SBY: Krisis Iklim hingga Ketegangan Geopolitik Global Jangan Dianggap Remeh

4 hours ago 2
 Krisis Iklim hingga Ketegangan Geopolitik Global Jangan Dianggap Remeh Susilo Bambang Yudhoyono(Dok The Yudhoyono Institute)

PRESIDEN keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai, dunia sedang dalam keadaan tidak menentu, dari krisis iklim hingga ekonomi dan geopolitik global. Situasi dunia saat ini tak boleh dianggap remeh

"Krisis iklim, krisis lingkungan itu real, bukan fiksi, bukan hoaks," kata dia dalam The Yudhoyono Institute (TYI) Lecture Series dengan tema Green Growth: Sustainable Growth with Equity di Hotel Marriot, Sleman, DIY, Senin (12/5). Untuk itu, kita perlu bersama-sama melakusoannaksi real efektif, dan memberikan dampak yang nyata.

SBY yang saat ini menjabat Chairman The Yudhoyono Institute (TYI) pun menyoroti, konflik dan peperangan geopolitik yang terus berlangsung. Dunia seharusnya dapat bersatu dan berkolaborasi untuk dunia yang damai, adil, dan sejahtera.

"Kita jangan larut dalam konflik dan peperangan geopolitik yang hanya lebih menyusahkan kehidupan manusia," tegas dia.

Dalam kesempatan itu, Menteri Koordinator bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan yang juga Direktur Eksekutif TYI, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan, dunia menghadapi berbagai tantangan, dari perubahan iklim, ketidakamanan pangan dan energi, hingga ketidaksetaraan digital. Menteri Koordinator (Menko) Infrastruktur dan Pembangunan Daerah, Agus Harimurti Yudhoyono menegaskan, kita idak bisa berjalan sendiri dalam menghadapi tantangan yang ada.

"Mari kita renungkan tiga isu fundamental," terang AHY, Senin (12/5).

Pertama, bagaimana kita dapat mendefinisikan ulang pertumbuhan dengan cara yang menghargai integritas lingkungan dan kesejahteraan manusia.

Kedua, bagaimana kita dapat meningkatkan terobosan teknologi sehingga mereka mengangkat bukan hanya beberapa orang, tapi banyak orang.

Ketiga, bagaimana kita dapat memastikan tata kelola dan kolaborasi menjembatani wawasan global dengan aksi lokal.

AHY menyampaikan, Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, sedang mendorong kemajuan di berbagai bidang, dari ketahanan pangan dan air bersih hingga transisi energi dan inovasi industri.

"Saya mengawasi upaya tersebut di berbagai kementerian dan lembaga dalam bidang perencanaan tata ruang dan penggunaan lahan; pembangunan infrastruktur; transportasi darat, udara, dan laut; perumahan yang terjangkau; serta pembangunan daerah dan transmigrasi di seluruh negeri," kata AHY.

Ia mengatakan, Sustainabilitas bukan hanya tentang lingkungan, tapi juga tentang martabat manusia, pengurangan kemiskinan, dan keamanan jangka panjang untuk generasi masa depan.

Di Indonesia, dirinya melihat cara solusi terintegrasi dapat menciptakan perubahan nyata, dari irigasi yang lebih baik yang meningkatkan panen dan melindungi dari kekeringan, hingga kepemimpinan Indonesia dalam rantai pasokan EV (electrical vehicle) dan baterai, jalur pembangunan. Langkah tersebut dipandu oleh prinsip-prinsip ketahanan, inovasi, dan keadilan sosial.

Dalam kesempatan itu, AHY mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Arun Majumdar, koleganya dari Sekolah Keberlanjutan Doerr Stanford, dan Gita Wirjawan .

Para pembicara diharapkan membawa kejelasan dan visi yang dibutuhkan untuk membantu kita melihat skala tantangan dan peluang di hadapan kita.

"Dengan itu, kita dapat berkontribusi dengan tujuan, kita bekerja sama untuk memastikan bahwa pertumbuhan hijau bukanlah slogan, tetapi strategi untuk kesetaraan, ketahanan, dan kemanusiaan bersama yang langgeng," kata dia. (H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |