Israel Hantam Kafe Populer Jurnalis dan Aktivis di Pantai Gaza

6 hours ago 3
Israel Hantam Kafe Populer Jurnalis dan Aktivis di Pantai Gaza Kafe di Gaza yang diserang Israel.(Dok Al-Jazeera)

SATU kafe tepi laut di Jalur Gaza, Palestina, yang dikenal luas karena menyediakan koneksi internet publik dan sering menjadi tempat berkumpul jurnalis, aktivis, serta mahasiswa, menjadi sasaran serangan udara mematikan yang dilancarkan militer Israel.

Menurut Badan Pertahanan Sipil Gaza, sedikitnya 30 orang, termasuk perempuan, anak-anak, dan sejumlah jurnalis dilaporkan tewas dalam serangan terhadap Kafe Al-Baqa, sementara puluhan lainnya mengalami luka-luka.

Kafe tersebut merupakan salah satu dari sedikit tempat usaha yang masih beroperasi selama konflik. Dengan menyediakan minuman, fasilitas pengisian daya dan akses internet, tempat ini menjadi lokasi penting bagi masyarakat dan pekerja media.

"Tempat itu selalu ramai dengan orang karena (tempat itu) menyediakan minuman, tempat duduk keluarga, dan akses internet," kata saksi mata Ahmed Al-Nayrab kepada AFP.

Dia juga menggambarkan suasana setelah ledakan sebagai pemandangan yang membuat tubuh merinding.

Salah satu korban tewas adalah Ismail Abu Hatab, jurnalis foto dan sutradara film berusia 32 tahun yang dikenal karena karyanya yang menyoroti kehidupan di Gaza, termasuk dalam pameran foto imersif Between the Sky and the Sea yang baru-baru ini dipamerkan di Los Angeles.

Abu Hatab sebelumnya sempat terluka saat meliput dari menara Al-Ghafari dalam serangan pada November 2023.

Jurnalis Palestina terkenal, Bayan Abu Sultan, juga dilaporkan menjadi salah satu korban luka dalam insiden tersebut.

Data dari Kantor HAM PBB mencatat bahwa setidaknya 227 jurnalis telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Pada Mei 2025 saja, serangan Israel menewaskan 18 jurnalis. Serikat Jurnalis Palestina mencatat lebih dari 220 jurnalis telah kehilangan nyawa sejak konflik dimulai.

Serangan ini terjadi di tengah gelombang serangan terbaru dalam perang 20 bulan yang dipicu oleh serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang dan menyebabkan 251 orang disandera. 

Serangan balasan Israel telah menyebabkan lebih dari 56.000 warga Palestina tewas, mayoritas di antaranya adalah warga sipil, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Sejak dimulainya konflik, wilayah Gaza telah mengalami lebih dari 10 kali pemadaman komunikasi dan internet total atau sebagian, membatasi akses informasi dan menghambat peliputan oleh jurnalis.

Antara 10 hingga 21 Juni, Gaza mengalami pemutusan total internet dan gangguan sinyal seluler yang luas. Otoritas Regulasi Telekomunikasi Palestina menyebut kondisi ini sebagai penargetan sistematis.

Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Reporters Without Borders (RSF) menuding bahwa jurnalis telah menjadi target langsung Israel. Meskipun tuduhan itu dibantah pihak militer Israel.

"Pasukan Israel telah melakukan segala daya upaya untuk mencegah liputan tentang apa yang terjadi di Gaza, dan secara sistematis menargetkan jurnalis yang telah mengambil risiko besar untuk melakukan pekerjaan mereka," ujar Rebecca Vincent dari RSF.

Jurnalis Palestina Gathi Sabbah, dalam wawancara bulan lalu, menyatakan bahwa tempat umum seperti kafe atau titik internet sering kali menjadi target pesawat nirawak. 

"Banyak orang kehilangan nyawa hanya karena berada di sana, meskipun mereka adalah warga sipil," katanya.

Kantor media pemerintah Gaza juga mengeluarkan kecaman keras terhadap apa yang mereka sebut sebagai penargetan sistematis dan pembunuhan jurnalis Palestina.

Pada Mei lalu, jurnalis foto Fatima Hassouna juga menjadi korban serangan udara, hanya satu hari setelah ia mengetahui film dokumenter tentang kehidupannya akan ditayangkan di Festival Film Cannes.

Saat dihubungi oleh AFP, militer Israel menyatakan bahwa mereka sedang menyelidiki laporan mengenai serangan di Kafe Al-Baqa. (I-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |