Konferensi pers paparan kinerja BSI Triwulan III 2025, Rabu (29/10/2025).(Dok BSI)
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatatkan rerata kinerja keuangan tumbuh dobel digit pada triwulan III 2025. Pertumbuhan itu dikontribusikan oleh bisnis emas dan haji sebagai mesin utama bisnis BSI. Dengan kondisi tersebut, laba BSI mencapai Rp5,57 triliun pada triwulan III 2025.
Direktur Utama BSI Anggoro Eko Cahyo mengatakan kinerja solid BSI pada triwulan III/2025 tidak lepas dari dukungan kuat pemerintah melalui berbagai kebijakan ekonomi dan program stimulusnya. Program tersebut memperkuat peran BSI dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
"Selain program stimulus, penurunan BI Rate dan penempatan dana SAL pada periode ini juga cukup membuat likuiditas perbankan lebih kondusif," kata Anggoro dalam dalam konferensi pers Kinerja Triwulan III 2025 Bank Syariah Indonesia secara daring, Rabu (29/10).
Sebagai informasi, BSI memperoleh penempatan dana SAL sebesar Rp10 triliun. Anggoro mengatakan dana tersebut sudah terserap habis.
"Dana ini mampu mendorong posisi dana pihak ketiga (DPK) per triwulan III mencapai Rp348,38 triliun, naik 15,66% (yoy). Mayoritas dana pihak ketiga saat ini berada di kategori dana murah (CASA) yaitu sebesar 59,42%," paparnya.
Komposisi DPK BSI terdiri atas tabungan sebesar 41,95% dengan outstanding Rp146,36 triliun, giro (17,41%) dengan outstanding Rp60,64 triliun, dan deposito (40,58%) dengan outstanding Rp141,38 triliun. Peningkatan dana mendorong aset BSI tumbuh 12,37% menjadi Rp416 triliun.
Pada 2025, BSI fokus untuk terus menumbuhkan dana murah khususnya tabungan dari unique sharia proposition, yakni tabungan haji dan tabungan bisnis. Masing-masing tumbuh 19% dan 55%.
Dari sisi pembiayaan, BSI pada triwulan III membukukan Rp300,85 triliun, naik 12,65% (yoy). Mayoritas pembiayaan dikontribusi segmen ritel UMKM dan konsumer termasuk emas sebesar Rp217,86 triliun dengan komposisi sebesar 72,42%, disusul segmen wholesale sebesar Rp82,89 triliun atau 27,58%.
Anggoro mengucapkan terima kasih atas dukungan pemerintahan Prabowo dalam mendorong pertumbuhan ekonomi syariah melalui pendirian Bank Emas pada 26 Februari 2025 lalu.
BSI masih menjadikan emas sebagai produk unggulan. Sejak peluncuran layanan bulion oleh pemerintah 26 Februari 2025, bisnis emas BSI tumbuh melesat 72,82% (yoy) mencapai Rp18,76 triliun. Itu terdiri atas Cicil Emas Rp10,32 triliun tumbuh 106,36% (yoy), dan Gadai Emas Rp8,44 triliun tumbuh 44,19% (yoy).
Selain pembiayaan emas, BSI juga mencatatkan pertumbuhan Tabungan E-mas dengan saldo kelolaan 1,15 ton, penjualan 1,69 ton dan CIF rekening emas mencapai 200 ribu.
Melesatnya pembiayaan emas juga mendorong pembiayaan Konsumer BSI naik 15,02% dengan outstanding Rp167,62 triliun.
Sementara itu, Direktur Finance and Strategy Ade Cahyo Nugroho BSI melanjutkan inisatif penguatan IT dan digital untuk menopang ekspansi bisnis BSI ke depan. ‘’Tak hanya inovasi, kami juga akan memaksimalkan infrastruktur IT dan digital untuk memperluas coverage dan meningkatkan profitabilitas," katanya.
Cahyo mengaku optimistis penguatan kapasitas IT BSI akan mampu meningkatkan sekaligus melayani nasabah dana dan pembiayaan lebih baik yang saat ini jumlahnya melesat. Jumlah nasabah BSI telah mencapai 22,6 juta.
“Memasuki akhir tahun ini, kami akan melanjutkan pertumbuhan pembiayaan pada segmen yang sustain dan sehat, transformasi digital berkelanjutan agar layanan BSI makin cepat, efisien, dan inklusif dan peningkatan kapabilitas SDM serta IT dan infrastruktur,” pungkas Cahyo. (E-4)


















































