
RUMAH Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) Prof Dr dr Mahar Mardjono Jakarta resmi meluncurkan Pusat Moyamoya dan Penyakit Serebrovaskular Kompleks, yang dirancang sebagai pusat unggulan nasional untuk diagnosis, tata laksana, pelatihan, dan riset penyakit-penyakit otak vaskular yang sulit ditangani.
Pusat ini dibentuk melalui kolaborasi internasional bersama Far East Neurosurgical Institute, Jepang, yang dipimpin Prof Rokuya Tanikawa, salah satu pionir bedah bypass otak dan ahli terkemuka dunia dalam penyakit moyamoya.
Peresmian ini dirangkaikan dengan Workshop Internasional Bypass Pembuluh Darah Otak dan Penanganan Kasus Kompleks Bedah Saraf, yang diikuti hampir 100 peserta dari berbagai institusi di Indonesia.
Acara ini menghadirkan pakar bedah saraf dan neurovaskular dari berbagai negara, termasuk Jepang, Amerika Serikat (AS), Hong Kong, Thailand, Malaysia, Filipina, Meksiko, Portugal dan Kolombia.
Di antara institusi ternama yang hadir adalah para ahli dari University of Pittsburgh (USA) dan Queen Elizabeth Hospital (Hong Kong), yang turut terlibat langsung dalam pelatihan yang bekerja sama dengan kementrian kesehatan dan perhimpunan ahli bedah saraf indonesia, untuk memperkenalkan berbagi teknik terkini dalam penanganan bedah saraf vaskular kompleks.
Penyakit Moyamoya merupakan kelainan progresif pembuluh darah otak yang menyebabkan penyempitan arteri karotis internal, sehingga meningkatkan risiko stroke berulang pada anak maupun dewasa muda.
Penyakit ini tergolong langka dan membutuhkan penanganan khusus melalui pembedahan mikrovaskular seperti bypass otak.
RS PON, melalui tim bedah saraf vaskularnya, telah menangani puluhan kasus moyamoya dalam lima tahun terakhir—menjadikannya pusat rujukan dengan jumlah kasus tertinggi di Indonesia. Keberhasilan ini menjadi dasar pendirian pusat khusus untuk memperluas cakupan pelayanan dan edukasi nasional.
salah satu ahli bedah saraf vaskular RS PON Muhammad Kusdiansah menyampaikan, “Pasien moyamoya sering kali datang dalam kondisi terlambat karena gejalanya menyerupai stroke biasa. Dengan adanya pusat ini, kami ingin mendorong deteksi dini, penanganan tepat waktu, dan pelatihan bagi dokter-dokter dari seluruh Indonesia agar layanan ini merata. Kami juga bersyukur mendapat dukungan langsung dari Prof. Tanikawa dan berbagai ahli dunia yang berkenan hadir.”
Direktur Utama RS PON Adin Nulkhasanah menegaskan pusat ini juga akan membuka jalan menuju kerja sama riset internasional, pengembangan teknik inovatif, serta memperkuat peran Indonesia dalam komunitas keilmuan bedah saraf vaskular dunia.
Apa Itu Penyakit Moyamoya?
Moyamoya adalah penyakit langka yang ditandai dengan penyempitan progresif atau bahkan penyumbatan arteri utama di otak, khususnya di bagian dasar otak, yaitu arteri karotis internal.
Untuk mengimbangi penyumbatan ini, tubuh membentuk pembuluh darah kecil baru sebagai jalur alternatif aliran darah. Sayangnya, pembuluh darah kecil ini rapuh dan berisiko tinggi pecah atau tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen otak.
Nama “Moyamoya” berasal dari bahasa Jepang yang berarti “asap mengepul”, karena pada pemindaian angiografi, jaringan pembuluh darah kecil yang terbentuk terlihat seperti gumpalan asap.
Penyakit Moyamoya paling sering ditemukan pada anak-anak usia 5 hingga 10 tahun dan orang dewasa usia 30 hingga 40 tahun.
Meski lebih umum di Asia Timur, terutama Jepang dan Korea, kasus Moyamoya juga ditemukan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini bisa bersifat genetik, tetapi juga dapat muncul tanpa riwayat keluarga.
Gejala dan Tanda-Tanda Moyamoya
Gejala Moyamoya bisa muncul secara bertahap atau mendadak. Pada anak-anak, gejala paling umum adalah stroke atau transient ischemic attack (TIA), yang ditandai dengan:
- Kelemahan atau kelumpuhan mendadak di wajah, lengan, atau kaki
- Gangguan bicara atau penglihatan
- Kejang
- Sakit kepala parah
- Gangguan kognitif atau penurunan kesadaran
Pada orang dewasa, Moyamoya bisa memicu perdarahan otak (stroke hemoragik) akibat pecahnya pembuluh darah kecil.
Diagnosis dan Penanganan
Untuk mendiagnosis Moyamoya, dokter akan melakukan pemeriksaan pencitraan otak seperti MRI, MRA (Magnetic Resonance Angiography), atau angiografi serebral guna melihat struktur dan aliran darah di otak.
Penanganan penyakit ini umumnya melibatkan operasi bedah revaskularisasi untuk meningkatkan aliran darah ke otak.
Dua pendekatan yang sering digunakan. Pertama, Direct bypass, yaitu menghubungkan langsung pembuluh darah dari luar ke otak. Kedia, Indirect bypass, yaitu menciptakan kondisi agar pembuluh darah baru tumbuh secara alami.
Terapi obat seperti antikoagulan atau antiplatelet kadang digunakan untuk mencegah stroke, namun biasanya tidak cukup tanpa prosedur bedah.
Karena bersifat progresif dan dapat berakibat fatal jika tidak ditangani, deteksi dini dan penanganan tepat sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien Moyamoya.
Orangtua disarankan waspada jika anak menunjukkan gejala stroke atau kejang berulang yang tidak diketahui penyebabnya. (Z-1)