
KOORDINATOR bantuan darurat PBB Tom Fletcher mengatakan keputusan Israel menghentikan penyaluran bantuan ke Gaza, Palestina, sungguh mengkhawatirkan. Rezim zionis memblokir penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza sejak Minggu (2/3) pagi waktu setempat.
Langkah itu diambil guna menekan Hamas agar menerima usulan baru untuk memperpanjang tahap pertama kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.
"Hukum humaniter internasional sudah jelas, bahwa kami harus diberi akses untuk menyalurkan bantuan vital penyelamat nyawa. Kami harus menyalurkan bantuan ke dalam (Gaza) dan membawa para sandera ke luar (Gaza)," tulis Fletcher dalam akun media sosialnya pada Minggu (2/3).
Di sisi lain, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyebutkan harga tepung dan sayuran melonjak lebih dari 100 kali lipat di Jalur Gaza. OCHA kemudian menyatakan mitra-mitranya sedang mengkaji ketersediaan stok di Jalur Gaza.
Disebutkan pula bahan-bahan kebutuhan hidup yang esensial belum bisa masuk akibat Israel menutup titik-titik perlintasan masuk ke wilayah tersebut. "Perlintasan Kerem Shalom, Erez, dan Zikim telah ditutup untuk (lalu lintas) kargo. Ini berarti bantuan kemanusiaan yang vital, termasuk ribuan tenda, belum dapat disalurkan," ungkap OCHA.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak semua pihak melakukan segala upaya guna mencegah pecahnya kembali pertempuran di Gaza. Ia juga menyerukan agar bantuan kemanusiaan segera disalurkan lagi ke Gaza dan semua sandera dibebaskan.
Direktur Regional Dana Anak-Anak PBB UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Edouard Beigbeder, menyoroti tindakan Israel yang memblokir penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza sejak Minggu (2/3) pagi waktu setempat.
Menurut Beigbeder, penghentian pengiriman bantuan kemanusiaan oleh Israel ke Jalur Gaza akan membawa konsekuensi yang menghancurkan bagi anak-anak dan keluarga yang berjuang untuk bertahan hidup di wilayah kantong tersebut.
"Pembatasan bantuan yang diumumkan kemarin akan sangat menghambat operasi penyelamatan nyawa bagi warga sipil," ucap Beigbeder dalam sebuah pernyataan pada Senin (3/3).
Lebih jauh disebutkan, gencatan senjata di Gaza sebagai jalur kehidupan yang sangat penting bagi anak-anak harus dilanjutkan. Kesepakatan tersebut memungkinkan aliran bantuan yang cepat untuk skala respons kemanusiaan di lapangan mengingat kondisi di Gaza masih mengerikan
“Meskipun gencatan senjata memungkinkan kami untuk secara signifikan memperluas bantuan penyelamatan jiwa, tingkat kehancuran di Gaza benar-benar di luar batas bencana. Gencatan senjata harus dipertahankan dan lebih banyak bantuan harus diizinkan masuk untuk mencegah penderitaan dan hilangnya lebih banyak nyawa,” tuturnya.
Tertekan jauh
UNICEF mencatat bahwa sistem kesehatan Gaza telah tertekan jauh melampaui batasnya. 19 dari 35 rumah sakit hanya berfungsi sebagian.
"Tujuh bayi yang baru lahir dilaporkan meninggal karena hipotermia selama seminggu terakhir karena mereka tidak memiliki akses terhadap pakaian hangat dan selimut yang cukup, tempat berlindung, atau perawatan medis,” lanjut Beigbeder.
Tahap pertama gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang berlangsung selama 42 hari berakhir pada Sabtu (1/3). Namun, Israel hingga kini masih enggan membahas fase kedua.
Berdasarkan perjanjian tersebut, kedua belah pihak diharapkan untuk merundingkan tahap kedua, di mana Hamas akan membebaskan puluhan sandera yang tersisa dengan imbalan penarikan diri Israel dari Gaza dan gencatan senjata permanen. (Xinhua/Ant/I-1)