Rangkuman Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 7 SMP

3 days ago 14
Rangkuman Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 7 SMP Ilustrasi.(Freepik)

PARA siswa sekolah menengah pertama (SMP) kelas 7 pasti belajar ilmu pengetahuan alam (IPA). Dalam pelajaran IPA kelas VII SMP terdapat tujuh bab mulai dari hakikat ilmu sains dan metode ilmiah hingga pencemaran lingkungan.

Nah, apa saja rangkuman pelajaran IPA kelas 7 SMP? Berikut uraiannya.

Bab 1 Hakikat Ilmu Sains dan Metode Ilmiah

Pendahuluan

Sains adalah ilmu pengetahuan yang membantu kita memahami dunia di sekitar, mulai dari tubuh kita sendiri, tumbuhan dan hewan, hingga langit luas tempat planet-planet berada. Tanpa disadari, setiap hari kita berhadapan dengan sains: saat minum air, menyalakan lampu, menggunakan ponsel, atau bahkan sekadar memperhatikan pelangi. 

Bab ini membimbing kita untuk mengenal apa itu sains, bagaimana para ilmuwan bekerja, serta bagaimana kita sebagai siswa dapat berperan menjadi ilmuwan cilik melalui kegiatan eksperimen sederhana.

Isi Utama

A. Apa Itu Sains?

Sains adalah ilmu pengetahuan yang sistematis, artinya diperoleh melalui pengamatan, percobaan, dan penalaran logis. Kata lain dari IPA adalah sains. Sains ada di mana-mana: pada tubuh manusia, udara yang kita hirup, energi listrik di rumah, cahaya matahari, hingga bintang-bintang di langit.

Sains terbagi menjadi berbagai cabang.

• Biologi: mempelajari makhluk hidup (hewan, tumbuhan, mikroorganisme).

• Fisika: menelaah fenomena alam, energi, dan gerak benda.

• Kimia: membahas sifat, susunan, serta perubahan materi.

• Astronomi: meneliti planet, bintang, dan alam semesta.

• Geologi: mengkaji bumi, gunung berapi, gempa, hingga fosil.

• Ekologi: meneliti interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.

Contoh tokoh sains dunia adalah Albert Einstein (teori relativitas) dan Galileo Galilei (penemuan teleskop). Dari Indonesia, ada B.J. Habibie, yang berjasa di bidang kedirgantaraan. 

Penemuan mereka menunjukkan bahwa sains bukan hanya teori, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi kehidupan manusia.

B. Laboratorium IPA.

Laboratorium adalah tempat khusus untuk melakukan percobaan. Bedanya dengan kelas biasa, laboratorium dipenuhi alat-alat ilmiah seperti tabung reaksi, gelas ukur, termometer, mikroskop, hingga neraca. Di sini siswa belajar melakukan pengukuran, mencampur bahan, mengamati benda kecil, dan sebagainya.

Namun, laboratorium juga punya risiko. Ada zat kimia berbahaya, api, dan alat tajam. Karena itu, keselamatan adalah hal utama. Beberapa aturan penting di laboratorium adalah:

• Selalu gunakan alat dengan hati-hati.

• Jangan makan atau minum di laboratorium.

• Pakai kacamata pelindung saat bekerja dengan bahan kimia atau api.

• Ikuti instruksi guru dengan disiplin.

Dengan aturan ini, percobaan bisa berjalan aman sekaligus menyenangkan.

C. Merancang Percobaan.

Percobaan tidak bisa dilakukan asal-asalan. Para ilmuwan menggunakan metode ilmiah, yaitu langkah-langkah sistematis untuk menyelidiki suatu masalah. Tahapannya adalah:

1. Observasi → mengamati fenomena.

2. Hipotesis → membuat dugaan sementara.

3. Merancang percobaan → menentukan alat, bahan, dan prosedur.

4. Eksperimen → melakukan percobaan.

5. Mengumpulkan data → mencatat hasil pengamatan.

6. Kesimpulan → menarik makna dari data.

Contoh sederhana: seorang siswa mengamati tanaman yang terkena cahaya tumbuh lebih subur. Ia membuat hipotesis bahwa cahaya berpengaruh pada pertumbuhan. 

Lalu ia merancang percobaan dengan dua tanaman: satu diberi cahaya, satu lagi tidak. Dari hasil pengamatan, ia dapat membuktikan atau menolak hipotesis tersebut.

D. Pengukuran.

Dalam sains, hasil percobaan harus bisa diukur secara kuantitatif, bukan sekadar perkiraan. Oleh karena itu, digunakan alat ukur seperti mistar, jangka sorong, neraca, termometer, dan stopwatch. 

Satuan yang dipakai mengikuti Sistem Internasional (SI), misalnya meter (panjang), kilogram (massa), detik (waktu), dan Kelvin (suhu). 

Pengukuran harus dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan, misalnya kesalahan paralaks (membaca skala dari sudut pandang yang salah). Data yang akurat membuat kesimpulan lebih terpercaya.

E. Pelaporan Hasil Percobaan.

Setiap percobaan perlu didokumentasikan dalam bentuk laporan. Laporan ilmiah biasanya memuat:

• Judul percobaan.

• Tujuan.

• Alat dan bahan.

• Prosedur.

• Data hasil pengamatan (sering ditampilkan dalam tabel atau grafik).

• Kesimpulan.

Melalui laporan, hasil percobaan bisa dipelajari orang lain. Ilmu pengetahuan menjadi berkembang karena hasil penelitian dibagikan.

Kesimpulan

Bab ini memperkenalkan dasar-dasar sains dan cara berpikir ilmiah. Sains hadir di mana-mana, mulai dari hal sederhana di sekitar kita hingga penemuan besar yang mengubah dunia. 

Melalui laboratorium, siswa belajar melakukan percobaan dengan aman. Metode ilmiah membantu kita menemukan jawaban secara sistematis, sementara pengukuran dan laporan menjaga hasilnya tetap objektif dan bisa dipertanggungjawabkan. 

Dengan mempelajari bab ini, siswa diharapkan mampu berpikir kritis, teliti, dan jujur seperti seorang ilmuwan sejati.

Bab 2 Zat dan Perubahannya

Pendahuluan

Di sekitar kita ada berbagai benda: air, udara, batu, kayu, plastik, logam, bahkan tubuh kita sendiri. Semua itu disebut zat atau materi, yaitu sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. 

Zat bisa berubah wujud, misalnya es yang mencair menjadi air, atau air yang menguap menjadi gas. Ada pula perubahan yang sifatnya sementara, dan ada juga yang permanen. 

Dalam bab ini, kita akan membahas wujud zat, perubahan wujud, perbedaan perubahan fisika dan kimia, hingga konsep kerapatan zat yang menjelaskan mengapa ada benda yang tenggelam dan ada yang mengapung.

Isi Utama

A. Wujud Zat dan Model Partikel.

Zat memiliki tiga wujud utama: padat, cair, dan gas.

• Padat: partikel tersusun rapat, bentuk dan volumenya tetap (contoh: batu, kayu).

• Cair: partikel lebih longgar, bentuk mengikuti wadah, tapi volumenya tetap (contoh: air, minyak).

• Gas: partikel sangat renggang, bentuk dan volumenya berubah mengikuti ruang (contoh: udara, uap).

Konsep ini dijelaskan dengan model partikel. Setiap zat tersusun dari partikel kecil yang selalu bergerak. Pada padat, geraknya hanya bergetar di tempat, pada cair bisa bergeser, dan pada gas bergerak bebas. Model ini membantu kita memahami mengapa air bisa mengalir, udara bisa ditekan, dan besi terasa keras.

B. Perubahan Wujud Zat.

Zat bisa berubah wujud ketika menerima atau melepaskan energi panas. Contohnya:

• Meleleh: padat → cair (es mencair).

• Membeku: cair → padat (air jadi es).

• Menguap: cair → gas (air mendidih jadi uap).

• Mengembun: gas → cair (embun di pagi hari).

• Menyublim: padat → gas (kapur barus habis).

• Mengkristal: gas → padat (es kering di udara dingin).

Perubahan ini sifatnya fisika, karena zat tetap sama. Air tetap H₂O, baik sebagai es, cair, maupun uap. Perubahan wujud penting dalam kehidupan sehari-hari: memasak, membuat es, bahkan hujan merupakan hasil perubahan wujud air dalam siklus alam.

C. Perubahan Fisika dan Kimia.

Tidak semua perubahan zat hanya berupa wujud. Ada dua jenis perubahan:

1. Perubahan Fisika: tidak menghasilkan zat baru, hanya bentuk/ukuran/keadaan berubah. Contoh: kertas digunting, besi ditempa, air menguap.

2. Perubahan Kimia: menghasilkan zat baru dengan sifat berbeda dari asalnya. Contoh: kayu dibakar (menjadi abu dan asap), besi berkarat, kue dipanggang.

Ciri perubahan kimia: muncul gas, terbentuk endapan, ada perubahan warna, atau terjadi perubahan energi (panas/cahaya). Perubahan kimia sering tidak dapat dibalik, berbeda dengan perubahan fisika yang umumnya bisa dikembalikan.

D. Kerapatan Zat.

Kerapatan (massa jenis) adalah perbandingan massa terhadap volume suatu zat. Rumusnya:

ρ = m/V 

dengan ρ = massa jenis, m = massa (kg), V = volume (m³).

Contoh: batu lebih padat daripada air, sehingga tenggelam. Kayu lebih ringan daripada air, sehingga mengapung. Air laut memiliki kerapatan lebih tinggi daripada air tawar, sebab itu orang lebih mudah mengapung di Laut Mati.

Konsep kerapatan berguna dalam banyak hal, misalnya menentukan apakah benda bisa terapung, mengukur kemurnian logam, hingga menjelaskan fenomena alam seperti balon udara yang terbang karena berisi gas lebih ringan dari udara sekitar.

Kesimpulan

Bab ini mengajarkan bahwa zat adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Zat bisa berwujud padat, cair, dan gas, yang dapat berubah karena energi panas. Perubahan zat ada dua: fisika (tidak menghasilkan zat baru) dan kimia (menghasilkan zat baru). 

Selain itu, konsep kerapatan menjelaskan mengapa benda bisa tenggelam atau mengapung. Dengan memahami bab ini, kita bisa menjelaskan fenomena sehari-hari seperti memasak, hujan, atau benda yang terapung di air. Pengetahuan tentang zat dan perubahannya membantu kita lebih bijak menggunakan energi dan sumber daya alam.

Bab 3 Suhu, Kalor, dan Pemuaian

Pendahuluan

Pernahkah kamu merasa kepanasan saat siang hari, atau kedinginan di pegunungan? Mengapa es mencair ketika diletakkan di meja? 

Bagaimana rel kereta bisa melengkung saat musim panas? Semua itu berhubungan dengan suhu, kalor, dan pemuaian. Tiga konsep ini penting dalam kehidupan sehari-hari: dari cara kita memasak makanan, membuat lemari es, hingga merancang jembatan baja. 

Pada bab ini, kita akan belajar mengukur suhu, memahami apa itu kalor, dan mengenal fenomena pemuaian pada benda.

Isi Utama

A. Suhu.

Suhu adalah ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Suhu tidak bisa ditentukan hanya dengan perasaan, karena setiap orang punya sensasi berbeda. 

Misalnya, air hangat bisa terasa panas bagi bayi, tapi biasa saja bagi orang dewasa. Karena itu, suhu harus diukur dengan termometer.

Ada beberapa skala suhu:

• Celsius (°C): digunakan sehari-hari (titik beku air 0°C, titik didih 100°C).

• Fahrenheit (°F): banyak dipakai di Amerika (32°F titik beku, 212°F titik didih).

• Kelvin (K): skala mutlak dalam sains (0 K adalah suhu terendah, disebut nol mutlak).

Termometer bekerja dengan prinsip pemuaian zat, biasanya menggunakan raksa atau alkohol. Saat suhu naik, zat cair dalam termometer memuai dan naik pada tabung kapiler.

B. Kalor.

Kalor adalah energi panas yang berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Misalnya, ketika kamu memegang secangkir teh panas, kalor berpindah dari teh ke tanganmu sehingga terasa panas.

Kalor berpindah dengan tiga cara:

1. Konduksi → perpindahan kalor melalui zat padat tanpa perpindahan partikel (contoh: sendok logam panas saat dicelupkan ke teh).

2. Konveksi → perpindahan kalor melalui aliran partikel zat cair atau gas (contoh: air mendidih bergerak ke atas, udara panas naik).

3. Radiasi → perpindahan kalor melalui gelombang tanpa medium (contoh: panas matahari sampai ke bumi).

Setiap zat membutuhkan jumlah kalor berbeda untuk menaikkan suhunya. Hal ini ditentukan oleh kalor jenis (c). Rumus yang digunakan:

Q = m.c .ΔT 

dengan Q = kalor (joule), m = massa (kg), c = kalor jenis (J/kg°C), ΔT = perubahan suhu.

Contoh: air memiliki kalor jenis besar, artinya butuh energi banyak untuk naik suhunya. Karena itu air bagus digunakan sebagai pendingin mesin.

C. Pemuaian.

Ketika dipanaskan, hampir semua benda memuai (ukurannya bertambah). Sebaliknya, jika didinginkan, benda menyusut. Ada tiga jenis pemuaian:

1. Pemuaian panjang → dialami oleh benda berbentuk batang atau kawat.

2. Pemuaian luas → terjadi pada benda berbentuk lempeng tipis.

3. Pemuaian volume → dialami zat cair atau gas.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari:

• Celah rel kereta dibuat renggang agar tidak melengkung saat memuai.

• Tutup botol logam yang keras dibuka dengan direndam air panas (tutup memuai lebih cepat dari kaca).

• Termometer bekerja berdasarkan pemuaian cairan.

Namun, ada juga zat yang menyimpang. Air justru menyusut ketika dipanaskan dari 0°C hingga 4°C, lalu baru memuai setelahnya. Sifat ini disebut anomali air, penting untuk kehidupan hewan air di musim dingin.

Kesimpulan

Bab ini menjelaskan bahwa suhu adalah ukuran panas atau dingin yang dapat diukur dengan termometer. Kalor adalah energi panas yang berpindah dari benda bersuhu tinggi ke rendah, dengan tiga cara utama: konduksi, konveksi, dan radiasi. 

Pemuaian adalah bertambahnya ukuran benda saat dipanaskan, yang banyak berperan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari konstruksi jembatan, rel kereta, hingga teknologi sederhana seperti termometer. Dengan memahami konsep ini, kita bisa lebih bijak menggunakan energi panas dan menghindari kerugian akibat perubahan suhu.

Bab 4 Gerak dan Gaya

Pendahuluan

Setiap hari kita melihat benda bergerak: mobil melaju di jalan, bola ditendang, daun jatuh, atau bahkan kita berjalan ke sekolah. Semua itu adalah contoh gerak. Di balik setiap gerakan, ada gaya yang memengaruhi. 

Pemahaman tentang gerak dan gaya adalah dasar dari fisika, yang kemudian melahirkan berbagai teknologi, mulai dari kendaraan, mesin, hingga roket luar angkasa. Pada bab ini, kita akan mempelajari macam-macam gerak, hukum dasar tentang gerak, serta berbagai jenis gaya yang bekerja di alam sekitar.

Isi Utama

A. Gerak Benda.

Gerak adalah perubahan posisi suatu benda terhadap titik acuan dalam selang waktu tertentu. Misalnya, sepeda yang melaju dari rumah ke sekolah dikatakan bergerak terhadap jalan yang dilaluinya.

Macam-macam gerak:

1. Gerak lurus beraturan (GLB) → benda bergerak dengan kecepatan tetap. Contoh: mobil yang melaju di jalan tol dengan kecepatan stabil.

2. Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) → benda bergerak dengan percepatan tetap. Contoh: buah jatuh bebas dari pohon.

