Mendikdasmen: Bahasa Bukan Hanya Alat Ucap, tapi Modal Strategis untuk Kerja Sama Pendidikan, Budaya dan Diplomasi

1 week ago 17
 Bahasa Bukan Hanya Alat Ucap, tapi Modal Strategis untuk Kerja Sama Pendidikan, Budaya dan Diplomasi Mendikdasmen Abdul Mu'ti (tengah).(ANTARA)

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, mengatakan bahwa bahasa bukan semata alat ucap, melainkan modal strategis untuk kerja sama pendidikan, budaya, dan politik luar negeri. 

“Harapan forum ini jelas, lahirnya semangat baru Mabbim yang merefleksikan visi kawasan yang berwibawa dan berdaya saing global,” ungkapnya dalam Seminar Kebahasaan Antarbangsa Majelis Bahasa Brunei Darussalam Indonesia-Malaysia (Mabbim) Tahun 2025 bertajuk Peranan Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu dalam Diplomasi dan Hubungan Antarabangsa, Selasa (28/10).

Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa Mabbim sejak awal berdiri menjadi simbol koordinasi kebijakan peristilahan, tata bahasa, dan pelestarian bahasa negara anggota. Di tengah arus global dan digital yang menguat, Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam memiliki peluang membangun ekosistem kerja sama yang tangguh serta relevan bagi generasi mendatang, mulai dari pendidikan, diplomasi publik, hingga standardisasi istilah untuk ilmu pengetahuan. 

“Pemerintahan hadir ketika norma menjadi kebiasaan. Untuk itulah saya mengajak kita menautkan gagasan ke tindakan lewat tiga simpul kerja yaitu tertib, terukur dan teladan. Inti pesannya sederhana,” ujar Abdul Mu’ti. 

“Kata tertib menuntun layanan yang tertib. Dia menggambarkan papan nama ruang kelas di Bandar Seri Begawan, pengumuman sekolah di Jakarta, dan laman layanan di Putrajaya. Bila bahasanya jelas, ramah dan sesuai kaidah, warga berasa dituntun, bukan dibiarkan menebak. Agar kemajuan dapat dilihat, kita pakai alat ukur kemahiran seperti UKBI dan Indeks Pembangunan Kebahasaan untuk membaca arah perbaikan. Tidak perlu rumit, sekolah dan kantor layanan cukup memotret kondisi awal, lalu memperbaikinya sedikit demi sedikit. Kuncinya adalah keteladanan. Guru dan pejabat menunjukkan cara menyapa, menulis dan berbicara yang rapi dalam keseharian,” sambungnya. 

Selain itu, diperlukan juga rujukan responsif. Rujukan yang kuat dapat membuat keputusan menjadi pasti. Abdul Mu’ti mengandaikan KBBI, himpunan istilah dalam aplikasi padanan istilah, dan kumpulan teks sebagai pegangan bersama bagi guru, jurnalis, penyunting, dan aparatur. 

“Saat muncul istilah baru di sains, teknologi, hukum, atau budaya, kita sediakan padanan yang jelas beserta contoh kalimatnya, sehingga pengajaran di kelas, naskah resmi, dan siaran layanan berjalan seirama,” jelas Abdul Mu’ti. 

“Pengakuan bahasa Indonesia di sidang umum UNESCO membuka banyak pintu kerja sama. Peluang ini kita isi dengan memperbanyak kelas BIPA, menguatkan penerjemahan bersama, dan penjurubahasaan atau interpreter untuk pertemuan kawasan. Ukuran keberhasilan paling berasa ada pada pemakaian nyata rujukan dipakai di kelas, naskah dan gawai layanan publik,” lanjutnya. 

Selanjutnya, kata Abdul Mu’ti, ialah serantau semesta. Simpul ini mengajak kita menyatukan tenaga agar dampaknya berlipat. Empat jalur yang langsung terasa manfaatnya bagi dunia pendidikan misalnya peristilahan jalur cepat untuk bidang prioritas dengan contoh pemakaian yang mudah diikuti, perkuliahan linguistik serantau dengan pengakuan satuan kredit atau kredit transfer agar mahasiswa dan profesional bisa belajar lintas kampus di kawasan, lalu penerjemahan untuk buku ajar dan pedoman kebijakan terbit sebagai karya bersama tiga negara. 

Di tempat yang sama, Perwakilan Ketua Mabbim Malaysia, Mohd Salahuddin, menjelaskan bahwa Mabbim telah melalui sebuah perjalanan panjang sejak didirikan pada 1972. 

“Mabbim ini merupakan badan kebahasaan yang telah mempererat hubungan persahabatan dan persaudaraan tiga budaya serumpun berdasarkan semangat kebersamaan. Seminar ini bukan hanya membicarakan soal bahasa, tapi memperluas pemikiran kita terhadap peranan bahasa dalam bidang diplomasi dan hubungan antarbangsa,” tegas Salahuddin. 

Melalui hubungan di Mabbim ini, dia menegaskan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Melayu bukan sekadar alat komunikasi, tetapi bahasa ilmu dan peradaban tinggi yang menjadi jembatan hubungan antarbangsa. 

Di lain pihak, Ketua Mabbim Brunei Darussalam, Awang Suip, menekankan bahwa Mabbim ialah wadah yang lahir dari semangat serantau untuk memperkukuh, memajukan, dan menyatukan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu dan komunikasi antarbangsa. 

“Mabbim menjadi platform penting dalam kerja sama kebahasaan dan menandakan kesepakatan tiga bangsa serumpun dalam menjadikan bahasa kita sebagai lambang muruah, ilmu dan jati diri bersama,” urai Awang Suip. 

Sementara itu, Kepala Badan Bahasa sekaligus Ketua Mabbim Indonesia, Hafidz Muksin, memaparkan bahwa seminar ini diharapkan dapat mewujudkan harmoni nan indah dalam pergaulan tiga negara. 

“Sebuah kehormatan dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda yang telah menjiwai kegiatan ini sebagai bagian penting peringatan Bulan Bahasa dan Sastra 2025. Seminar ini menjadi momentum berharga untuk memperkuat persatuan dalam keragaman dan diplomasi bahasa serumpun di kancah antarbangsa,” ucap Hafidz. 

“Kehadiran para pembicara dari ketiga negara tentu akan memberikan ruang pengetahuan untuk saling berbagi gagasan dan pemikiran kritis bahan rumusan kebijakan bina kebahasaan serta sumbangsih dari peserta yang hadir yang terdiri dari pejabat struktural, fungsional, peneliti, guru, dan komunitas untuk berbagi pengetahuan dan ruang diskusi pada hari ini. Forum ini ingin menegaskan kembali tekad dan semangat untuk menjadikan bahasa di negara masing-masing sebagai bahasa ilmu pengetahuan, diplomasi, dan bahasa persaudaraan yang berdaya saing global,” pungkasnya. (Des)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |