Banjir menggenangi sejumlah lokasi jalan di Semarang.(Dok. Antara)
SEPEKAN terakhir, cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia didominasi hujan dengan intensitas sedang hingga ekstrem. Kondisi ini memicu terjadinya sejumlah bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor di beberapa daerah.
Berdasarkan hasil pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan sangat lebat hingga ekstrem tercatat di beberapa wilayah, di antaranya Mamuju, Sulawesi Barat mencapai 152 mm per hari, Fakfak, Papua Barat 135 mm per hari, serta Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara 105 mm per hari.
BMKG menjelaskan bahwa peningkatan curah hujan ini dipengaruhi oleh sejumlah fenomena atmosfer skala global hingga lokal. “Aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Rossby Ekuator, dan Gelombang Kelvin sedang aktif melintas di wilayah Indonesia, sehingga memicu pertumbuhan awan hujan secara masif,” ujarnya, Jumat (31/10).
Selain itu, dinamika atmosfer di Samudra Hindia dan Pasifik juga turut berperan. Nilai Indian Ocean Dipole (IOD) yang negatif dan Southern Oscillation Index (SOI) yang positif menandakan adanya pemanasan di perairan barat Sumatra dan barat Pasifik, yang meningkatkan pasokan uap air di sekitar Indonesia.
Fenomena atmosfer tersebut turut membentuk sirkulasi siklonik dan daerah pertemuan angin (konvergensi) di beberapa wilayah. Kondisi atmosfer yang labil ini memperbesar peluang terjadinya hujan lebat yang disertai kilat dan angin kencang.
BMKG mencatat, dalam sepekan ke depan potensi hujan masih cukup signifikan, terutama di wilayah barat dan selatan Sumatera, sebagian besar Pulau Jawa, Kalimantan bagian utara, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua. “Pertumbuhan awan hujan diperkirakan masih akan terus terjadi karena atmosfer masih berada dalam kondisi labil,” katanya.
Pada skala global, Dipole Mode Index (DMI) saat ini bernilai negatif sebesar −1.61, menandakan pemanasan perairan di Samudra Hindia bagian timur yang meningkatkan aliran uap air ke Indonesia bagian barat. Sementara SOI positif sebesar +10.1 menunjukkan peningkatan pasokan uap air dari Samudra Pasifik menuju wilayah Indonesia.
BMKG juga memantau keberadaan Bibit Siklon Tropis 98W di Samudra Pasifik dan sirkulasi siklonik di perairan selatan Kalimantan Tengah serta barat Filipina. Kondisi ini membentuk daerah perlambatan dan pertemuan angin dari Laut Cina Selatan hingga Kalimantan Utara, Laut Jawa, Bangka Belitung, Jawa Timur, Banten, hingga Maluku Utara dan Papua bagian utara.
“Kombinasi berbagai fenomena atmosfer ini membuat peluang hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat meningkat di banyak wilayah,” ujar BMKG.
BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, termasuk hujan lebat disertai petir, angin kencang, dan gelombang laut tinggi. Masyarakat diharapkan rutin memantau informasi cuaca dan peringatan dini melalui kanal resmi BMKG, serta memastikan saluran drainase berfungsi baik agar tidak terjadi genangan air atau banjir.
(H-3)


















































