ITB Gunakan Dana Hibah Pemprov Jabar untuk Atasi Stunting di Garut

6 hours ago 1
ITB Gunakan Dana Hibah Pemprov Jabar untuk Atasi Stunting di Garut Atasi stunting ITB adakan program budi daya nila dan akuaponik.(Dok Humas ITB)

DENGAN sumber dana hibah kompetitif dari Pemerintah Provinsi  (Pemprov) Jawa Barat (Jabar), ITB bersama Rumah Amal Salman berkolaborasi dalam program peningkatan akses makanan bergizi bagi masyarakat miskin-stunting, melalui program budi daya nila dan akuaponik yang diadakan di Desa Karyasari Kabupaten Garut pada Kamis (15/5).

Program budi daya nila dan akuaponik di Desa Karyasari memanfaatkan lahan total seluas 1.200 meter persegi. Dalam green house seluas 370 meter persegi, terdapat 12 kolam yang menjadi inti dari sistem ini. Ini berangkat dari angka stunting di Desa Karyasari yang masih menjadi tantangan bagi masyarakat setempat. Faktor ekonomi yang sulit serta terbatasnya akses terhadap makanan bergizi, terutama protein hewani, membuat balita di desa tersebut rentan mengalami stunting.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB Prof. Irwan Meilano menyatakan, program tersebut menekankan pada pengembangan ekonomi produktif berbasis budi daya ikan Nila menggunakan sistem Recirculating Aquaculture System (RAS) dan Bioflok, yang terintegrasi dengan pertanianakuaponik. Diproyeksikan, program akan menghasilkan 1-4 ton ikan nila dan 6.200 pot sayuran akuaponik organik yang siap dipanen setiap 2 minggu sekali.

"ITB tentu mengapresiasi adanya program pengembangan ekonomi produktif masyarakat berbasis budi daya ikan nila. Kegiatan ini selaras dengan visi ITB sebagai kampus yang berdampak, yaitu dengan menyediakan makanan bergizi tinggi bagi masyarakat melalui penerapan hasil penelitian serta kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti Pemprov Jabar, Pemkan Garut dan Rumah Amal Salman," jelasnya.

Ketua Pengurus Rumah Amal Salman, Mipi Ananta Kusuma, menyampaikan program ini sebagai upaya untuk peningkatan akses makanan bergizi untuk masyarakat miskin dan stunting melalui budi daya nila dan akuaponik dengan sustainable development goals (SDGs) yang telah disepakati menjadi Agenda 2030 Persatuan Bangsa Bangsa. 

"Program rintisan ini bila berjalan sesuai rencana, diharapkan dapat menjadi model laboratorium pendistribusian dan pemberdayaan dana ZIS, CSR dan dana publik maupun privat lainnya," paparnya. 

Menurut Kusuma program ini semata-mata ditujukan kepada pemerima manfaat masyarakat miskin dan berpotensi stunting. Berlokasi di salah satu desa kantong kemiskinan dan diharapkan mampu mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin serta melibatkan masyarakat atau santri dalam menjalankan kegiatannya. 

"Kerja sama dan dukungan banyak pihak sangat dibutuhkan, agar model dan laboratorium ini berjalan dengan baik dalam jangka panjang. Setidaknya di 10 tahun mendatang," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Program Rumah Amal Wilayah Garut, Sinta Nurhia Dewi menyampaikan meski program ini memiliki fokus utama untuk membudidayakan nila, akan tetapi nila tidak dibagikan langsung ke masyarakat stunting. Hasil panen nila akan dijual ke pasar dan keuntungannya akan dikonversi menjadi paket makanan bergizi yang dibagikan kepada masyarakat yang berstatus stunting.

"Program ini dijalankan untuk mengawal anak-anak di Desa Karyasari mendapatkan asupan protein yang cukup untuk tumbuh kembang mereka. Selain itu, kami juga mendorong warga agar berpastisipasi dengan turut menjadi pemberdaya lahan yang dapat memiliki keterampilan baru dan meningkatkan pendapatan keluarga," terang Sinta. 

Sejauh ini penerima manfaat ada 52 keluarga yang menerima nutrisi setiap minggu, melibatkan 12 santri dan masyarakat, serta edukasi gizi dari 68 tim kesehatan posyandu, mahasiswa dan praktisi. 

Dalam berbagai kesempatan, ITB selalu menjadi mitra utama dalam program kemanusiaan dan pengembangan masyarakat yang diinisiasi Rumah Amal Salman. Hal ini sebagai bentuk komitmen ITB untuk mengiplementasikan kontribusi kampus yang berdampak nyata bagi masyarakat. (AN/E-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |