Kemenhut Beri Penghargaan untuk Tim Evakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani

7 hours ago 3
Kemenhut Beri Penghargaan untuk Tim Evakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani Tim evakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani.(Dok. MI)

PEMERINTAH melalui Kementerian Kehutanan memberikan penghargaan kepada tim evakuasi jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang terjatuh di Gunung Rinjani, Lombok, beberapa waktu lalu. Plakat penghargaan diberikan langsung oleh Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni kepada sejumlah perwakilan tim penyelamat dari berbagai unsur tersebut di Manggala Wanabakti, Kementerian Kehutanan, Jakarta, Selasa (1/7).

"Saya atas nama pribadi dan jajaran kementerian hanya ingin secara tulus, dari hati yang paling dalam mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada perwakilan dari berbagai macam pihak, dari Basarnas, kepolisian, damkar, relawan, dan teman-teman di Balai Taman Nasional Rinjani," kata menhut pada kesempatan tersebut.

Ia memuji kekompakan dan kerja keras tim penyelamat di lapangan. "Basarnas kita memiliki kapasitas dan kapabilitas yang luar biasa, sudah diakui oleh dunia internasional. Tetapi dengan rentang dan kompleksitas permasalahan yang kita hadapi, tentu juga tidak bisa menyelesaikan masalah sendiri," paparnya.

Menurut Raja, upaya yang dilakukan tim menunjukkan bahwa kemanusiaan mengatasi segalanya, latar belakang suku, agama, warga negara. "Bahkan kemanusiaan itu juga mengatasi ketakutan dan mengalahkan rintangan-rintangan yang tidak sederhana. Itu dibuktikan oleh bapak-bapak sekalian. Untuk itu saya angkat topi dan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya," tegasnya.

Ke depan pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki SOP terkait pendakian, serta memperbaiki sarana dan prasarana.

"SOP pendakian harus kita perbaiki. Signboard kita pasang lebih rapat, lebih jelas. Dari awal ketika mendaki, persyaratan, kualifikasi orang, kualifikasi guide, kesehatan," tuturnya.

Khafid As’Adi dari Kantor SAR Mataram, menceritakan misi penyelamatan dan evakuasi yang dilakukan. Berperan sebagai tim teknis SAR, Khafid membantu penyusunan strategi evakuasi dari lokasi kejadian. Ia turut serta dalam pengawasan jalur dan keselamatan tim selama proses berlangsung.

Ia mengisahkan, ketika mendapat info ada pendaki yang jatuh, pihaknya langsung berangkat untuk naik ke Gunung Rinjani.

"Baru kita bikin sistem di atas. Paling utama kita siapkan drone. Tanpa ada drone kita tidak bisa mengukur kontur di bawah, apa yang kita mau kerjakan, apa obstacle kita," papar Khafid.

"Di situlah kita dapat mengakses 600 meter ke bawah. Dengan curamnya jurang, keselamatan tetap prioritas," imbuhnya.

Sementara itu, Herna Hadi Prasetyo dari Rinjani Squad, meski tidak berada di lokasi saat evakuasi berlangsung, berperan dalam pemetaan awal dan informasi rute pendakian. Kontribusinya tetap penting dalam tahap perencanaan dan koordinasi lapangan.

"Kemarin tugas saya selain membantu rescue juga mendokumentasikan momen yang sangat penting. Setelah saya menerbangkan drone, menemukan titiknya, kemudian menggunakan peralatan dokumentasi seadanya. Karena memang medan yang cukup sulit, kemudian di situ cuaca yang kadang tidak bersahabat. Teman-teman juga kekompakan sangat luar biasa sehingga evakuasi kemarin berjalan dengan sangat lancar," tuturnya.

Abd Haris Agam, pemandu lokal dari Rinjani Squad berkontribusi besar dalam pengenalan medan dan rute tercepat untuk evakuasi. Pengalaman dan kepemimpinannya sangat membantu navigasi tim.

"Di sana kondisinya memang sulit. Alhamdulillah jenazah bisa tim naikkan dengan kerja sama yang mantap. Dengan berbagai keilmuan, ada teman-teman dari Basarnas yang betul-betul safety. Ada saya orang lapangan yang liar-liar begitu. Tapi semua bersatu di Rinjani," ungkapnya.

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii melaporkan, total tim SAR yang tergabung dalam misi kemarin adalah 137 personel. Menurutnya, banyak pengalaman berharga dari misi yang lalu untuk dijadikan evaluasi. Misalnya soal prosedur pendakian.

"Mungkin tamu-tamu wisatawan yang sebenarnya tidak semuanya memiliki kemampuan ilmu pendakian, nanti dari pendamping akan memberikan briefing dulu. Kemudian baru melakukan tindakan-tindakan terkait, mungkin pengecekan kesiapan, sampai akhirnya kegiatan itu dilaksanakan," katanya.

"Begitu kegiatan dilaksanakan, kalau misalkan ada potensi bahaya, bagaimana sistem komunikasi yang harus dibangun sehingga tidak menunggu. Misalkan kemarin kan seolah-olah ada menunggu. Jadi berusaha mencari dulu, belum ketemu, baru lapor," pungkasnya. (H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |