
PATUNG bermaterial stainless steel kini kokoh berdiri di MOCA (Museum of Contemporary Art) Singapura. Patung itu menampilkan objek seorang ksatria Tiongkok yang sedang memanah, sementara tidak jauh darinya, seorang perempuan duduk di atas kuda, di belakang pelana yang kosong. Menunjukkan bahwa kuda itu tunggangan sang ksatria.
Meski terlihat sebagai penumpang, sang perempuan bukan seperti sosok yang lemah. Berpakaian juga seperti pendekar, ia duduk penuh percaya diri dengan satu kaki bertopang tinggi ke kaki lainnya.
Tangannya santai memegang tali kemudi kuda. Ia acuh tak acuh melihat sang ksatria yang berfokus pada bidikannya. Seperti tenggelam pada pikirannya sendiri.
Patung berwarna hitam dengan detil yang kompleks itu menjadi salah satu karya dalam pameran bertajuk 'A Path to Glory' di MOCA Singapura, berlangsung pada Juli-Agustus 2025. Semua karya seni patung yang dipamerkan merupakan buatan pematung muda asal Tiongkok, Ren Zhe.
Dengan detail dia menginterpretasikan karakter pada novel milik Jin Young bergenre Wu xia (pendekar) dengan judul The Legend of the Condor Heroes atau di Indonesia akrab dengan Legenda Pendekar Pemanah Rajawali.
"Karya-karya Ren Zhe menghidupkan ulang relasi sastra Jin Yong dengan Kota Singa, dengan memelihara benih Nanyang yang ditabur puluhan tahun lalu lewat bahasa seni rupa sekaligus menikmati cara unik memadukan seni dan cagar budaya khas kultur Tiong Hwa’’ kata kurator William Wong dalam keterangan pers yang diterima, Sabtu (5/7).
Wong menyatakan, kemampuan perupa Ren Zhe luar biasa. Patung-patungnya berhasil mentranslasi kecakapan sastra Jin Yong. Ia membebaskan tokoh-tokoh novel keluar dari teks tulis. Ren Zhe menggedor batin pengunjung, seolah-olah pendekar-pendekar Martial Art itu hadir di MOCA dengan mengimajinasikan tokoh-tokohnya dengan cara dramatik lewat gestur tubuh patung secara realistik.
Setidaknya Ren Zhe menampilkan sekitar 40-an karya patung pada pameran tunggalnya itu, pesan menebarkan semangat kesatria khas budaya Tiongkok menjadi salah satu fokusnya ada pameran “A Path to Glory", yang memulai tur-nya di Singapura.
President MOCA, Linda Ma, menyatakan bahwa sebagai generasi ketiga peranakan Tionghoa Indonesia, ia tumbuh besar dengan membaca novel-novel bergenre Wu Xia. Perempuan yang juga pemilik Linda Gallery di Jakarta itu pun bersiap membawa pameran 'a Path to Glory' ke Tanah Air.
“Karya sastrawan Jin Yong, meninggalkan kenangan yang berwarna-warni di Tanah Air. Ia mendapatkan pengakuan luas melalui kreasinya secara global. Sementara Ren Zhe pematung muda yang dengan luar biasa menampilkan karakter figur-figur Prajurit fiktif karya Jin Yong” ucap Linda.
"Kami sekarang sedang merencanakan dan mempersiapkan dengan matang untuk meneruskan pameran patung Ren Zhe yang luar biasa ini di Indonesia sebagai eksposisi solo keduanya di Asia Tenggara. Saya berharap apresian seni Tanah Air bisa menyaksikannya kelak," tukasnya. (M-1)