Intermediasi Perbankan Terjaga, Kredit Perbankan Naik 7,77%

12 hours ago 4
Intermediasi Perbankan Terjaga, Kredit Perbankan Naik 7,77% Ilustrasi: Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai jasa penukaran mata uang asing, ,Menteng, Jakarta Pusat.(MI/Usman Iskandar)

KETUA Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan kinerja intermediasi perbankan stabil dengan profil risiko yang terjaga. Kredit perbankan menunjukan kinerja positif pada semester I tahun ini. 

"Hingga Juni 2025, kredit perbankan tumbuh sebesar 7,77% secara tahunan (yoy) menjadi Rp8.059,79 triliun," ujarnya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Senin (28/7).

Pertumbuhan kredit ini, ungkapnya, didorong oleh peningkatan kredit investasi yang tumbuh tinggi sebesar 12,53% (yoy), diikuti oleh kredit konsumsi sebesar 8,49% (yoy), dan kredit modal Kerja sebesar 4,45% (yoy). 

Mahendra melanjutkan, dari sisi debitur, kredit kepada korporasi mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,78% (yoy), sementara kredit untuk UMKM tumbuh lebih moderat sebesar 2,18% (yoy). 

Di tengah peningkatan penyaluran kredit, kualitas kredit tetap terjaga, tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) gross sebesar 2,22% dan NPL net sebesar 0,84%. Loan at risk (LaR) juga relatif stabil di angka 9,73%.

"Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) perbankan mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,96% (yoy) menjadi Rp9.329 triliun," jelas Ketua OJK. 

Ia menyebut komponen DPK seperti giro, tabungan, dan deposito, masing-masing tumbuh sebesar 10,35%, 6,84%, dan 4,19% (yoy), mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan tetap tinggi.

Dari sisi ketahanan, perbankan nasional menunjukkan posisi yang sangat solid. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) per Juni 2025 tercatat sebesar 25,79%, berada jauh di atas ambang batas minimum. Likuiditas perbankan juga terjaga dengan baik, terlihat dari rasio alat likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 27,05% dan terhadap dana non-inti (AL/NCD) sebesar 118,78%, yang keduanya jauh di atas ambang batas, masing-masing 10% dan 50%.

Kinerja pasar saham
Di pasar modal, kinerja saham domestik mengalami penguatan pada triwulan II 2025 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup naik sebesar 6,41% secara kuartalan (qtq) ke level 6.927,68 pada 30 Juni 2025, meski secara tahunan (ytd) masih tercatat melemah 2,15%. 

"Nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp12.178 triliun," tutur Mahendra.

Investor nonresiden atau asing membukukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp23,65 triliun secara kuartalan, dan Rp59,33 triliun secara tahunan. Memasuki Juli 2025, IHSG menunjukkan pemulihan yang lebih kuat dan ditutup pada level 7.543,50 per 25 Juli 2025, atau menguat 6,55% (ytd).

Penghimpunan dana di pasar modal juga masih menunjukkan tren positif. Selama triwulan II 2025, nilai penawaran umum tercatat mencapai Rp142,62 triliun, termasuk Rp8,49 triliun dari 16 emiten baru. Mahendra kemudian mengatakan masih terdapat 13 pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif sebesar Rp9,80 triliun. 

Sementara itu, perkembangan bursa karbon sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 30 Juni 2025 terus berlanjut, dengan 112 pengguna jasa yang telah mendapatkan izin, total volume sebesar 1.599.322 tCO2e, dan nilai transaksi akumulatif mencapai Rp77,95 miliar. (Ins/E-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |