
DIREKTUR Utama PT Pertamina Simon Aloysius Mantiri membuka peluang kolaborasi bisnis dalam 19 proyek strategis yang ditaksir mencapai nilai US$9,25 miliar atau sekitar Rp150,65 triliun (kurs Rp16.287 per dolar AS). Tawaran ini disampaikan dalam gelaran Pertamina Investor Day bertema Navigating Challenges Towards Energy Resilience di Jakarta, Rabu (16/7).
"Bersama dengan subholding Pertamina, kami menjajaki peluang kolaborasi bisnis dalam 19 proyek strategis sebesar US$9,25 miliar," ungkapnya.
Ia menekankan peran investor amat krusial dalam mendukung keberhasilan langkah-langkah transformasi yang tengah dijalankan oleh Pertamina.
Pertamina saat ini memusatkan strategi jangka panjangnya pada dua pilar utama. Pertama, memaksimalkan bisnis inti yang mencakup sektor hulu migas, kilang, dan distribusi bahan bakar untuk memperkuat ketahanan energi nasional. Kedua, memperluas bisnis rendah karbon melalui pengembangan biofuel, perluasan energi panas bumi, uji coba teknologi energi baru, serta peningkatan portofolio produk kimia.
"Kepada para investor, kemitraan anda merupakan bagian penting dari keberhasilan Pertamina," ucap Simon.
Menghadapi dinamika global, Simon menegaskan komitmen Pertamina terhadap prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dan keberlanjutan jangka panjang.
"Kami tetap teguh menjalankan prinsip tata kelola yang baik dan berkomitmen memberikan nilai berkelanjutan bagi bangsa dan seluruh pemangku kepentingan," tuturnya.
Menatap masa depan, Pertamina menyelaraskan visi dengan prioritas pemerintah dalam mewujudkan kemandirian energi nasional sebagaimana tertuang dalam Asta Cita.
Komitmen pemerintah tersebut juga ditopang dengan kehadiran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), entitas investasi strategis yang dibentuk untuk mengoptimalkan pengelolaan aset negara. Saat ini, Danantara telah menjadi pemegang saham mayoritas Pertamina melalui kepemilikan 99% saham Seri B. Adapun Kementerian BUMN tetap memiliki satu saham Seri A sebagai bentuk kontrol negara.
Dalam kesempatan yang sama, Managing Director Business 2 BPI Danantara Setyanto Hantoro menegaskan komitmennya dalam memperkuat kemitraan strategis guna mewujudkan Indonesia yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
Menurutnya, Indonesia tengah berada dalam perjalanan berani menuju Indonesia Emas 2045 dengan target menjadi negara berpendapatan tinggi, mencapai pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 8%, dan Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar US$10 triliun pada tahun tersebut.
Ambisi besar ini, kata Setyanto, bukan hanya milik pemerintah, tetapi merupakan tujuan strategis nasional yang membutuhkan partisipasi aktif dari semua pihak.
"Untuk mencapainya, pemerintah telah menetapkan delapan pilar strategis yang terangkum dalam Asta Cita, mulai dari hilirisasi industri, ketahanan pangan dan energi, hingga transformasi digital," jelasnya.
Setyanto menilai peran Danantara dan Pertamina menjadi penting untuk mewujudkan target Indonesia Emas 2045.
"Danantara tidak sekadar holding company biasa. Kami adalah instrumen strategis negara untuk menggerakkan investasi dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan," terangnya.
Saat ini, Danantara mengelola hampir Rp15.000 triliun aset kekayaan negara yang tersebar di lebih dari 900 entitas di 13 sektor strategis. Ekosistem besar ini, menurut Setyanto, memberikan dua tanggung jawab besar dan peluang besar untuk mendorong transformasi.
"Tidak hanya di tubuh Pertamina, tetapi juga pada skala nasional," tuturnya.
Dia menambahkan, Danantara saat ini mengawasi langsung 50 portofolio perusahaan yang mencakup 13 sektor, mulai dari energi, kesehatan, telekomunikasi hingga logistik. Diversifikasi ini memungkinkan Danantara menyeimbangkan antara prioritas nasional dan kebutuhan investor, sekaligus memastikan terciptanya nilai yang berkelanjutan bagi BUMN, pemerintah, investor, dan masyarakat luas. (Ins/E-1)