
ISRAEL menyatakan akan "menguasai seluruh wilayah Gaza" saat serangan di wilayah tersebut makin intensif. Bantuan kemanusiaan mulai masuk kembali untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua bulan setelah blokade total sedikit dilonggarkan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah video yang diunggah di Telegram mengatakan "pertempuran berlangsung sengit dan kami sedang membuat kemajuan".
"Kami akan menguasai seluruh wilayah Jalur Gaza," tambahnya.
Militer Israel mengatakan, Senin, mereka telah menyerang "160 target teroris" di Gaza dalam 24 jam terakhir.
Di Gaza selatan, militer Israel menyerukan evakuasi bagi warga Palestina di sekitar kota Khan Yunis menjelang apa yang disebut sebagai "serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya". Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan 91 orang tewas akibat serangan Israel di seluruh wilayah pada Senin.
Kantor HAM PBB (OHCHR) menyebutkan tindakan Israel "melanggar hukum internasional dan setara dengan pembersihan etnis".
Netanyahu mengatakan Israel "tidak akan menyerah. Namun untuk berhasil, kami harus bertindak dengan cara yang tidak bisa dihentikan", sambil membela keputusannya melanjutkan bantuan kepada para pendukung garis keras.
Bantuan Kemanusiaan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan “dua juta orang di Gaza sedang kelaparan”, akibat pasokan bantuan yang diblokir Israel sejak 2 Maret.
Menghadapi kritik internasional yang terus meningkat terkait krisis kemanusiaan, Israel mengumumkan mereka akan mengizinkan bantuan terbatas masuk ke Gaza. Lima truk pertama dikabarkan tiba pada Senin dengan membawa pasokan "termasuk makanan untuk bayi".
Kepala kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, dalam sebuah pernyataan menyebutkan sembilan truk "diizinkan masuk... tetapi ini hanyalah setetes air di lautan dari apa yang sangat dibutuhkan".
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, yang belum bisa mengonfirmasi jumlah truk yang telah masuk Gaza, mengatakan "belum ada bantuan yang diambil" di zona penyerahan karena "sudah gelap". Selain itu alasan "keamanan, kami tidak dapat beroperasi dalam kondisi seperti itu".
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bantuan kembali diberikan, karena "gambar kelaparan massal" bisa merusak legitimasi perang Israel.
Para pemimpin Inggris, Prancis, dan Kanada mengeluarkan kecaman keras atas cara Israel menangani perang, menyebut tindakannya di Gaza sebagai "pelanggaran berat", terutama perluasan serangan dan dimulainya kembali bantuan yang "sama sekali tidak memadai".
Mereka memperingatkan akan adanya "tindakan konkret" jika Israel tidak mengurangi intensitas serangannya. Netanyahu menanggapi pernyataan bersama itu sebagai “hadiah besar” bagi Hamas.
Sebanyak 22 negara, termasuk Prancis, Inggris, Kanada, Jepang, dan Australia dalam pernyataan bersama menyebutkan warga Gaza "menghadapi kelaparan" dan "harus menerima bantuan yang sangat mereka butuhkan".
Risiko Kelaparan
Israel menyatakan bahwa blokade mereka bertujuan memaksa Hamas untuk membuat konsesi, tetapi badan-badan PBB menyebut ada kekurangan kritis atas makanan, air bersih, bahan bakar, dan obat-obatan.
"Ton makanan terblokir di perbatasan, hanya beberapa menit jauhnya," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Risiko kelaparan di Gaza meningkat akibat penahanan bantuan kemanusiaan yang disengaja."
Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump, sekutu utama Netanyahu, mengakui "banyak orang yang kelaparan".
Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben Gvir, menentang dilanjutkannya bantuan, menulis di X bahwa "sandera kita tidak menerima bantuan kemanusiaan apa pun".
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, juga dari sayap kanan, membela keputusan tersebut, dengan mengatakan bantuan itu akan “memungkinkan warga sipil makan dan memberi peluang bagi teman-teman kami di dunia untuk terus memberikan perlindungan diplomatik”.
‘Seperti kiamat’
Warga Khan Yunis, Mohammed Sarhan, mengatakan kepada AFP bahwa kota utama di Gaza selatan itu “terasa seperti kiamat”. "Ada tembakan dari setiap apartemen, sabuk api, pesawat tempur F-16 dan helikopter menembakkan peluru," katanya.
Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, menyerukan kepada warga Gaza di kota tersebut dan sekitarnya agar "segera" meninggalkan "zona pertempuran yang berbahaya".
Rekaman video AFPTV dari Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis menunjukkan seorang anak laki-laki dalam pakaian olahraga sedang dirawat, sementara dua anak lain, keduanya tanpa alas kaki dan berdarah, duduk di lantai.
Lebih ke utara, di Deir el-Balah, Ayman Badwan berduka atas kematian saudaranya dalam sebuah serangan. "Kami kelelahan dan habis — kami tidak bisa bertahan lagi," katanya kepada AFP.
Sementara para negosiator bertemu di Qatar dalam beberapa hari terakhir, Netanyahu memberi sinyal bahwa Israel terbuka terhadap kesepakatan yang mencakup "mengakhiri pertempuran", pembebasan seluruh sandera, pengasingan para pemimpin Hamas, dan pelucutan senjata Gaza. (AFP/Z-2)