
INVESTASI perusahaan asal Korea Selatan, LG, disebut masih terus berjalan dan berencana untuk melakukan ekspansi di Tanah Air. Hanya, penanaman modal tersebut tak lagi sebesar di awal yang nilai investasinya menyentuh US$9,8 miliar.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani dalam konferensi pers, Selasa (29/4) "Memang kemarin ada berita LG, salah satu investasinya tidak dilanjutkan. Tapi, tidak semua program itu mereka berhenti. Dari 4, satu sudah berjalan. Dan besok saya akan datang ke salah satu tempat investasinya," ujarnya.
Investasi LG yang masih berlanjut itu, kata Rosan, merupakan penanaman modal di sektor pembuatan sel baterai. Saat ini nilai investasi yang telah berjalan mencapai US$1,1 miliar dan akan ditambah lagi sebesar US$1,7 miliar.
Dengan kata lain, tidak seluruh investasi dari LG dihentikan. Dari total nilai investasi yang mencapai US$9,8 miliar itu berasal dari empat joint venture. Rosan mengatakan, tiga joint venture menarik investasinya, sementara satu joint venture lainnya tetap melanjutkan penanaman modalnya.
"Mundur ini sebetulnya hanya di joint venture yang satu, dua, dan tiga, yang keempat ini sudah berjalan dan sudah selesai investasinya nilainya US$1,1 miliar itu di battery cell. Itu sudah selesai. Justru mereka ingin menambah investasi yang US$1,1 miliar ke US$1,7 miliar untuk pengembangan dari investasi tersebut," terang Rosan.
Adapun perusahaan yang akan mengisi tempat dalam ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) setelah ditinggalkan LG ialah Huayou. Perusahaan asal Tiongkok itu telah menyatakan komitmennya untuk mengisi tempat yang ditinggalkan perusahaan asal Korea Selatan.
Huayou juga diketahui telah berinvestasi di Morowali dan Weda Bei. Pemerintah, imbuh Rosan, akan melanjutkan pembahasan minat Huayou untuk berinvestasi di ekosistem kendaraan listrik dalam waktu dekat.
"Nanti kita akan lanjutkan pembicaraan lebih detail pada Mei untuk menindaklanjuti. Tapi pada intinya mereka siap masuk merealisasikan yang grand package, karena investasi yang besar dalam rangka merealisasikan rencana dan target yang mungkin kemarin selama lima tahun terakhir tertunda," jelasnya.
"Kita harapkan ini lebih banyak menggunakan material yang ada di Indonesia. Itu yang kita dorong dan kita melihatnya ini menjadi hal yang positif karena partner yang berminat adalah yang sudah berinvestasi di Indonesia selama ini," pungkas Rosan. (E-4)