Penemuan Awan Molekuler Eos: Langkah Baru dalam Memahami Proses Pembentukan Bintang

3 hours ago 2
 Langkah Baru dalam Memahami Proses Pembentukan Bintang Ilustrasi(NASA)

AWAN besar gas molekuler ditemukan 300 tahun cahaya dari Bumi. Awan ini membuka cara baru untuk mempelajari kondisi yang memungkinkan kelahiran bintang.

Bintang terbentuk dari awan gas molekuler yang runtuh. Hal ini terlihat pada Nebula Orion, yang bersinar karena radiasi ultraviolet panas dari bintang-bintang muda yang lahir di dalamnya. Namun, menemukan awan molekuler sebelum mereka mulai membentuk bintang jauh lebih sulit.

Awan seperti itu sebagian besar terdiri dari gas hidrogen molekuler, yang, ketika tidak dipaparkan cahaya bintang, sangat redup — hampir tak terlihat. (Sebaliknya, hidrogen atomik mudah dideteksi dengan teleskop radio.) Para astronom biasanya menggunakan teleskop radio untuk mendeteksi karbon monoksida, yang tersedia dalam jumlah jauh lebih sedikit di awan molekuler, sebagai indikator keberadaan gas tersebut.

Bagaimana dengan awan yang hampir tidak mengandung karbon monoksida?

Sekelompok astronom yang dipimpin Blakesley Burkhart dari Rutgers University–New Brunswick di New Jersey dan Thavisha Dharmawardena dari New York University mengembangkan cara baru untuk "melihat yang tak terlihat". Dengan menggunakan data ultraviolet-jauh dari satelit Korea STSAT-1, mereka secara langsung mendeteksi molekul hidrogen yang berfluoresensi.

"Ini adalah awan molekuler pertama yang pernah ditemukan dengan melihat emisi ultraviolet-jauh dari hidrogen molekuler secara langsung," kata Burkhart dalam sebuah pernyataan. "Awan ini benar-benar bersinar dalam kegelapan."

Awan ini berbentuk seperti sabit dan terletak di tepi gelembung lokal (Local Bubble), yaitu wilayah ruang angkasa di mana medium antarbintang lebih jarang dibanding sekitarnya, mungkin karena telah "dikosongkan" oleh gelombang kejut dari ratusan supernova kuno. Matahari dan tata surya kita sedang melintasi gelembung lokal ini, dan telah melakukannya selama sekitar lima juta tahun terakhir.

Awan ini, yang dinamai Eos — merujuk pada dewi fajar dalam mitologi Yunani — mengandung sekitar 3.400 massa matahari gas. Awan ini juga kekurangan karbon monoksida, itulah sebabnya sebelumnya tidak terdeteksi dengan metode konvensional.

Diperkirakan Eos akan terdispersi, atau terfotodisosiasi, akibat dampak foton latar belakang terhadap molekul-molekulnya, dalam waktu sekitar 5,7 juta tahun lagi. Ini terlalu cepat untuk memungkinkan pembentukan bintang, kecuali ada pemicu lain seperti gangguan gravitasi dari awan yang lewat. 

Menariknya, tingkat pembentukan bintang rata-rata di lingkungan matahari kita diperkirakan sekitar 200 massa matahari per juta tahun. Sementara itu, Eos kehilangan massa ke medium antarbintang pada tingkat 600 massa matahari per juta tahun — tiga kali lebih cepat dibandingkan laju konversi gas molekuler menjadi bintang. 

Oleh karena itu, tim Burkhart percaya dispersi awan molekuler akibat fotodisosiasi oleh cahaya bintang terdekat bertindak sebagai mekanisme umpan balik untuk mengatur tingkat pembentukan bintang. Ini adalah informasi penting untuk memahami lebih banyak tentang kondisi yang diperlukan agar bintang dapat terbentuk di awan lain yang lebih jauh.

"Ketika kita mengamati melalui teleskop, kita menyaksikan sistem-sistem tata surya yang sedang terbentuk, tetapi kita belum sepenuhnya memahami detail prosesnya," kata Burkhart. "Penemuan Eos sangat menggembirakan karena kita kini dapat langsung mengukur bagaimana awan molekuler terbentuk dan terdisosiasi, serta bagaimana galaksi mulai mengubah gas dan debu antarbintang menjadi bintang dan planet."

Dan kemungkinan besar, penemuan awan-awan serupa lainnya hanya tinggal menunggu waktu.

"Penggunaan teknik emisi fluoresensi ultraviolet-jauh ini dapat mengubah pemahaman kita tentang medium antarbintang, mengungkap awan-awan tersembunyi di seluruh galaksi, bahkan hingga batas terjauh fajar kosmik," kata Dharmawardena.

Meskipun Eos mungkin tidak akan menyaksikan lahirnya bintang-bintang baru, keberadaannya adalah bukti dari "fajar" yang lebih besar — kembali ke awal mula alam semesta — di mana bintang-bintang membawa terang ke kosmos yang gelap. (space/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |