Menuju Derajat Tertinggi di Sisi Allah SWT

1 week ago 11
Menuju Derajat Tertinggi di Sisi Allah SWT Habib Nabiel.(Dok. Pribadi)

PUASA bukan sekadar kewajiban, tetapi sebuah ibadah yang mengangkat derajat manusia ke tingkat tertinggi di sisi Allah SWT. Hal itu diungkapkan oleh Al Habib Nabiel Al Musawa. Ia menguraikan empat pelajaran utama dari Surah Al-Baqarah ayat 183 yang dapat membantu umat Islam menjalankan puasa dengan penuh makna dan meraih kedudukan yang mulia.

Pertama, Habib Nabiel menekankan bahwa ayat ini dimulai dengan panggilan ‘Ya ayyuhalladzina amanu’, yang merupakan panggilan tertinggi dalam Al-Qur’an.

“Panggilan paling rendah adalah saat Allah menyebut orang yang menolak beriman kepada-Nya. Kemudian ada panggilan ‘Ya Ayyuhannas’ yang mencakup semua manusia, lalu ‘Ya Ahlal Kitab’ bagi ahli kitab, dan akhirnya panggilan tertinggi ‘Ya ayyuhalladzina amanu,’” ujarnya.

SUNGGUH-SUNGGUH

Karena ayat tentang puasa ini menggunakan panggilan tertinggi, berarti Allah memberikan penghormatan besar kepada orang-orang beriman yang menjalankan puasa. “Maka hendaknya kita bersungguh-sungguh mendengarkan dan menjalankannya,” lanjutnya.

Kedua, Habib Nabiel menjelaskan bahwa ketika Allah menyatakan ‘kutiba ‘alaikumus-siyam’, para ulama sepakat bahwa ini adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar. “Kata para ulama, kata ‘kutiba’ berarti ‘furida’, artinya difardukan, fardu ‘ain bagi setiap muslim dan muslimah,” katanya.

Ia juga menekankan bahwa kewajiban puasa tidak hanya ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah, tetapi juga dengan ijma’ ulama. “Jika hanya Al-Qur’an dan Sunnah saja, mungkin masih ada perbedaan pendapat dalam tafsirnya. Tetapi ketika sudah ada ijma’ ulama, artinya seluruh mazhab dan manhaj sepakat bahwa puasa adalah kewajiban,” jelasnya.

DIWAJIBKAN

Ketiga, Allah menyebut dalam ayat tersebut bahwa puasa telah diwajibkan juga kepada umat-umat sebelum Islam. Habib Nabiel mencontohkan beberapa bentuk puasa yang lebih berat dari puasa umat Nabi Muhammad SAW.

Sayyidatina Maryam bernazar puasa bukan hanya tidak makan dan minum, tapi juga tidak berbicara dengan siapa pun. Sayyidina Zakaria juga diperintahkan tidak berbicara selama tiga malam berturut-turut kecuali dengan isyarat," ujarnya.

Ia juga menyoroti puasa Sayyidina Thalut yang hanya boleh berbuka dengan satu ciduk air sebelum berperang melawan pasukan Jalut. Selain itu, puasa Nabi Daud AS juga menjadi teladan, di mana beliau berpuasa selang sehari sepanjang hidupnya.

Ia menjelaskan, setiap ibadah dalam Islam memiliki tujuan yang jelas. Salat mencegah perbuatan keji dan mungkar, zakat membersihkan harta dan jiwa, haji menjauhkan dari dosa dan perdebatan.

"Lalu apa tujuan puasa? Allah berfirman, ‘la’allakum tattaqun’—agar kalian bertakwa,” jelas Habib Nabiel.

Ia menegaskan bahwa puasa adalah satu-satunya ibadah yang Allah tegaskan sebagai ibadah khusus untuk-Nya. Allah berfirman dalam hadits qudsi, ‘Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya.' (Ata/H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |