
HAMAS menyatakan akan membebaskan sandera Israel-Amerika, Edan Alexander, yang diyakini sebagai tawanan terakhir asal AS yang masih hidup di Gaza, sebagai bagian dari upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Keputusan ini diumumkan menjelang kunjungan Presiden Donald Trump ke Timur Tengah, Selasa. Hamas menyebut langkah ini juga dimaksudkan memfasilitasi kesepakatan masuknya bantuan kemanusiaan. Gaza telah berada di bawah blokade Israel selama 70 hari.
Sebelumnya, seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada BBC, kelompok bersenjata Palestina tersebut sedang melakukan negosiasi langsung dengan seorang pejabat pemerintahan AS di Qatar.
Kantor Perdana Menteri Israel menyatakan telah menerima informasi dari AS mengenai niat Hamas untuk membebaskan Alexander.
Seorang pejabat senior Palestina yang mengetahui jalannya negosiasi mengatakan kepada BBC, pengumuman dari Hamas ini dimaksudkan sebagai bentuk itikad baik menjelang kedatangan Trump. Ia menambahkan pertemuan lain antara Hamas dan para mediator dijadwalkan berlangsung pada Senin pagi untuk memfinalisasi proses pembebasan Edan.
Presiden Trump mengonfirmasi pembebasan Alexander melalui unggahan di Truth Social, menyebutnya sebagai "berita monumental" dan "langkah yang diambil dengan itikad baik".
Lahir di Tel Aviv namun dibesarkan di New Jersey, Alexander yang berusia 21 tahun bertugas di unit infanteri elite di perbatasan Gaza ketika ia ditangkap militan Hamas dalam serangan pada 7 Oktober. Dari 251 sandera yang diculik, 59 masih berada di dalam wilayah Gaza, dan hingga 24 orang diyakini masih hidup.
Lima dari para sandera di Gaza diyakini merupakan warga negara AS. Alexander diyakini sebagai satu-satunya yang masih hidup.
Upaya Capai Gencatan Senjata
Dalam pernyataannya, Hamas mengatakan pembebasan ini merupakan bagian dari upaya untuk mencapai gencatan senjata dan memungkinkan masuknya makanan, obat-obatan, serta pasokan lain ke Gaza. Hamas menyatakan ingin mencapai kesepakatan akhir untuk mengakhiri perang.
Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan dalam pernyataan bahwa pihaknya telah diberi tahu oleh AS mengenai niat Hamas untuk membebaskan Alexander "sebagai bentuk isyarat kepada pihak Amerika", dan bahwa langkah ini diharapkan memicu negosiasi mengenai sandera-sandera lainnya. Kebijakan Israel menyatakan negosiasi akan dilakukan "di bawah tekanan, dengan komitmen untuk mencapai semua tujuan perang", tambahnya.
Kelompok kampanye Forum Keluarga dan Orang Hilang menyatakan pembebasan Alexander "harus menjadi awal dari kesepakatan menyeluruh yang akan menjamin kebebasan semua sandera yang tersisa".
Mereka menyebut Presiden Trump telah "memberikan harapan kepada keluarga seluruh sandera" dan mendesak Netanyahu untuk sekarang "membawa semua orang kembali".
Hamas - AS
Hamas sebelumnya menyatakan hanya akan menyetujui kesepakatan yang mencakup penghentian perang. Pembicaraan antara Hamas dan AS berlangsung di tengah berbagai laporan yang menunjukkan meningkatnya frustrasi dalam pemerintahan Trump terhadap posisi Netanyahu. Perdana menteri Israel itu juga menghadapi tekanan di dalam negeri, dengan banyak pihak yang menuduhnya memperpanjang perang demi kepentingan politik.
Presiden Donald Trump dijadwalkan tiba di Timur Tengah pada Selasa. Israel bersumpah memperluas serangan militer terhadap Hamas jika tidak ada kesepakatan yang tercapai sebelum akhir kunjungannya.
Pejabat Israel mengatakan rencana perluasan ofensif mereka mencakup pengambilalihan seluruh wilayah secara permanen, pemindahan paksa warga Palestina ke selatan, dan pengambilalihan distribusi bantuan dengan perusahaan swasta meski mendapat penolakan dari PBB dan mitra kemanusiaannya, yang menyatakan tidak akan bekerja sama karena bantuan tampak "dipersenjatai".
Israel telah memblokir masuknya semua makanan, obat-obatan, dan pasokan kemanusiaan lainnya ke Gaza selama 70 hari, yang menurut lembaga bantuan setara dengan kebijakan kelaparan dan dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang. Israel juga melanjutkan pengeboman udara dan operasi militer lainnya sejak pertengahan Maret, yang telah menewaskan 2.720 warga Palestina menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas. (BBC/Z-2)