Ilustrasi(Dok ist)
PERUBAHAN perilaku masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi dan memproduksi konten digital mencerminkan transformasi besar dalam cara manusia berinteraksi, berkomunikasi, dan membentuk opini publik. Terkait itu,keberadaan serta kredibilitas konten kreator berperan sangat penting.
"Para kreator konten (content creators) memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa setiap karya yang diunggah memiliki nilai, kualitas, serta relevansi dengan bidang keahlian yang dimiliki," papar Prof. Dr. Keni, S.E., M.M. dalam orasi pengukuhannya sebagai
Guru Besar Tetap Universitas Tarumanagara (Untar) bidang Manajemen yang digelar di Auditorium Kampus Universitas Tarumanagara (Untar), Jakarta, Kamis (30/10).
Orasinya berjudul “Menelisik Tiga Pilar Pembentuk Preferensi Konten Digital Masyarakat Indonesia”, mengangkat fenomena sosial yang berkembang pesat di era digital. Keni mengingatkan kredibilitas seorang konten kreator menjadi faktor utama dalam membangun kepercayaan publik. "Semakin tinggi kredibilitas seorang kreator, semakin besar pula potensi pengaruh positif yang dapat diberikan kepada masyarakat luas," tandasnya.
Keni mengutarakan dalam konteks budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai kolektivitas, tekanan sosial atau subjective norm turut memegang peran penting membentuk perilaku digital. Banyak individu menonton konten tertentu bukan hanya karena minat pribadi, melainkan karena rekomendasi atau pengaruh dari lingkungan sosialnya.
Dengan demikian, perilaku digital masyarakat Indonesia sesungguhnya merefleksikan karakter sosial-budaya yang kuat dan khas.
Menurutnya, era integrasi teknologi dan kehidupan manusia telah menciptakan realitas baru, di mana konten digital tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga berperan membentuk nilai, persepsi, serta keputusan sosial dan ekonomi.
Keni mengidentifikasi tiga faktor utama yang membentuk perilaku masyarakat dalam memilih dan menonton konten digital, yaitu sikap (attitude), norma subjektif (subjective norm), dan kualitas konten yang dipersepsikan (perceived content quality). Ketiga faktor tersebut berakar pada teori perilaku terencana dan berperan penting dalam menjelaskan keputusan individu berinteraksi dengan konten di berbagai platform digital seperti YouTube, TikTok, dan Instagram.
Ditambahkannya, literasi digital dan tanggung jawab sosial penting bagi seluruh pengguna internet agar ekosistem digital tetap sehat dan produktif. Di akhir orasinya ia mengingatkan kemajuan teknologi tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab moral dan kebijaksanaan manusia dalam menggunakannya. Teknologi hanyalah sebuah alat yang diciptakan untuk mempermudah kehidupan, namun arah serta dampaknya terhadap masyarakat sepenuhnya ditentukan oleh cara manusia memanfaatkannya.
Apresiasi dan Inspirasi
Dalam sambutannya, Rektor Untar Prof. Dr. Amad Sudiro, S.H., M.H., M.Kn., M.M. memberi apresiasi pencapaian Prof. Keni. Menurutnya, dalam satu tahun kepemimpinannya menjabat sebagai rektor, Prof. Keni menjadi guru besar pertama yang dikukuhkan.
"Pencapaian ini tidak hanya mencerminkan prestasi akademik, juga dedikasi terhadap pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” tukas Amad.
Senada yang diungkapkan Rektor Untar, Ketua Pengurus Yayasan Tarumanagara Prof. Dr. Ariawan Gunadi, S.H., M.H mengakui Keni sebagai sahabat dekat yang produktif dan inspiratif: “Capaian yang diraih Prof. Keni diharapkan dapat menjadi inspirasi, tidak hanya di lingkungan Untar juga bagi masyarakat luas. Kehadiran
beliau sebagai guru besar di kampus Untar akan berkontribusi memperkuat sumber daya di ranah ekonomi dan bisnis," pungkas Ariawan
Prosesi pengukuhan Prof. Keni langsung oleh Rektor Untar dengan penyematan kalung emas sebagai simbol jabatan guru besar. Prosesi diakhiri dengan penampilan alumni Magister Manajemen Untar yang membawakan lagu persembahan.
Turut hadir Ketua Tim Riset dan Pengabdian Masyarakat Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah III, Aprie Wellandira Suhari, S.A.P., yang mewakili LLDIKTI III yang menyampaikan harapan agar kontribusi Prof. Keni sebagai profesor baru terus memberi warna bagi dunia pendidikan tinggi.(H-2)


















































