Putin Akui Tentara Korea Utara Bantu Rusia Rebut Kursk, Perdebatan Damai Ukraina-Rusia Memanas

6 hours ago 7
Putin Akui Tentara Korea Utara Bantu Rusia Rebut Kursk, Perdebatan Damai Ukraina-Rusia Memanas Presiden Rusia Vladimir Putin untuk pertama kalinya mengakui keterlibatan tentara Korea Utara dalam merebut wilayah Kursk dari serangan Ukraina, memuji mereka.(Kremlin)

PRESIDEN Rusia Vladimir Putin untuk pertama kalinya mengakui kehadiran tentara dalam pertempuran merebut wilayah Rusia. Dua hari setelah Moskow mengklaim telah merebut kembali seluruh Kursk.

“Teman-teman Korea kita bertindak atas dasar solidaritas, keadilan, dan rasa persahabatan sejati,” ujar Putin.

“Kami memberikan penghormatan atas kepahlawanan, tingkat pelatihan khusus yang tinggi, dan pengorbanan diri para tentara Korea yang, bahu membahu dengan para pejuang Rusia, membela tanah air kita seolah-olah tanah air mereka sendiri,” ujarnya.

Sementara itu, pemerintah Rusia, Ukraina, Amerika Serikat, dan Eropa terus memperdebatkan syarat-syarat gencatan senjata dan kesepakatan jangka panjang untuk mengakhiri pertempuran.

Pada Minggu (27/4), Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengkritik usulan AS sebagai "sebuah kapitulasi."

Ukraina tahu mereka mungkin harus mengorbankan sebagian wilayah untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang langgeng, “tetapi mereka tentu tidak boleh sejauh usulan terbaru dari Presiden Amerika itu,” kata Pistorius.

“Ukraina sendiri sebenarnya sudah bisa mendapatkan apa yang termasuk dalam usulan itu (usulan Trump) setahun lalu, praktis melalui kapitulasi,” ujarnya. “Saya tidak melihat adanya nilai tambah.”

Hubungan Moskow-Pyongyang

Pejabat Ukraina dan laporan intelijen Barat sebelumnya memperkirakan sekitar 12.000 tentara Korea Utara telah dikirim untuk bertempur di Rusia. Pada Maret, militer Korea Selatan melaporkan 3.000 tentara Korea Utara tambahan telah dikirim, bersama dengan “sejumlah besar” rudal balistik jarak pendek serta ratusan unit howitzer swagerak 170 milimeter dan peluncur roket ganda 240 milimeter.

Korea Utara belum mengonfirmasi kontribusinya secara terbuka hingga Senin. “Operasi untuk membebaskan wilayah Kursk guna menangkis invasi penuh petualangan ke Federasi Rusia oleh pihak berwenang Ukraina telah diselesaikan dengan kemenangan,” menurut kantor berita pemerintah KCNA.

Putin dan Kim Jong Un menandatangani pakta pertahanan bersejarah di Pyongyang tahun lalu, ketika kedua negara otoriter ini meningkatkan hubungan mereka ke “tingkat baru,” serta berjanji untuk memberikan bantuan militer langsung jika salah satu dari mereka diserang.

Rusia menyatakan pada akhir pekan lalu, pasukannya telah merebut kembali Kursk, wilayah perbatasan tempat Ukraina meluncurkan serangan mendadak tahun lalu, meskipun Kyiv bersikeras pasukannya masih bertempur sengit untuk mempertahankan pijakan mereka di wilayah tersebut.

Militer Ukraina mengerahkan sumber daya berharga untuk mempertahankan wilayah itu, dengan tujuan menggunakannya sebagai alat tawar dalam negosiasi perdamaian. Operasi tersebut juga dimaksudkan untuk mengurangi tekanan di garis depan timur yang terkepung.

Perdebatan Perundingan Damai

Rencana AS untuk mengakhiri pertempuran secara permanen mencakup pengakuan Washington atas kendali Rusia terhadap Krimea dan akan memberikan Rusia wilayah Ukraina tambahan yang diduduki sejak invasi skala penuh pada 2022, menurut pejabat yang mengetahui rencana tersebut.

Trump merasa frustrasi karena upayanya untuk menengahi kesepakatan damai antara Moskow dan Kyiv setelah tiga tahun perang sejauh ini belum membuahkan hasil. Gedung Putih kini semakin gencar mendorong tercapainya kesepakatan.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan pekan mendatang akan menjadi "sangat krusial" untuk menentukan apakah AS dapat terus mencoba menengahi perdamaian antara Rusia dan Ukraina, menunjukkan tenggat waktu Presiden Donald Trump untuk mencapai kesepakatan semakin dekat.

“Kami sudah hampir, tapi belum cukup dekat,” kata Rubio dalam acara “Meet the Press” NBC. Ia menambahkan Moskow dan Kyiv lebih dekat dari sebelumnya untuk mencapai kesepakatan, namun tetap memperingatkan agar tidak terlalu berharap terjadinya terobosan.

Rubio kemudian berbicara dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov tentang "mengonsolidasikan" prasyarat untuk negosiasi, menurut kementerian luar negeri di Moskow, yang menggambarkan percakapan tersebut sebagai "pertukaran pandangan yang produktif."

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia siap untuk memulai perundingan damai dengan Ukraina tanpa prasyarat. Ia mengatakan Putin “berkali-kali menegaskan pihak Rusia siap memulai proses negosiasi dengan Ukraina tanpa prasyarat.”

Peskov menyatakan diperlukan adanya sinyal dari Ukraina agar negosiasi langsung dapat dilanjutkan. “Setidaknya Kyiv harus mengambil tindakan dalam hal ini. Saat ini ada larangan hukum bagi mereka untuk melakukannya. Namun sejauh ini kami belum melihat adanya tindakan seperti itu.”

Negosiasi langsung terakhir untuk mengakhiri konflik terjadi pada musim semi 2022.

Putin mengatakan pada 21 April, ia terbuka terhadap kemungkinan pembicaraan bilateral dengan Ukraina, seiring meningkatnya tekanan dari AS kepada kedua belah pihak untuk segera mencapai kesepakatan damai. Peskov mengatakan belum ada rencana langsung untuk percakapan antara Putin dan Presiden AS Donald Trump.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Sabtu, mengakui Ukraina tidak memiliki kekuatan militer yang cukup untuk merebut kembali Krimea secara paksa. Namun ia sudah lama menegaskan melakukan konsesi teritorial adalah garis merah. Mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia juga akan melanggar konstitusi Ukraina. (CNN/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |