
PARTAI Solidaritas Indonesia akan menggelar kongres pada 19–20 Juli 2025 di Solo, Jawa Tengah. Lokasi kongres ini menjadi sorotan karena Solo yang selama ini menjadi lumbung suara PDIP atau ‘kandang banteng’ di setiap pemilu itu, kini dijadikan basis baru oleh PSI, terlebih lagi Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dikabarkan akan hadir.
Kongres tersebut akan menjadi puncak dari rangkaian Pemilu Raya PSI untuk memilih ketua umum. Sebanyak 187.306 kader akan memilih calon ketua umum PSI periode 2025-2030 secara daring melalui vote.psi.id.
Kaitan Keluarga?
Peneliti Senior dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional BRIN Lili Romli menilai, sulit untuk melepaskan kaitan antara PSI dengan keluarga Presiden Jokowi.
Menurut Lili, dipilihnya Solo sebagai lokasi Kongres juga menjadi sinyal bahwa wilayah yang selama ini kuat sebagai basis PDIP atau 'kandang banteng' akan dijadikan pondasi baru bagi PSI untuk menumbuhkan kekuatan baru pada pemilihan tahun 2029 mendatang.
“Saya kira ya publik akan mengasosiasikan kedua-duanya, pengaruh Jokowi dan sekaligus Solo akan dijadikan basis PSI untuk menggerus kekuatan PDIP,” ujarnya.
Penguatan Basis?
Lili menekankan upaya penguatan basis massa politik di Solo dan Jawa Tengah secara umum bisa menimbulkan kesan positif dan negatif. Namun, ia memungkiri hal ini akan menjadi ancaman baru bagi PDIP.
“Bisa positif dan negatif, positif tentu bagi para pendukung Jokowi dan PSI, negatif bagi PDIP karena dianggap akan mengacak-acak dan juga ancaman baru karena kongres dilakukan di kandang PDIP,” tukasnya.
Jumlah Calon?
Saat ini, ada tiga kader resmi telah maju sebagai calon Ketua Umum (Caketum) PSI yakni Ronald A Sinaga yang akrab disapa Bro Ron, Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep yang merupakan putra Jokowi, serta Agus Mulyono Herlambang. Persaingan kali ini dianggap menjadi ujian PSI terhadap sistem politik yang terbuka dan demokratis.
Di samping itu, Lili menilai wajar jika publik menarik kesimpulan bahwa peluang Kaesang untuk terpilih kembali sebagai Ketua Umum PSI jauh lebih besar dari kandidat lainnya. Ia juga memastikan Kasang akan memenangkan pemilihan Ketum.
“Saya kira ya ini akan menguntungkan Kaesang dan sudah diperhitungkan akan menang dan pasti menang,” imbuhnya.
Hanya Formalistis?
Menurut Lili, sistem pemungutan suara online (e-voting) yang diadopsi PSI untuk memilih Ketua Umum hanya formalitas belaka hanyauntuk memperkuat branding ‘partai terbuka’.
“Jadi sudah dihitung secara matang. E-Voting bisa jadi hanya formalitas dan gimmick saja,” ungkapnya.
Menang Mutlak?
Kendati demikian, ia menduga Kaesang akan mutlak menang menjadi Ketum PSI, terlebih lagi realitas politik itu semakin diafirmasi saat pelaksanaan Pemilihan Raya PSI digelar di Solo dan Kaesang sebagai petahana maju kembali untuk periode ke-2.
“Kalau tidak menang akan malu, baik Kaesang maupun Jokowi. Masa di kota kelahirannya kalah,” pungkasnya. (Dev/P-3)