Peninggalan Kerajaan Hindu Buddha: Sejarah yang Tersisa

1 day ago 8
 Sejarah yang Tersisa Pengunjung berada di samping situs Candi Blandongan di Kompleks Pencandian Batujaya, Desa Segaran, Batujaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat(ANTARA FOTO/Teresia May)

JEJAK peradaban masa lampau, khususnya dari era kerajaan Hindu-Buddha, masih terukir jelas dalam berbagai artefak dan situs bersejarah yang tersebar di seluruh Nusantara. Warisan budaya ini bukan sekadar tumpukan batu atau prasasti kuno, melainkan jendela yang membuka wawasan kita tentang kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan spiritual masyarakat pada masa itu. Memahami peninggalan-peninggalan ini memungkinkan kita untuk merekonstruksi narasi sejarah yang lebih komprehensif dan menghargai akar budaya bangsa Indonesia.

Arsitektur Megah: Candi dan Stupa

Salah satu bentuk peninggalan yang paling ikonik dari kerajaan Hindu-Buddha adalah arsitektur candi dan stupa. Bangunan-bangunan megah ini bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol kekuasaan dan pusat kegiatan sosial-budaya. Candi Borobudur, misalnya, merupakan mahakarya arsitektur Buddha yang menggambarkan perjalanan spiritual manusia menuju pencerahan. Relief-relief yang terpahat di dinding candi menceritakan kisah-kisah Jataka dan ajaran Buddha lainnya, memberikan gambaran tentang sistem kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat pada masa itu.

Selain Borobudur, terdapat pula Candi Prambanan yang merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini didedikasikan untuk Trimurti, yaitu tiga dewa utama dalam agama Hindu: Brahma (pencipta), Vishnu (pemelihara), dan Shiva (perusak). Arsitektur Prambanan yang menjulang tinggi dengan ornamen-ornamen yang rumit mencerminkan keagungan dan kemegahan kerajaan Mataram Kuno yang membangunnya. Kompleks candi ini juga menyimpan legenda Roro Jonggrang, sebuah cerita rakyat yang populer dan menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat setempat.

Tidak hanya di Jawa, peninggalan candi juga dapat ditemukan di berbagai daerah lain di Indonesia. Candi Muara Takus di Riau, misalnya, merupakan kompleks candi Buddha yang diperkirakan berasal dari abad ke-7 Masehi. Arsitektur candi ini menunjukkan adanya pengaruh dari kebudayaan Sriwijaya, sebuah kerajaan maritim yang pernah menguasai wilayah Sumatera dan sekitarnya. Candi-candi lain seperti Candi Penataran di Jawa Timur dan Candi Sukuh di Jawa Tengah juga memiliki karakteristik arsitektur yang unik dan mencerminkan perkembangan agama Hindu-Buddha di wilayah masing-masing.

Stupa, sebagai bangunan keagamaan Buddha, juga memiliki peran penting dalam sejarah dan budaya Indonesia. Stupa biasanya digunakan untuk menyimpan relik-relik suci atau abu jenazah tokoh-tokoh penting. Bentuk stupa bervariasi, mulai dari yang sederhana hingga yang sangat kompleks dengan ornamen-ornamen yang rumit. Beberapa contoh stupa yang terkenal di Indonesia antara lain stupa-stupa kecil yang terdapat di Candi Borobudur dan stupa-stupa yang ditemukan di situs-situs arkeologi di Sumatera dan Jawa.

Prasasti: Sumber Informasi Sejarah

Selain arsitektur, prasasti merupakan sumber informasi penting untuk memahami sejarah kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Prasasti adalah tulisan yang dipahat pada batu, logam, atau bahan keras lainnya. Prasasti biasanya berisi informasi tentang peristiwa-peristiwa penting, seperti pembangunan candi, pemberian hadiah kepada para pendeta, atau penetapan hukum dan peraturan. Bahasa yang digunakan dalam prasasti biasanya adalah bahasa Sanskerta atau bahasa Jawa Kuno.

Salah satu prasasti yang paling terkenal adalah Prasasti Tugu, yang ditemukan di Jakarta. Prasasti ini menceritakan tentang pembangunan saluran irigasi oleh Raja Purnawarman dari kerajaan Tarumanegara. Prasasti Tugu memberikan informasi penting tentang sistem pertanian dan teknologi yang digunakan oleh masyarakat Tarumanegara pada masa itu. Selain itu, prasasti ini juga menunjukkan bahwa kerajaan Tarumanegara memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan India.

Prasasti-prasasti lain seperti Prasasti Canggal, Prasasti Kalasan, dan Prasasti Mantyasih juga memberikan informasi penting tentang sejarah kerajaan Mataram Kuno. Prasasti-prasasti ini menceritakan tentang silsilah raja-raja Mataram Kuno, pembangunan candi-candi, dan peristiwa-peristiwa politik yang terjadi pada masa itu. Dengan mempelajari prasasti-prasasti ini, para sejarawan dapat merekonstruksi sejarah Mataram Kuno dengan lebih akurat.

Tidak hanya di Jawa, prasasti juga ditemukan di berbagai daerah lain di Indonesia. Prasasti Kota Kapur di Bangka, misalnya, merupakan prasasti yang ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dan berisi tentang kutukan terhadap orang-orang yang tidak setia kepada kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini menunjukkan bahwa Sriwijaya memiliki kekuasaan yang luas dan mampu mengendalikan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat kerajaan.

Karya Sastra: Cermin Kehidupan Sosial dan Budaya

Karya sastra juga merupakan peninggalan penting dari era kerajaan Hindu-Buddha. Karya-karya sastra seperti kakawin, kidung, dan parwa tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai cermin kehidupan sosial dan budaya masyarakat pada masa itu. Karya-karya sastra ini menceritakan tentang kisah-kisah kepahlawanan, percintaan, dan ajaran-ajaran agama.

Kakawin Ramayana, misalnya, merupakan karya sastra Jawa Kuno yang menceritakan kisah epik Ramayana dari India. Kakawin ini diadaptasi ke dalam bahasa dan budaya Jawa, sehingga menghasilkan versi Ramayana yang unik dan berbeda dari versi aslinya. Kakawin Ramayana sangat populer di kalangan masyarakat Jawa dan sering dipentaskan dalam bentuk wayang kulit atau tari.

Selain Ramayana, terdapat pula Kakawin Bharatayuddha yang menceritakan kisah perang antara Pandawa dan Kurawa. Kakawin ini menggambarkan nilai-nilai kepahlawanan, kesetiaan, dan pengorbanan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa pada masa itu. Kakawin Bharatayuddha juga memberikan gambaran tentang kehidupan istana dan sistem pemerintahan kerajaan Jawa Kuno.

Kidung Sunda, merupakan karya sastra yang menceritakan tentang peristiwa Bubat, yaitu sebuah tragedi yang terjadi antara kerajaan Majapahit dan kerajaan Sunda. Kidung ini menggambarkan kesedihan dan kemarahan masyarakat Sunda atas peristiwa tersebut. Kidung Sunda merupakan sumber sejarah yang penting untuk memahami hubungan antara Majapahit dan Sunda pada masa itu.

Parwa, merupakan karya sastra yang berisi tentang kisah-kisah Mahabharata. Parwa-parwa ini diadaptasi ke dalam bahasa Jawa Kuno dan sering dipentaskan dalam bentuk wayang kulit. Parwa-parwa ini memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran agama Hindu dan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa pada masa itu.

Sistem Pemerintahan dan Hukum

Peninggalan kerajaan Hindu-Buddha juga memberikan informasi tentang sistem pemerintahan dan hukum yang berlaku pada masa itu. Prasasti-prasasti dan karya-karya sastra seringkali menyebutkan tentang jabatan-jabatan dalam pemerintahan, seperti raja, mahapatih, dan senapati. Selain itu, terdapat pula informasi tentang hukum dan peraturan yang mengatur kehidupan masyarakat.

Dalam sistem pemerintahan kerajaan Hindu-Buddha, raja memiliki kekuasaan tertinggi. Raja dianggap sebagai wakil dewa di bumi dan memiliki hak untuk memerintah dan membuat keputusan. Raja dibantu oleh para pejabat tinggi, seperti mahapatih (perdana menteri) dan senapati (panglima perang). Para pejabat ini bertugas untuk menjalankan pemerintahan dan menjaga keamanan kerajaan.

Hukum dan peraturan pada masa kerajaan Hindu-Buddha biasanya didasarkan pada ajaran-ajaran agama Hindu dan Buddha. Hukum-hukum ini mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti perkawinan, warisan, dan kejahatan. Pelanggaran terhadap hukum dapat dikenakan sanksi yang berat, seperti denda, penjara, atau bahkan hukuman mati.

Kitab Undang-Undang Kutara Manawa, merupakan salah satu contoh hukum yang berlaku pada masa kerajaan Majapahit. Kitab ini berisi tentang berbagai macam hukum dan peraturan yang mengatur kehidupan masyarakat Majapahit. Kitab Undang-Undang Kutara Manawa memberikan gambaran tentang sistem hukum yang kompleks dan terstruktur pada masa itu.

Sistem Ekonomi dan Perdagangan

Peninggalan kerajaan Hindu-Buddha juga memberikan informasi tentang sistem ekonomi dan perdagangan yang berlaku pada masa itu. Prasasti-prasasti dan karya-karya sastra seringkali menyebutkan tentang jenis-jenis tanaman yang ditanam, barang-barang yang diperdagangkan, dan mata uang yang digunakan.

Pertanian merupakan sektor ekonomi yang penting pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Masyarakat menanam berbagai macam tanaman, seperti padi, jagung, dan rempah-rempah. Hasil pertanian ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan juga diperdagangkan ke daerah lain.

Perdagangan juga merupakan kegiatan ekonomi yang penting pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan seperti Sriwijaya dan Majapahit dikenal sebagai pusat perdagangan yang ramai. Para pedagang dari berbagai negara datang ke kerajaan-kerajaan ini untuk membeli rempah-rempah, tekstil, dan barang-barang lainnya.

Mata uang yang digunakan pada masa kerajaan Hindu-Buddha bervariasi, mulai dari koin emas dan perak hingga barang-barang seperti kain dan garam. Mata uang ini digunakan untuk melakukan transaksi jual beli dan juga sebagai alat pembayaran pajak.

Seni dan Budaya

Peninggalan kerajaan Hindu-Buddha juga mencerminkan perkembangan seni dan budaya yang pesat pada masa itu. Seni patung, seni lukis, seni tari, dan seni musik berkembang dengan pesat dan menghasilkan karya-karya yang indah dan bernilai tinggi.

Seni patung pada masa kerajaan Hindu-Buddha menghasilkan patung-patung dewa dan tokoh-tokoh penting lainnya. Patung-patung ini biasanya terbuat dari batu, perunggu, atau kayu. Patung-patung ini tidak hanya berfungsi sebagai objek pemujaan, tetapi juga sebagai karya seni yang indah dan bernilai tinggi.

Seni lukis pada masa kerajaan Hindu-Buddha menghasilkan lukisan-lukisan yang menghiasi dinding-dinding candi dan istana. Lukisan-lukisan ini biasanya menggambarkan kisah-kisah epik, seperti Ramayana dan Mahabharata. Lukisan-lukisan ini memberikan gambaran tentang kehidupan sosial dan budaya masyarakat pada masa itu.

Seni tari dan seni musik juga berkembang dengan pesat pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Tarian-tarian dan musik-musik ini biasanya dipentaskan dalam upacara-upacara keagamaan dan acara-acara kerajaan. Tarian-tarian dan musik-musik ini mencerminkan nilai-nilai budaya dan kepercayaan masyarakat pada masa itu.

Kepercayaan dan Agama

Peninggalan kerajaan Hindu-Buddha juga memberikan informasi tentang sistem kepercayaan dan agama yang dianut oleh masyarakat pada masa itu. Agama Hindu dan Buddha berkembang dengan pesat dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Agama Hindu masuk ke Indonesia pada abad ke-4 Masehi dan berkembang dengan pesat di berbagai wilayah. Agama Hindu memengaruhi sistem pemerintahan, hukum, seni, dan budaya masyarakat Indonesia. Dewa-dewa Hindu seperti Brahma, Vishnu, dan Shiva dipuja sebagai dewa-dewa utama.

Agama Buddha masuk ke Indonesia pada abad ke-5 Masehi dan berkembang dengan pesat di berbagai wilayah. Agama Buddha memengaruhi sistem kepercayaan, filsafat, dan seni masyarakat Indonesia. Ajaran-ajaran Buddha seperti karma, reinkarnasi, dan nirwana menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Meskipun agama Hindu dan Buddha berbeda, kedua agama ini hidup berdampingan secara harmonis di Indonesia. Bahkan, seringkali terjadi sinkretisme antara kedua agama ini, yaitu penggabungan unsur-unsur dari kedua agama menjadi satu sistem kepercayaan yang baru.

Warisan Budaya yang Tak Ternilai

Peninggalan kerajaan Hindu-Buddha merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya. Peninggalan-peninggalan ini memberikan informasi penting tentang sejarah, sosial, budaya, dan agama masyarakat Indonesia pada masa lampau. Dengan mempelajari peninggalan-peninggalan ini, kita dapat memahami akar budaya bangsa Indonesia dan menghargai keberagaman budaya yang ada.

Peninggalan kerajaan Hindu-Buddha juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata budaya. Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan situs-situs arkeologi lainnya menarik minat wisatawan dari seluruh dunia. Pengembangan pariwisata budaya dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat dan juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan budaya.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga dan melestarikan peninggalan kerajaan Hindu-Buddha. Peninggalan-peninggalan ini merupakan bagian dari identitas bangsa Indonesia dan harus diwariskan kepada generasi mendatang. Dengan menjaga dan melestarikan peninggalan-peninggalan ini, kita dapat memastikan bahwa sejarah dan budaya bangsa Indonesia tetap hidup dan lestari.

Upaya pelestarian dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti pemeliharaan situs-situs bersejarah, penelitian arkeologi, dan pendidikan budaya. Pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait lainnya harus bekerja sama untuk menjaga dan melestarikan peninggalan kerajaan Hindu-Buddha. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa warisan budaya ini tetap dapat dinikmati oleh generasi sekarang dan generasi mendatang.

Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian warisan budaya. Pendidikan budaya dapat diberikan melalui berbagai media, seperti sekolah, museum, dan media massa. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, kita dapat menciptakan rasa memiliki terhadap warisan budaya dan mendorong partisipasi aktif dalam upaya pelestarian.

Peninggalan kerajaan Hindu-Buddha bukan hanya sekadar tumpukan batu atau prasasti kuno, melainkan cermin peradaban masa lampau yang memberikan pelajaran berharga bagi kita. Dengan mempelajari dan melestarikan peninggalan-peninggalan ini, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik berdasarkan pengalaman dan kearifan masa lalu. (Z-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |