Orasi Ilmiah, Guru Besar SBM ITB Serukan Membangun Budaya Kepemimpinan Berbasis Ekosistem Berkelanjutan

3 days ago 11
Orasi Ilmiah, Guru Besar SBM ITB Serukan Membangun Budaya Kepemimpinan Berbasis Ekosistem Berkelanjutan Profesor Donald Crestofel Lantu menyampaikan orasi ilmiah dalam Forum Guru Besar.(MI/Naviandri)


PROFESOR Donald Crestofel Lantu, Ph.D., guru besar dalam kelompok keahlian People and Knowledge Management di Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), menyampaikan orasi ilmiahnya dalam Forum Guru Besar dengan topik Pengembangan Kepemimpinan Bisnis: Pergeseran Paradigma dari Individu ke Ekosistem, pada Sabtu (11/10).

Donald merupakan Guru Besar dalam Bidang Kepemimpinan Bisnis yang dikukuhkan pada 1 Desember 2024. Ia dikenal luas atas dedikasinya dalam dunia akademik dan kepemimpinan bisnis. Hingga kini telah membimbing 10 mahasiswa sarjana, 51 magister dan 6 doktor, serta berperan aktif sebagai Wakil Bidang Sumber Daya SBM ITB.

Dalam orasi ilmiahnya,  Donald membuka dengan sebuah pertanyaan mendasar: apa yang dimaksud dengan kepemimpinan itu sendiri?
Ia menjelaskan bahwa diskursus yang berkembang dari awal sampai kekinian memperlihatkan pemimpin hero yang bisa membawa organisasi menuju pencapaiannya. "Jika berhasil dipuji, kalau gagal akan dikritik," ujarnya.

Lebih lanjut, Donald menekankan bahwa di era digital dan ekosistem bisnis saat ini, pendekatan digital leadership menjadi semakin relevan. Pemimpin dituntut mampu memanfaatkan teknologi dan platform daring sebagai sarana mempercepat transformasi organisasi. 

Ia menyoroti perubahan kepemimpinan kontemporer yang kini dipahami sebagai proses sosial, hasil interaksi antara pemimpin, anggota, dan konteks organisasi. Selain menekankan pentingnya kolaborasi, ia juga menyoroti etika dan konteks global sebagai kunci kepemimpinan efektif yang berintegritas, inklusif, serta selaras dengan nilai budaya agar tetap relevan dan berkelanjutan. “Pemimpin bukan lagi super hero, melainkan hasil interaksi antara atasan, bawahan, dan konteks organisasi,” ungkapnya.

Menurut Donald, selama dua dekade terakhir, lanskap kepemimpinan telah mengalami perubahan dari era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) menuju Brittle, Anxious, Nonlinear, Incomprehensible (BANI).

Pergeseran paradigma pada kepemimpinan bisnis bergerak dari individu menjadi kolektif atau ekosistem, keberhasilan kini lahir dari interaksi sosial dari yang stabil menjadi adaptif dan dari orientasi internal menuju relasi global. Tren ini juga memperkenalkan konsep ambidextrous leadership, yaitu kepemimpinan yang mampu menyeimbangkan antara eksploitasi untuk efisiensi dan eksplorasi untuk pertumbuhan. 

“Fokus bisnis sekarang adalah menghasilkan cashflow sebesar-besarnya dengan melakukan efisiensi melalui transformasi digital  sering dikenal sebagai pendekatan eksploitasi,” tuturnya.

Dalam penelitiannya bersama Dr. Hidayat dan Dr. Utomo, Prof. Donald mencontohkan praktik dari Harvard University yang mengembangkan model kepemimpinan ambidextrous dengan pembagian klaster sesuai konteks organisasi. Pengembangan kepemimpinan bukanlah investasi jangka panjang, melainkan investasi sekarang yang perlu diterapkan di seluruh tingkat organisasi untuk membangun daya saing, mendorong inovasi, dan memastikan keberlanjutan organisasi di masa depan.

Sebagai penutup, Donald menyampaikan bahwa kepemimpinan bisnis modern harus dipahami sebagai ekosistem yang hidup dan dinamis, bukan sekadar kapasitas individual. Program pengembangan yang efektif harus bersifat terintegrasi, berjenjang dan berkelanjutan.

Ia menutup orasinya dengan seruan penuh makna, “Marilah kita membangun budaya bisnis dan kepemimpinan kolektif berbasis ekosistem yang berkelanjutan, karena kepemimpinan adalah panggilan untuk melayani kemajuan bersama, sesuai dengan nilai SBM ITB — For the Greater Good," sambungnya. (E-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |