Kehebatan Otofagi dalam Puasa Ramadan

1 week ago 12
Kehebatan Otofagi dalam Puasa Ramadan (MI/Duta)

SELAMAT bertemu lagi dengan Ramadan dengan segala barokah-nya. Umat Islam wajib menjalani puasa selama satu bulan penuh serta disunahkan menjalani beberapa amalan yang lain. Kewajiban berpuasa Ramadan itu dijelaskan pada surah Al-Baqarah ayat 183, agar kita menjadi orang yang bertakwa.

Namun, di artikel ini kita akan mendiskusikan manfaat berpuasa bagi kesehatan tubuh. Kali ini kita mendiskusikan autophagy, salah satu proses yang terjadi jika kita menjalani puasa. Penelitian Yoshinori Ohsumi menyebutkan, saat manusia melakukan puasa selama 8 hingga 16 jam, akan terjadi proses autophagy, atau kita sebut saja otofagi.

Istilah itu pertama kali dicetuskan Christian de Duve pada 1963, menjelaskan proses tubuh memakan sel-sel yang rusak atau tidak berguna. Riset Duve itu membuatnya dianugerahi Hadiah Nobel Kedokteran pada 1974 atas penemuan lisosom, yang merupakan salah satu kompartemen pada sel dan mengandung enzim untuk pencernaan isi sel.

Berkat penelitian Ohsumi dan orang lain yang mengikuti jejaknya, kita sekarang tahu bahwa otofagi mengontrol fungsi fisiologis penting dengan komponen seluler perlu terdegradasi dan didaur ulang. Otofagi dapat dengan cepat menyediakan bahan bakar untuk energi dan bahan penyusun pembaruan komponen seluler, dan oleh karena itu, penting untuk respons seluler terhadap kelaparan dan jenis stres lainnya.

Contohnya, setelah terkena infeksi, otofagi dapat melenyapkan bakteri dan virus yang menyerang sel. Sel juga menggunakan otofagi untuk menghilangkan protein dan organel yang rusak, sebuah mekanisme kontrol yang penting untuk melawan gejala penuaan atau degeneratif.

Proses otofagi yang terganggu telah dikaitkan dengan terjadinya beberapa penyakit seperti parkinson, diabetes tipe 2, dan gejala lain yang muncul pada orang lansia. Mutasi pada gen otofagi dapat menyebabkan penyakit genetik, dan gangguan pada mesin otofagi juga dikaitkan dengan munculnya kanker. Penelitian intensif kini sedang berlangsung untuk mengembangkan obat yang dapat menargetkan otofagi pada berbagai penyakit.

Otofagi telah dikenal selama lebih dari 50 tahun, tetapi keajaibannya dalam fisiologi dan kedokteran baru diketahui setelah penelitian Ohsumi pada 1990-an. Atas penemuannya itu, ia dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisiologi atau kedokteran pada 2016.

BAGAIMANA PUASA RAMADAN MEMICU OTOFAGI?

Kita akan membahas bagaimana puasa Ramadan dapat memicu proses otofagi itu. Otofagi adalah proses tubuh memakan sel-sel yang rusak atau tidak berguna. Proses itu terjadi secara alami dalam tubuh dan berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan kesehatan tubuh. Selama otofagi, sel-sel yang rusak atau tidak berguna akan dihancurkan dan diubah menjadi nutrisi yang dapat digunakan tubuh.

Puasa Ramadan dapat memicu otofagi karena beberapa alasan. Pertama, puasa Ramadan dapat menyebabkan penurunan kadar insulin dalam tubuh. Insulin ialah hormon yang berperan dalam mengatur kadar gula darah. Ketika kadar insulin menurun, tubuh akan mulai memecah sel-sel yang rusak atau tidak berguna untuk mendapatkan energi.

Kedua, puasa Ramadan dapat meningkatkan kadar enzim yang disebut AMPK (adenosine monophosphate-activated protein kinase). AMPK adalah enzim yang berperan dalam mengatur metabolisme tubuh. Ketika kadar AMPK meningkat, tubuh akan mulai memecah sel-sel yang rusak atau sel yang tidak berguna, untuk diubah menjadi energi.

Dalam konteks berpuasa AMPK akan aktif secara signifikan dan bertindak sebagai sensor energi seluler yang mengaktifkan jalur metabolisme untuk menghasilkan energi ketika tingkat nutrisi rendah.

Enzim itu utamanya mendorong pembakaran lemak dan menghambat proses yang memakan energi seperti sintesis protein.

Selain itu, puasa secara signifikan meningkatkan aktivitas AMPK di berbagai jaringan seperti otot dan hati sehingga tubuh menggunakan sumber energi yang tersimpan dalam bentuk lemak untuk menjaga kadar glukosa darah tetap stabil.

Ketiga, puasa Ramadan dapat meningkatkan kadar antioksidan dalam tubuh. Antioksidan ialah zat yang berperan dalam melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Ketika kadar antioksidan meningkat, tubuh akan lebih mampu melindungi diri dari kerusakan dan memicu otofagi. Dengan menjaga keseimbangan dan kesehatan tubuh, otofagi dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia.

PENTINGNYA ENZIM DALAM OTOFAGI

Proses otofagi juga berkaitan dengan zat penting di tubuh yang bernama enzim. Semua organisme hidup akan tunduk pada hukum alam, atau yang kita sebut sunatullah. Tubuh kita pun mengikuti aturan itu, termasuk dalam menghasilkan enzim yang mendukung kehidupan kita bisa terus berjalan.

Setiap sel dalam tubuh kita mengandung ribuan enzim yang berperan dalam mempercepat reaksi kimia. Enzim-enzim itu sangat penting dalam berbagai fungsi tubuh, seperti dalam pernapasan, pencernaan makanan, serta fungsi otot dan saraf.

Selain itu, enzim berperan dalam produksi hormon, regulasi sel, kontraksi otot, transportasi zat di dalam sel, transduksi sinyal, dan banyak lagi lainnya. Enzim ialah katalis biologis yang luar biasa, bagaikan tongkat ajaib.

Bayangkan, dengan adanya enzim, reaksi biokimia dalam tubuh dapat berlangsung dalam sepersekian detik. Tanpa enzim, proses yang sama bisa memakan waktu ribuan atau bahkan jutaan tahun untuk terjadi secara alami.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat peran enzim secara langsung. Misalnya, saat kita mengunyah roti, awalnya terasa hambar, tetapi kemudian menjadi terasa manis. Ini terjadi karena enzim amilase dalam air liur kita memecah pati dalam roti menjadi gula yang memiliki rasa manis. Gula ini kemudian masuk ke jalur metabolisme yang lebih kompleks untuk diubah menjadi energi dan proses itu juga bergantung pada enzim.

Dengan kata lain, enzim memainkan peran yang sangat penting dalam metabolisme, yaitu proses mengubah makanan dan minuman menjadi energi. Contoh sederhana seperti perubahan rasa roti di mulut yang semula hambar lantas menjadi manis menunjukkan betapa besar pengaruh enzim dalam kehidupan kita, terutama dalam pencernaan dan pemrosesan energi di tubuh.

KEAJAIBAN ENZIM

Enzim ialah biokatalis yang membantu mempercepat reaksi metabolisme dalam kondisi fisiologis normal seperti suhu dan tekanan dalam sistem kehidupan. Katalis ialah zat kimia yang mengubah kecepatan reaksi kimia tanpa ikut terpakai dalam reaksi. Enzim penting karena bisa mempercepat reaksi kimia menjadi hanya dalam waktu sepersekian detik, sementara jika tak ada enzim, reaksi itu bisa memerlukan waktu hingga bertahun-tahun.

Semua makhluk hidup bergantung pada jutaan reaksi kimia yang terjadi terus-menerus. Reaksi kimia yang membuat kita tetap hidup dan terjadi dengan cepat. Saat kita makan, bernapas, bermain, dan tumbuh, semua itu ialah reaksi kimia dan berlangsung dengan sangat cepat.

Bagaimana tubuh kita mempercepat reaksi penting itu? Jawabannya ialah enzim. Enzim dalam tubuh kita ialah katalis yang mempercepat reaksi dengan membantu menurunkan energi aktivasi yang diperlukan untuk memulai suatu reaksi. Setiap molekul enzim mempunyai tempat khusus yang disebut situs aktif, dengan molekul lain, yang disebut substrat, cocok.

Substrat mengalami reaksi kimia dan berubah menjadi molekul baru yang disebut produk. Karena sebagian besar reaksi dalam sel tubuh kita memerlukan enzim khusus, setiap sel mengandung ribuan enzim berbeda. Enzim memungkinkan reaksi kimia dalam tubuh terjadi dan jutaan kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan jika tanpa enzim. Karena enzim bukan merupakan bagian dari produk, enzim dapat digunakan berulang kali.

