
FILM aksi terbaru Shadow Force tayang di bioskop Indonesia sejak 7 Mei. Film garapan sutradara Joe Carnahan ini mengikuti kisah pasangan suami istri, Kyrah (Kerry Washington) dan Isaac (Omar Sy) yang pernah menjadi pemimpin kelompok pasukan khusus multinasional yang disebut Shadow Force. Mereka melanggar aturan karena jatuh cinta satu sama lain, dan untuk melindungi anak mereka, keduanya bersembunyi.
Kyrah dan Isaac pun jadi buron. Ada hadiah besar menanti bagi yang berhasil membawa mereka hidup atau mati. Para pasukan Shadow Force, memburu keduanya. Pertikaian satu keluarga berubah menjadi perang.
Joe Carnahan seperti kehabisan peluru untuk membabat aksi dalam Shadow Force. Bangunan relasi sebab-akibat dalam film tak dieksplorasi dengan cermat oleh Carnahan. Misalnya, bagaimana masa lalu yang mengakibatkan seluruh anggota pasukan Shadow Force mau balas dendam, tak diinterpretasikan secara maksimal baik di dalam visual maupun dialog. Ikatan emosional di antara masing-masing anggota Shadow Force juga tampak tak memiliki kedalaman bahwa mereka pernah menjalani suatu misi bersama-sama.
Mulanya, film Shadow Force ini cukup menarik dengan menaruh karakter Isaac yang memiliki gangguan pendengaran dan ‘pensiun’ dari misi operasi untuk mengurus sang anak. Momen krusial yang menjadi poin penting untuk menggulirkan alur film ini, terjadi saat perampokan bank. Isaac bersama anaknya terjebak dalam situasi genting. Di momen itu, untuk melindungi sang anak, terpaksa Isaac harus membuka diri dari persembunyiannya sebagai buron pimpinan Shadow Force.
Sayangnya, adegan aksi yang melibatkan adu tembak pada bagian ini, bisa merepresentasikan adegan aksi pada sisa durasi film. Pemilihan gaya penyuntingan serta kemasannya, tidak ditujukan menjadi sebuah aksi grande, berakibat pada kurang terbangunnya nuansa kecemasan dan empati pada protagonis.
Di adegan berikutnya, yang memperlihatkan eskalasi konflik, juga tak memberikan efek klimaks. Dengan latar belakang sebagai tim khusus, ansambel pemeran justru menunjukkan keamatiran mereka. Kyrah dan Isaac, juga tak menunjukkan keduanya sebagai protagonis yang spesial dengan insting dan strategi taktis mereka. Keduanya luput pada hal-hal elementer. Sesederhana bagaimana keputusan Isaac mendatangi rumah kawan yang disebut Auntie (Da’Vine Joy Randolph) dan Unc (Method Man) dalam keadaan semua orang tak bisa dipercaya. Atau Kyrah yang ceroboh tak menarik pelatuk ke kepala sang musuh utama, Jack Cinder. Sementara Mark Strong sebagai Jack Cinder, yang membentuk Shadow Force, tampil sebagai antagonis yang karikatural.
Motivasi para karakter yang tak terbangun kuat, kemasan aksi yang formulaik, dan chemistry ansambel yang kurang memberikan kepercayaan pada penonton, membuat Shadow Force sebagai film yang tak memiliki kesan dan pengalaman menonton yang menghibur atau bahkan mendalam. (H-3)