
DEPUTY Representative Programme UNICEF Indonesia, Jean Lokenga mengatakan bahwa masa-masa kehidupan awal seorang anak merupakan periode paling krusial bagi perkembangan fisik, kognitif, dan emosional mereka. Fase ini meletakkan fondasi yang kokoh bagi kesehatan, kemampuan belajar, kesejahteraan secara keseluruhan, bahkan potensi penghasilan mereka di masa depan.
“Indeks Perkembangan Anak Usia Dini atau Early Childhood Development Index (ECDI) adalah sebuah alat penting bagi kita untuk membantu memahami perkembangan holistik anak dalam berbagai berbagai hal seperti kesehatan, pembelajaran, dan kesejahteraan psikososial,” ungkapnya dalam acara Peluncuran Indeks Perkembangan Anak Usia Dini 2030, Rabu (14/5).
Sebagai indikator yang diakui secara global dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), indeks ini memberikan wawasan yang tak ternilai tentang perkembangan anak agar sesuai dengan harapan.
“Adopsi ECDI 2030 ke dalam Pendataan Keluarga 2024 merupakan pencapaian yang signifikan. Kemajuan ini terwujud berkat visi strategis dan kepemimpinan dari Bappenas. Jaringan yang luas dan dedikasi dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN juga memegang peranan penting dalam mengintegrasikan indeks ini ke dalam kerangka data keluarga, serta memberdayakan para kader di tingkat lapangan sebagai pendata ECDI 2030,” ujar Jean.
UNICEF sendiri telah memberikan dukungan teknis kepada Pemerintah Indonesia dalam adaptasi dan pemanfaatan ECDI 2030. UNICEF berkomitmen untuk memastikan akses yang adil terhadap perkembangan anak usia dini yang berkualitas secara global, selaras dengan visi Indonesia Emas 2045.
“Dengan mengikuti dan mendampingi perkembangan anak, kita memberdayakan kebijakan yang membantu setiap anak Indonesia untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Bersama, kita membangun masa depan yang lebih cerah untuk anak-anak,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Head of Policy and Advocacy Tanoto Foundation, Eddy Henry menjelaskan bahwa ECDI adalah instrumen global yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan data dalam rangka pemenuhan SDGs khususnya target 4.2 yaitu memastikan semua anak usia dini mendapatkan akses ke layanan perawatan, pengasuhan, dan pendidikan prasekolah yang berkualitas pada 2030.
“Sebagai mitra pemerintah dan organisasi filantropi yang berfokus pada pembangunan SDM, Tanoto Foundation berkomitmen untuk mendukung penguatan sistem dan kebijakan terkait. Kami percaya investasi terbaik untuk pengembangan SDM harus dimulai sejak dini, terutama pada periode emas yaitu lima tahun pertama kehidupan anak,” ujar Eddy.
“Di sini lah data menjadi sangat penting. Dengan hadirnya ECDI 2030 kita memiliki instrumen yang memungkinkan kita untuk memantau tumbuh kembang anak-anak Indonesia secara lebih terukur serta membantu perencanaan pembangunan berbasis data guna menciptakan intervensi yang lebih tepat sasaran,” sambungnya.
SENSE OF DIRECTION
Sementara itu, Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala Bappenas, Febrian Alphyanto Ruddyard menekankan bahwa ECDI sangat penting untuk melihat di mana posisi Indonesia sekarang dan apa yang harus dilakukan untuk masa depan.
“Karena kalau kita tidak memiliki sense of direction, saya khawatir pembangunan manusia kita hanya akan diombang-ambing oleh keuntungan yang datangnya bukan dari dalam negara kita sendiri. Oleh karena itu saya sangat bergembira akan peluncuran indeks ini,” tutur Febrian.
Perlu diketahui, ECDI 2030 merupakan instrumen penilaian untuk mengukur perkembangan anak usia dini berusia 24 dan 59 bulan. Orangtua akan diberikan 20 pertanyaan tentang perilaku anak dalam keseharian, keterampilan, dan pengetahuan yang telah mereka peroleh.
ECDI 2030 merupakan instrumen yang tepat untuk memahami dan menilai bagaimana keadaan anak-anak. Dengan begitu, pemerintah dapat mengidentifikasi peluang di mana investasi dibutuhkan untuk melakukan yang terbaik bagi anak-anak sedari dini dan akan mendapatkan manfaat di masa depan. (H-1)