Ada juga enzim di perut yang mempercepat pemecahan makanan yang kita makan, tetapi enzim tersebut hanya aktif ketika berada di dalam asam lambung. Setiap enzim memiliki serangkaian kondisi dengan mereka bekerja paling baik bergantung pada di mana mereka bertindak dan apa yang mereka lakukan.

Namun, apa yang terjadi jika suatu enzim hilang atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya? Salah satu contohnya ialah kondisi fenilketonuria (PKU), suatu penyakit bawaan langka dengan tubuh kekurangan enzim untuk memproses protein. Karena itu, molekul-molekul beracun dapat menumpuk dan jika sampai ke otak, molekul-molekul tersebut dapat menyebabkan cacat intelektual yang parah. Begitulah pentingnya enzim dalam membantu proses kehidupan kita tetap berjalan.

Sekarang, apakah otofagi sebagai proses yang bisa disebut ajaib saat kita menjalankan puasa, juga memerlukan bantuan enzim? Otofagi terjadi ketika sel-sel tubuh kekurangan nutrisi atau oksigen atau jika sel-sel tersebut rusak. Sederhananya, otofagi ialah proses daur ulang yang memanfaatkan sumber energi sel yang sudah ada secara maksimal.

Prosesnya meningkat ketika tubuh harus memanfaatkan sumber daya itu secara maksimal karena sel tidak mendapatkannya dari sumber luar. Dengan otofagi, sel pada dasarnya memakan dirinya sendiri untuk bertahan hidup. Bonusnya ialah proses bertahan hidup itu dapat menghasilkan sel yang bekerja lebih efisien. Jadi, sel yang dalam kondisi kekurangan nutrisi otomatis akan mengirimkan protein tertentu ke mode bertahan hidup dan akhirnya proses otofagi bekerja.

Dalam kondisi puasa (berhenti makan untuk jangka waktu tertentu), sel tertekan dan memaksanya berotofagi, menggunakan kembali komponen sel agar berfungsi. Membatasi kalori berarti mengurangi jumlah energi atau kalori yang dikonsumsi tubuh. Bentuk itu akan memaksa sel melakukan otofagi, untuk mengompensasi nutrisi yang hilang dalam periode tertentu.

Ada juga yang mengenalkan metode diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, biasa disebut diet keto, yang mengubah cara tubuh membakar energi bukan dengan membakar karbohidrat atau gula, tetapi membakar lemak. Peralihan dari membakar karbo menjadi membakar lemak itu dapat memicu terjadinya otofagi.

Hal lain seperti stressing atau olahraga ringan juga dapat memicu otofagi karena merangsang proses yang meningkatkan aktivitas ATG (jenis protein yang terkait dengan otofagi). Namun, kemampuan untuk menginduksi otofagi tidak berarti kita harus melakukannya seenaknya. Yang bijak ialah hasil akhirnya menguntungkan. Puasa (pembatasan kalori), atau beralih ke diet keto, mungkin tidak aman jika pada kondisi diabetes, atau perempuan dengan kondisi hamil dan menyusui.

Para ilmuwan telah menemukan bahwa puasa selama sekitar 12 hingga 24 jam dapat memicu terjadinya otofagi dan dianggap sebagai salah satu alasan mengapa puasa dikaitkan dengan umur panjang. Ada banyak penelitian yang menghubungkan puasa dengan peningkatan kontrol gula darah, pengurangan peradangan, penurunan berat badan, dan peningkatan fungsi otak.

Penelitian Oshumi memberikan beberapa penjelasan tentang hal itu. Olahraga juga dapat menginduksi otofagi pada beberapa sel sehingga sel dapat memulai proses perbaikan dan pembaruan. Puasa sporadis jangka pendek, yang berasal dari keyakinan agama dan spiritual, merupakan hal yang umum di banyak budaya dan telah dilakukan selama ribuan tahun.

Puasa Ramadan merupakan salah satu ibadah yang paling penting dalam agama Islam. Selain memiliki nilai spiritual yang tinggi, puasa Ramadan memberikan dampak positif terhadap kesehatan tubuh. Otofagi yang terjadi selama puasa Ramadan dapat membantu menjaga keseimbangan dan kesehatan tubuh, melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, dan meningkatkan kualitas hidup.

Oleh karena itu, puasa Ramadan dapat menjadi salah satu cara untuk memicu otofagi dan meningkatkan kesehatan tubuh yang menyehatkan pada umumnya, kecuali kondisi khusus/tertentu. Marilah kita jalani ibadah puasa Ramadan dengan ikhlas, bekerja dengan penuh semangat, dan tidak meninggalkan mereka yang membutuhkan pertolongan.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |