
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN RI, Wihaji, mengatakan sekitar 80% anak-anak Indonesia kehilangan figur ayah dalam keluarga. Bahkan ia menyebutkan sekitar 20% anak-anak Indonesia tumbuh tanpa peran aktif Ayah.
Dekan Fakultas Psikologi UGM Rahmat Hidayat, mengatakan kehadiran figur ayah dalam kehidupan sehari-hari bagi anak-anak sangat penting bagi perkembangan psikologi anak. Kehadiran ayah tidak mesti dalam bentuk fisik, tetapi juga bisa lewat komunikasi intens melalui gawai.
Ketidakhadiran ayah sangat tidak ideal untuk tumbuh kembang anak. Hal itu bisa mengakibatkan dampak-dampak negatif yang nantinya dimiliki anak.
Anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang lengkap dari orang tua, cenderung menghabiskan waktunya untuk bermain gadget dan menyelami media sosial. Padahal, informasi-informasi yang ada di media sosial tersebut, tidak semua baik untuk mereka.
“Sebenarnya dalam lingkungan kehidupan sekarang di mana teknologi sudah sangat membantu ini, banyak memudahkan orang tua untuk tetap hadir di dalam kehidupan anak-anaknya,” katanya, Kamis (15/5) di Kampus UGM.
Rahmat menambahkan, generasi ayah muda saat ini sebenarnya dapat membangun kualitas pengasuhan dan kedekatan emosional dengan anak-anaknya. Orang tua harus meyakinkan bahwa anak adalah karunia yang luar biasa yang diberikan Tuhan.
Oleh karena itu, kebutuhan anak tidak sekedar dicukupi hidupnya dengan hal-hal yang sifatnya fisik material, tetapi interaksi yang sehat, aspek psikologis, aspek mental, emosional, sebaiknya bisa terpenuhi dengan baik.
“Interaksi dan kedekatan emosional yang erat dengan anak akan meningkatkan kesehatan mental mereka,” ujar dalam siaran pers, Kamis (15/5).
Rahmat mencontohkan, kehadiran orang tua dalam perayaan kelulusan anak sangatlah penting dan menjadi momen yang tidak terlupakan bagi sang anak. Bahkan bercengkrama dengan anak saat menjelang ujian juga perlu dilakukan. “Kesempatan anak merayakan kelulusan itu kan hanya sekali seumur hidup," ujar dia.
Kesempatan anak-anak saat akan merayakan, yang bikin cemas, hanya sekali dalam seumur hidup. Ulangan ulang tahun berikutnya sudah hal yang lain lagi.
"Tetapi ketika kita sharing dengan anak-anak kita, ketika berada dengan anak-anak kita menghadapi situasi seperti itu, ini menjadi satu momen kebersamaan dalam seluruh perjalanan hidup kita yang sangat penting,” tuturnya.
Dalam situasi saat ini, penyebab ketidakhadiran figur ayah banyak disebabkan tantangan kehidupan ekonomi. Beban finansial mengharuskan orang tua bekerja hingga larut.
Faktor lain ayah jarang di rumah karena ketidakefisienan transportasi umum yang ada perkotaan. “Saya kira ini menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua untuk mengubah mindset-nya dan juga barangkali bagi ibu untuk juga mengubah mindset bahwa orang tua atau ayah tetap perlu hadir dalam kehidupan anak-anak,” tutup dia. (E-2)