SEJAK dulu imigrasi manusia ikut membawa berbagai budayanya, termasuk kuliner. Itu pula yang terjadi pada kuliner Italia.
Persebaran imigran Italia ikut meninggalkan jejak kuliner Negeri Pizza itu ke berbagai penjuru dunia. Di Argentina, pengaruh kuliner Italia sampai memengaruhi perkembangan gastronomi Argentina. Hidangan-hidangan khas, seperti milanesa a la napolitana, pizza dengan faina, dan provoleta merupakan bukti menyatunya DNA kuliner dua negara itu.
Di Jakarta, paduan cita rasa Italia-Argentina itu bisa ditemukan di Ambiente Ristorante yang terletak di hotel Aryaduta Menteng, Jakarta. Restoran itu bahkan kini secara spesial menghadirkan juru masak dari Argentina, Francisco Javier Sanchez Alcazar.
Selama sekitar 3 bulan ini chef Francisco bakal menghadirkan pengalaman kuliner Argentina-Italia kepada pelanggan melalui event khusus. Event pertama akan berlangsung esok, Minggu (20/4) pada kegiatan Easter Sunday Brunch.
“Kami sangat beruntung memilikinya (sebagai Chef) di sini sekarang, tidak mudah menemukan juru masak Argentina di Indonesia. Selain itu, sekalipun ada beberapa koki Argentina, tidak banyak diantara mereka mau menghadirkan kuliner Italia, mereka benar-benar hanya berkonsentrasi pada hidangan Argentina. Jadi kami sangat senang memiliki Francisco di sini,” ucap Cluster Food & Beverage Director, Herman Feigi, kepada Media Indonesia, Senin (14/4).
Disinggung terkait apakah hidangan yang dihadirkan nantinya akan bercita rasa autentik Argentina-Italia, Feigi menjamin hal itu. “Kami selalu menekankan kepada juru masak kami untuk memasak seperti di rumah asal mereka. Jika mereka dari Italia maka memasaklah hidangan dengan bercitarasa autentik Italia, bila dari Argenntina maka masaklah dengan gaya Argentina. Dengan hal itu tentunya Ambiente Ristorante selalu menghadirkan kuliner bercita rasa autentik,” terang Feigi.
Tradisi Domba Panggang
Menu Easter Sunday Brunch kreasi chef Francisco terdiri dari Roasted Lamb with Herb Crust, Stuffed Roasted Chicken, Salmon en Croute, Mushroom Risotto, Smoked Salmon Mousse and Asparagus Bruschetta, hingga pasta salad.
Hidangan daging domba dikatakan dibuat mengikuti tradisi hidangan perayaan Paskah. Daging domba melambangkan pengorbanan Yesus Kristus dan perayaan kebangkitannya.
Francisco menjelaskan bahwa daging domba diolah ala rolade. “Untuk menu Roasted Lamb with Herb Crust, hidangan ini menghadirkan daging domba bagian paha di mana saya memotong bagian paha dengan ukuran yang cukup tipis untuk kemudian menggulungnya (seperti Rolade Daging). Agar memiliki cita rasa, saya juga merendamnya dengan campuran bawang putih, timi, rosemary, mentega, garam dan merica, untuk kemudian saya memasukkannya ke dalam oven,” jelasnya.
Pria yang pernah menjadi juru masak di Bali itu, melanjutkan, daging domba dipanggang dalam oven selama 3 jam hingga teksturnya lembut namun tetap juicy. Dalam penyajian di atas piring, daging domba dibaluri potongan dari herbs, pun hadir disana sejumlah wortel mini. Menambah cita rasa, sajian ini hadir dengan demi-glace sauce yang dibuat langsung oleh Francisco.
Proses memasak yang panjang juga dilakukan untuk Salmon en Croute yang merupakan salmon dan tumis bayam yang dibungkus puff pastry. Francisco menyebut bahwa dia terlebih dahulu merendam daging salmon yang sudah difillet dengan campuran garam, gula serta daun dill, untuk kemudian disimpan di dalam lemari pendingin selama sekitar 24 jam.
Setelah itu dia juga membuat tumis bayam dengan campuran bawang putih, garam, merica dan pala untuk kemudian dicampur dengan krim keju. Kedua bahan tersebut lalu dimasukan ke dalam olahan puff pastry untuk selanjutnya dipanggang di dalam oven.
“Anda panggang di dalam oven sampai puff pastry renyah dan kecoklatan, dengan waktu sekitar 25 menit pada suhu 200 derajat. Hidangan ini pun disajikan dengan tiga pilihan saus yang kami olah sendiri yaitu, saus demi-glace, mushroom sauce dan saus krim lemon,” jelasnya.
Lebih Creamy
Meskipun dalam perkembangan gastronomi, Argentina banyak terinspirasi dari kuliner Italia, ada beberapa hal yang menjadi pembeda antara kedua negara itu. Salah satu yang paling menonjol adalah urusan cita rasa.
“Tentu kami punya perbedaan, misalnya, orang Italia itu tidak suka menggunakan krim dalam pasta mereka. Namun di Argentina, kami menggunakan keduanya, kami menggunakan saus tomat, minyak zaitun, dan kami juga menggunakan krim untuk memasak pasta,” jelas Francisco.
Francisco juga menjelaskan kalau masyarakat Argentina suka menggunakan keju dalam setiap kulinernya. “Gaya kami pun lebih condong ke keju, kami menambahkan lebih banyak keju daripada resep gaya Italia,” imbuhnya.
Selera itu pula yang terasa dalam setiap sajian Easter Sunday Brunch. Salmon en Croute dan Mushroom Risotto kreasi Francisco terasa lebih creamy dari gaya asli Italia.
Hal serupa pula pada pappardelle yang ia buat. “Beda dengan pappardelle umumnya yang dihidangkan seperti spageti, kami justru menghadirkan pappardelle dengan isian bayam yang dicampur dengan krim keju. Secara kasat mata sajian ini mungkin lebih mirip Ravioli, tetapi sebetulnya itu adalah Pappardelle” jelasnya. (M-1)