
PT Prodia Diagnostic Line (Proline), perusahaan afiliasi PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) sekaligus bagian dari kelompok usaha Prodia Group, meresmikan fasilitas produksi baru di Kawasan Industri Jababeka III, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Jumat (25/4).
Pendiri dan Komisaris Utama Proline Andi Widjaja, mengatakan fasilitas produksi baru ini akan memproduksi berbagai jenis reagen yang digunakan pada program pemeriksaan kesehatan gratis Kemenkes. Saat ini, produk Proline telah digunakan oleh lebih dari 7.000 fasilitas kesehatan baik pemerintah maupun swasta termasuk puskesmas, rumah sakit, dan klinik di seluruh Indonesia.
"Pabrik ini semakin mendorong kemandirian produksi alkes dan reagen buatan dalam negeri. Kami optimis dapat berkontribusi terhadap permintaan alkes dan reagen yang terus meningkat setiap tahun sehingga rantai pasok tetap dapat terjaga. Disisi lain, Proline juga siap berkontribusi mengamankan jumlah produksinya untuk mendukung program pemeriksaan kesehatan gratis yang membutuhkan alkes dan reagen dalam jumlah banyak. Selain itu, kita juga perlu mengurangi ketergantungan impor alat kesehatan," kata Andi.
Fasilitas produksi baru Proline diresmikan Direktur Jenderal Kefarmasian & Alat Kesehatan Kementeri Kesehatan secara langsung oleh Lucia Rizka Andalusia.
"Kami harap keberadaan fasilitas ini dapat mendorong penggunaan alat kesehatan (alkes) dan reagen produksi dalam negeri dengan kualitas yang setara dengan produk impor. Kehadiran fasilitas tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk dalam negeri," kata Lucia.
Direktur Proline Cristina Sandjaja, menyampaikan perluasan fasilitas ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi untuk berbagai lini, termasuk kimia klinik, hematologi, rapid test, dan instrumen diagnostik.
Dukung Kemandirian dan Tingkatkan Ekspor
"Produk kimia klinik yang naik 3 kali lipat menjadi 960.000 kit per tahun, rapid test meningkat 4,5 kali lipat menjadi 22,5 juta tes, dan instrumen naik 4 kali lipat menjadi 4.000 unit per tahun, serta penambahan fasilitas baru untuk biomolekuler dengan kapasitas hingga 5 juta tes per tahun. Target jangka panjangnya adalah memenuhi kebutuhan seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia serta memperluas penetrasi pasar ekspor hingga 20% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya."
Sementara, Günther Gorka selaku CEO DiaSys Diagnostic Systems GmbH, mitra global Proline, turut mengapresiasi langkah ekspansi Proline dalam menyediakan alkes dan reagen berstandar internasional di Indonesia. "Kami berharap fasilitas baru ini mendorong Proline menjadi pemain kunci di pasar dalam dan luar negeri, serta siap mendukung inovasi Proline untuk memajukan industri alat kesehatan nasional," kata Gorka.
Proline, kata Cristina Sandjaja, telah menjadi pionir produsen alkes dan reagen yang mengacu pada standar mutu nasional dan internasional. Hal ini dibuktikan dari penayangan Alat Kesehatan Dalam Negeri (AKD) untuk reagen kimia klinik di e-Katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sejak tahun 2015, dengan TKDN sebesar 42,10%-55,85%.
Untuk terus mendorong peningkatan TKDN di atas 40%, Proline berupaya memaksimalkan penggunaan bahan baku lokal, khususnya untuk bahan non-enzim dan bahan kemas, serta memproduksi sendiri komponen berbahan metal untuk seluruh instrumen yang dihasilkan. Proline konsisten dalam menjamin kualitas produksinya melalui sertifikasi ISO 13845:2016 yang telah diperoleh sejak tahun 2013 yang mencakup keseluruhan proses dari desain, produksi hingga manufaktur dan terus diperbaharui seiring ekspansi produk. (X-8)