3. Gerak melingkar → benda bergerak mengikuti lintasan melingkar. Contoh: jarum jam, satelit mengorbit bumi.

Untuk mengukur gerak, digunakan besaran:

• Jarak: panjang lintasan yang ditempuh.

• Perpindahan: perubahan posisi dari titik awal ke titik akhir.

• Kecepatan: perpindahan per waktu.

• Percepatan: perubahan kecepatan per waktu.

Contoh: jika sepeda menempuh jarak 2 km dalam 10 menit, kecepatan rata-ratanya adalah 12 km/jam.

B. Gaya.

Gaya adalah tarikan atau dorongan yang dapat mengubah gerak atau bentuk suatu benda. Gaya dilambangkan dengan huruf F dan diukur dalam satuan Newton (N).

Jenis-jenis gaya yang umum ditemui:

1. Gaya otot → gaya yang dilakukan makhluk hidup (contoh: mendorong meja).

2. Gaya gravitasi → gaya tarik bumi terhadap benda (contoh: apel jatuh ke tanah).

3. Gaya gesek → gaya yang menahan gerakan benda saat bersentuhan (contoh: rem sepeda menghentikan roda).

4. Gaya pegas → gaya yang ditimbulkan oleh benda elastis (contoh: karet gelang ditarik).

5. Gaya magnet → gaya tarik atau tolak oleh magnet.

6. Gaya listrik → gaya dari muatan listrik.

Tokoh penting dalam memahami gaya adalah Sir Isaac Newton. Ia merumuskan tiga hukum gerak yang menjadi dasar fisika klasik:

1. Hukum I Newton: benda akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan jika tidak ada gaya luar yang bekerja (hukum kelembaman).

2. Hukum II Newton: percepatan suatu benda sebanding dengan gaya yang bekerja dan berbanding terbalik dengan massanya. 

Rumus: F = m x a

(F = gaya, m = massa, a = percepatan).

3. Hukum III Newton: setiap aksi menimbulkan reaksi yang sama besar tetapi berlawanan arah. Contoh: balon yang dilepaskan terbang karena udara keluar ke arah berlawanan.

Kesimpulan

Bab ini menjelaskan bahwa gerak adalah perubahan posisi suatu benda terhadap acuan, dengan berbagai macam bentuknya seperti GLB, GLBB, dan gerak melingkar. Untuk memahami gerak, kita mengukur jarak, kecepatan, dan percepatan. 

Gerak tidak lepas dari pengaruh gaya, yaitu tarikan atau dorongan yang dapat mengubah gerak atau bentuk benda. Newton merumuskan hukum-hukum gerak yang menjelaskan hubungan gaya dengan gerakan. Pemahaman tentang gerak dan gaya sangat penting, karena menjadi dasar teknologi transportasi, olahraga, hingga eksplorasi ruang angkasa.

Bab 5  Klasifikasi Makhluk Hidup

Pendahuluan

Di dunia ini ada jutaan jenis makhluk hidup: tumbuhan, hewan, jamur, hingga mikroorganisme. Mereka sangat beragam, dari yang sangat kecil seperti bakteri hingga yang besar seperti paus biru. 

Untuk mempelajari dan memahami keragaman ini, para ilmuwan menggunakan klasifikasi, yaitu cara mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya. Melalui klasifikasi, kita lebih mudah mengenali, membedakan, dan mempelajari hubungan antarmakhluk hidup. 

Pada bab ini, kita akan membahas ciri makhluk hidup, alasan pentingnya klasifikasi, serta sistem pengelompokan makhluk hidup.

Isi Utama

A. Makhluk Hidup atau Benda Mati?

Makhluk hidup berbeda dari benda mati karena memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya:

1. Bernapas → semua makhluk hidup membutuhkan oksigen atau gas lain untuk respirasi.

2. Tumbuh dan berkembang → biji menjadi pohon, anak ayam tumbuh jadi dewasa.

3. Bergerak → hewan berpindah tempat, tumbuhan juga bergerak (contoh: putri malu menutup daun).

4. Berkembang biak → menghasilkan keturunan agar jenisnya tidak punah.

5. Peka terhadap rangsangan → manusia merasa sakit saat tertusuk, bunga matahari mengikuti arah cahaya.

6. Mengeluarkan zat sisa → misalnya manusia mengeluarkan keringat dan urine.

7. Memerlukan makanan → tumbuhan membuat makanan sendiri, hewan mencari makanan dari luar.

Benda mati tidak menunjukkan ciri-ciri ini. Batu tidak bisa tumbuh, air tidak bisa bernapas. Dengan ciri inilah kita bisa membedakan makhluk hidup dari benda mati.

B. Mengapa Makhluk Hidup Dikelompokkan?

Keragaman makhluk hidup begitu besar, sehingga perlu sistem pengelompokan. Tujuan klasifikasi antara lain:

• Mempermudah mempelajari makhluk hidup.

• Membedakan makhluk hidup yang mirip.

• Menunjukkan hubungan antar makhluk hidup.

• Memberikan nama ilmiah agar sama di seluruh dunia (misalnya padi disebut Oryza sativa).

Sistem klasifikasi modern dikembangkan oleh Carolus Linnaeus, yang memperkenalkan tata nama ganda (binomial nomenclature). Dalam sistem ini, setiap makhluk hidup memiliki dua nama: genus dan spesies. Contoh: manusia bernama Homo sapiens.

C. Makhluk Hidup Beraneka Ragam.

Klasifikasi dilakukan bertingkat, mulai dari yang paling umum hingga paling spesifik. 

Urutannya adalah Kingdom → Filum (untuk hewan) / Divisio (untuk tumbuhan) → Kelas → Ordo → Famili → Genus → Spesies.

Secara garis besar, makhluk hidup dibagi ke dalam lima kingdom:

1. Monera → organisme bersel satu tanpa inti sejati, contohnya bakteri.

2. Protista → organisme bersel satu dengan inti sejati, contohnya amoeba, ganggang.

3. Fungi (Jamur) → tidak berklorofil, menyerap makanan dari lingkungan, contohnya jamur roti.

4. Plantae (Tumbuhan) → berklorofil, membuat makanan sendiri melalui fotosintesis, contohnya padi, mangga.

5. Animalia (Hewan) → tidak berklorofil, memperoleh makanan dari organisme lain, contohnya serangga, burung, ikan, mamalia.

Melalui sistem ini, para ilmuwan bisa mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup. Misalnya, kucing dan singa sama-sama berasal dari famili Felidae, sehingga memiliki banyak kesamaan.

Kesimpulan

Bab ini menegaskan bahwa makhluk hidup dapat dikenali dari ciri-cirinya, seperti bernapas, tumbuh, berkembang biak, dan peka terhadap rangsangan. Untuk memahami keragaman makhluk hidup, kita perlu melakukan klasifikasi. 

Tujuannya mempermudah pengenalan, membedakan makhluk hidup, serta mengetahui hubungan kekerabatan. Sistem klasifikasi modern yang diperkenalkan Linnaeus membagi makhluk hidup menjadi beberapa tingkatan, mulai dari kingdom hingga spesies. Dengan klasifikasi, kita bisa lebih teratur dalam mempelajari makhluk hidup, serta memahami betapa luas dan indahnya keanekaragaman hayati di bumi.

Bab 6 Ekologi dan Keanekaragaman Hayati Indonesia

Pendahuluan

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Dari hutan tropis Kalimantan, laut biru Raja Ampat, hingga gunung-gunung tinggi di Sumatra, semuanya menyimpan jutaan jenis tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. 

Kekayaan ini tidak hanya indah, tetapi juga penting untuk kehidupan manusia, karena menyediakan makanan, obat, oksigen, dan menjaga keseimbangan ekosistem. Dalam bab ini kita akan belajar tentang konsep ekologi, jenis-jenis ekosistem, keanekaragaman hayati di Indonesia, serta pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

Isi Utama

A. Konsep Ekologi.

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam ekologi, terdapat tingkatan organisasi kehidupan:

1. Individu → satu makhluk hidup, misalnya seekor kucing.

2. Populasi → sekelompok individu sejenis yang hidup di tempat sama, contohnya sekumpulan ikan di kolam.

3. Komunitas → berbagai populasi yang hidup bersama di suatu tempat, misalnya populasi ikan, katak, dan tumbuhan air di kolam.

4. Ekosistem → hubungan antara komunitas dengan lingkungan abiotiknya (air, tanah, cahaya, udara).

5. Biosfer → seluruh ekosistem di bumi.

Ekosistem berjalan seimbang melalui rantai makanan dan jaring-jaring makanan, di mana energi mengalir dari produsen (tumbuhan) → konsumen (hewan) → pengurai (jamur, bakteri).

B. Jenis Ekosistem.

Di Indonesia terdapat beragam ekosistem karena letaknya di daerah tropis. Beberapa contoh ekosistem adalah:

1. Ekosistem darat:

o Hutan hujan tropis: banyak ditemukan di Kalimantan, Papua. Pohonnya tinggi, berlapis-lapis, dan kaya spesies.

o Savana: padang rumput dengan pohon-pohon jarang, misalnya di Nusa Tenggara.

o Hutan mangrove: berada di tepi pantai, penting mencegah abrasi.

o Gunung: memiliki vegetasi sesuai ketinggian, dari hutan bawah sampai padang rumput alpin.

2. Ekosistem perairan:

o Sungai dan danau: rumah bagi ikan air tawar.

o Laut: sangat luas, dengan ekosistem terumbu karang, padang lamun, hingga laut dalam.

o Rawa: daerah dengan genangan air, banyak dihuni burung air dan tumbuhan khas.

Ekosistem ini saling mendukung dan memberikan manfaat besar bagi manusia.

C. Keanekaragaman Hayati Indonesia.

Indonesia disebut megabiodiversity country karena memiliki ribuan jenis makhluk hidup. Contohnya:

• Tumbuhan: sekitar 25.000 jenis, termasuk anggrek bulan, rafflesia, dan pohon meranti.

• Hewan: lebih dari 300.000 jenis, termasuk komodo, orangutan, cendrawasih, dan kupu-kupu endemik.

• Laut: Indonesia memiliki sekitar 500 jenis terumbu karang dan 3.000 jenis ikan laut.

Keanekaragaman ini dipengaruhi oleh iklim tropis, posisi geografis di garis khatulistiwa, serta kondisi alam yang beragam.

D. Pentingnya Pelestarian.

Sayangnya, keanekaragaman hayati Indonesia menghadapi ancaman serius, seperti penebangan hutan, perburuan liar, pencemaran, dan perubahan iklim. Akibatnya, banyak spesies terancam punah.

Upaya pelestarian yang dapat dilakukan:

• Pelestarian in-situ: melindungi makhluk hidup di habitat aslinya (contoh: Taman Nasional Ujung Kulon untuk badak Jawa).

• Pelestarian ex-situ: melindungi di luar habitat aslinya (contoh: kebun binatang, kebun raya, bank genetik).

• Undang-undang dan peraturan: melarang perburuan satwa dilindungi.

• Kesadaran masyarakat: mengurangi sampah plastik, menanam pohon, menjaga laut.

Kesimpulan

Bab ini mengajarkan bahwa ekologi mempelajari hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya, mulai dari individu hingga biosfer. Ekosistem di Indonesia sangat beragam, baik darat maupun perairan, dan mendukung kehidupan jutaan makhluk hidup. 

Indonesia kaya keanekaragaman hayati, tetapi kekayaan ini terancam akibat ulah manusia. Karena itu, pelestarian lingkungan menjadi kewajiban bersama agar generasi mendatang tetap bisa menikmati kekayaan alam negeri ini. Dengan menjaga alam, kita sesungguhnya menjaga kehidupan kita sendiri.

Bab 7 Pencemaran Lingkungan

Pendahuluan

Lingkungan adalah tempat kita hidup, menyediakan udara untuk bernapas, air untuk minum, tanah untuk bercocok tanam, dan sumber daya alam untuk kehidupan. Namun, aktivitas manusia seringkali merusak lingkungan. Sampah menumpuk di sungai, asap pabrik mencemari udara, pestisida meracuni tanah, dan minyak tumpah ke laut. 

Semua itu disebut pencemaran lingkungan, yaitu masuknya zat berbahaya atau polutan ke dalam alam sehingga kualitasnya menurun. Bab ini membahas jenis-jenis pencemaran, sumber penyebabnya, dampaknya bagi kehidupan, serta cara mengatasinya.

Isi Utama

A. Pengertian dan Jenis Pencemaran.

Pencemaran lingkungan adalah perubahan pada lingkungan yang menyebabkan kualitasnya menurun sehingga tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Polutan bisa berupa zat kimia, panas, suara, atau bahkan mikroorganisme berbahaya.

Jenis-jenis pencemaran:

1. Pencemaran udara:

o Penyebab: asap kendaraan bermotor, asap pabrik, pembakaran hutan.

o Dampak: gangguan pernapasan, efek rumah kaca, hujan asam.

o Contoh: kota besar dengan tingkat polusi tinggi seperti Jakarta.

2. Pencemaran air:

o Penyebab: limbah rumah tangga, pestisida, tumpahan minyak, sampah plastik.

o Dampak: ikan mati, air tidak layak minum, penyakit diare.

o Contoh: sungai yang berubah warna dan berbau karena limbah.

3. Pencemaran tanah.

o Penyebab: sampah plastik, limbah industri, pupuk dan pestisida berlebihan.

o Dampak: tanah menjadi tidak subur, tercemar logam berat.

o Contoh: lahan pertanian yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia berlebih.

4. Pencemaran suara.

o Penyebab: kebisingan kendaraan, mesin pabrik, pengeras suara.

o Dampak: stres, gangguan tidur, penurunan konsentrasi.

B. Dampak Pencemaran.

Pencemaran memberikan dampak besar pada kehidupan:

• Kesehatan manusia: penyakit pernapasan, kanker, keracunan, stres.

• Kehidupan makhluk hidup lain: ekosistem rusak, hewan mati karena sampah plastik.

• Perubahan iklim: efek rumah kaca dan pemanasan global.

• Kerugian ekonomi: berkurangnya hasil pertanian, biaya kesehatan meningkat, pariwisata menurun karena lingkungan rusak.

Contoh nyata: pemutihan terumbu karang akibat kenaikan suhu laut, atau banjir besar akibat sungai yang dipenuhi sampah.

C. Upaya Mengatasi Pencemaran.

Untuk mengurangi pencemaran, ada langkah-langkah yang bisa dilakukan:

1. Mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang (3R) → kurangi sampah sekali pakai, manfaatkan kembali barang bekas, daur ulang plastik/kertas.

2. Penghijauan → menanam pohon untuk menyerap karbon dioksida.

3. Pengelolaan limbah → limbah pabrik harus diolah sebelum dibuang.

4. Transportasi ramah lingkungan → menggunakan kendaraan umum, sepeda, atau kendaraan listrik.

5. Hukum dan peraturan → pemerintah membuat aturan tentang emisi gas, penggunaan pestisida, dan pelestarian lingkungan.

6. Kesadaran masyarakat → membuang sampah pada tempatnya, mengurangi plastik, menjaga sungai.

Kesimpulan

Pencemaran lingkungan terjadi karena masuknya zat atau energi berbahaya ke alam sehingga menurunkan kualitasnya. Pencemaran terbagi menjadi udara, air, tanah, dan suara. 

Dampaknya meluas: merugikan kesehatan, merusak ekosistem, mempercepat perubahan iklim, dan menyebabkan kerugian ekonomi. Untuk mengatasi pencemaran, dibutuhkan kerja sama semua pihak: pemerintah, masyarakat, dan dunia industri. 

Dengan menerapkan prinsip 3R, menjaga hutan, dan menggunakan teknologi ramah lingkungan, kita bisa melestarikan bumi. Ingatlah, bumi adalah rumah kita bersama, jika rusak maka kehidupan kita pun terancam. (I-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |