.
President Director Siemens Healthineers Indonesia, Alfred Fahringer Jumat (22/8) menyatakan, Magnetom Flow. Platform menghadirkan keunggulan yang paling dibutuhkan, yaitu desain bebas helium pada 1.5T dengan teknologi Drycool, yang meminimalisir penggunaan helium hingga hanya 0,7 liter serta tidak perlu dilakukan pengisian ulang maupun quench pipe (pipa yang dipasang pada sistem MRI untuk membuang gas helium cair mendidih secara mendadak).
"Inovasi ini tidak hanya menjawab isu keberlanjutan vang krusial, tetapi juga memberdayakan rumah sakit dan pusat pencitraan untuk menghadirkan layanan diagnostik vang andal dan berkualitas tinggi secara lebih luas," jelasnya.
Menurut Alfred, dengan memadukan rekayasa teknologi terkini, kecerdasan buatan, serta desain yang berfokus pada pengguna, Siemens Healthineers menegaskan kembali komitmennya untuk memajukan precision medicine di Indonesia.
PERLUAS AKSES PASIEN
Magnetom Flow. Platform, memastikan penyedia layanan kesehatan dapat memperluas akses pasien terhadap pencitraan berkualitas, menekan risiko operasional serta mempersiapkan layanan pencitraan mereka agar tetap relevan dan tangguh ditengah kebutuhan yang semakin meningkat.
"Dengan Magnetom Flow. Platform, kami tidak sekadar memperkenalkan sistem MRI baru. Kami memperkenalkan sebuah platform yang mendefinisikan ulang aksesibilitas, keberlanjutan serta kepastian dalam hasil diagnostik bagi pasien di Indonesia. Bagi rumah sakit, hal ini memberi keuntungan seperti adanya penekanan biaya, menghindari downtime (pemberhentian operasiona MRI), serta mampu melayani lebih banyak pasien secara efisien," kata Alfred.
"Sedangkan bagi pasien, platform ini memberi keuntungan seperti pemeriksaan yang lebih cepat, lebih nyaman, dengan tingkat akurasi dan keandalan tinggi. Visi kami adalah memberdayakan penyedia layanan kesehatan melalui inovasi yang tidak hanya canggih secara teknologi, tetapi juga praktis dalam menjawab tantangan sehari-hari mereka," paparnya.
Dalam acara launching, pembicara yang hadir menekankan bagaimana inovasi ini menjawab kebutuhan mendesak sektor kesehatan di Indonesia. Seperti yang dikatakan Yonathan William yang menyoroti kerentanan sistem MRI di Indonesia yang masih bergantung pada pengisian ulang helium. "Di Indonesia, permintaan pemeriksaan dengan MRI terus meningkat namun rumah sakit menghadapi risiko besar akibat ketergantungan pada pengisian ulang helium," ujarnya.
Yonathan menambahkan, tantangan pasokan global membuat kondisi ini tidak hanya mahal, melainkan juga tidak dapat diprediksi secara operasionai dengan hadirnva platform yang bebas helium. Hambatan terbesar dalam kepemilikan MRI berkelanjutan di tanah air dapat langsung diatasi. lni merupakan terobosan penting yang memastikan pasien tetap memperoleh akses tanpa batas terhadap layanan diagnostik yang menyelamatkan nyawa mereka.
KEBUTUHAN SISTEM MRI
Sementara itu Fritz Sumantri Usman menekankan, meskipun kemandirian dari helium sangat penting, tantangan yang lebih besar bagi Indonesia adalah memperluas kapasitas dan keahlian dalam bidang MRI. Indonesia sangat membutuhkan lebih banyak sistem MRI untuk memenuhi permintaan pasien yang terus meningkat, namun teknologi saja tidaklah cukup. Radiolog dan teknisi terampil merupakan akar dari hasil diagnostik yang akurat.
"MRI ini istimewa bukan hanya karena kemampuan pencitraannya yang canggih, tetapi juga karena kemudahan penggunaannya, yang memungkinkan para profesional mengoptimalkan alur kerja dan memberikan hasil yang lebih cepat serta lebih tepat. Inovasi seperti inilah yang akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sekaligus memperkuat infrastruktur kesehatan kita," tandasnya. (E-2)