
PERISTIWA saling ejek diduga menjadi pemicu perkelahian maut yang menewaskan Angga Bagus Perwira, 12, siswa SMP Negeri 1 Geyer, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Ia diduga meninggal dunia usai terlibat perkelahian dengan temannya sendiri pada Selasa (14/10).
Kapolres Grobogan AKB Ike Yulianto mengungkapkan, kejadian bermula sekitar pukul 07.30 WIB saat para siswa tengah mengikuti kegiatan korve atau kerja bakti di lingkungan sekolah. Siswa laki-laki ditugaskan membersihkan area luar kelas, sementara siswi perempuan berada di dalam kelas.
“Saat kegiatan berlangsung, korban diejek oleh salah satu temannya yang juga diduga sebagai pelaku, dengan sebutan ‘wadon’ (perempuan). Dari situ kemudian terjadi perkelahian, namun berhasil dilerai dan dianggap selesai,” ungkap Kapolres dalam konferensi pers di Mapolres Grobogan, Selasa.
Meski sempat diredam, ketegangan antar keduanya rupanya belum usai. Sekitar pukul 11.30 WIB, setelah jam istirahat, perkelahian kembali terjadi. Dalam insiden kedua ini, pelaku diduga mendorong dan memukul korban hingga terjatuh dan kepalanya membentur lantai.
"Korban yang jatuh mengalami kejang dan langsung dibawa ke ruang UKS. Saat diperiksa, korban sudah tidak bernafas, kemudian dibawa ke Puskesmas, dan dinyatakan meninggal dunia,” jelas Ike Yulianto.
Polres Grobogan telah memeriksa 10 saksi yang terdiri dari enam siswa dan empat guru. Penyelidikan pun masih berlangsung untuk menentukan kelanjutan proses hukum.
“Hari ini kami akan menggelar perkara untuk menentukan apakah peristiwa ini dapat dinaikkan ke tahap penyidikan dan menetapkan tersangka,” ujar Kapolres.
Kapolres menambahkan, dua anak kini sedang ditangani sebagai Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH). Polisi memastikan proses hukum dilakukan sesuai dengan prinsip perlindungan anak.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Balai Pemasyarakatan (Bapas), Dinas Pendidikan, dan Dinas Sosial untuk bersama-sama menangani kasus ini sesuai prosedur yang berlaku,” tegasnya.
Hasil autopsi menunjukkan adanya luka akibat benturan benda tumpul di bagian belakang kepala korban.
"Hasilnya, terdapat tulang di bagian belakang yang menyambung ke kepala mengalami patah,” jelas Kapolres.
Sebagai langkah preventif, pihak kepolisian juga menggelar trauma healing bagi siswa-siswi di SMPN 1 Geyer agar tidak mengalami tekanan psikologis akibat insiden ini.
"Kami ingin anak-anak tidak trauma dengan peristiwa ini, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kami juga menugaskan Sat Binmas dan jajaran Polsek untuk melakukan sosialisasi pencegahan perundungan di sekolah-sekolah,” pungkasnya. (HT/E-4)