
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menyatakan sedang melanjutkan komunikasi intensif dengan produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS), Boeing. Itu dilakukan guna membahas detail kebutuhan armada baru.
Rencananya, pemerintah Indonesia membeli 50 unit pesawat Boeing sebagai syarat kesepakatan tarif bea masuk dengan AS. Sekretaris Perusahaan Garuda Indonesia Cahyadi Indrananto menjelaskan komunikasi dengan Boeing sejatinya telah dilakukan sejak beberapa waktu lalu. Namun, intensitas pembahasan kini meningkat setelah adanya dukungan dari level pimpinan negara.
“Pasca-kesepakatan antara kedua kepala negara, Garuda dan Boeing melanjutkan komunikasi secara intensif untuk membahas detail kebutuhan armada yang sesuai dengan pangsa pasar Garuda Indonesia," ungkapnya kepada Media Indonesia, Kamis (17/7).
Adapun pembahasan tersebut mencakup berbagai aspek teknis dan komersial, mulai dari jenis pesawat yang akan digunakan, waktu pengiriman (delivery), komponen biaya, hingga skema pengadaan. Cahyadi mengatakan untuk pembelian 50 pesawat Boeing akan dilakukan secara bertahap.
"Memang umumnya pembelian pesawat dalam jumlah besar dilakukan bertahap dan dalam jangka panjang," imbuhnya.
Mengenai harga pembelian puluhan armada tersebut, Garuda belum menyampaikan secara rinci. Namun, bagi perusahaan pelat merah itu strategi pembelian armada pesawat dalam jumlah besar dinilai menguntungkan karena dapat memberikan harga yang lebih kompetitif bagi Indonesia.
"Rencana pembelian dalam jumlah besar menjadi salah satu keuntungan, karena Indonesia akan memperoleh harga yang lebih bersaing," kata Cahyadi.
Dia menambahkan secara umum kesepakatan dagang RI-AS dinilai menjadi kabar baik bagi Garuda Indonesia, karena hal tersebut sejalan dengan langkah strategis jangka panjang perusahaan untuk melakukan penambahan armada menjadi sekitar 120 pesawat.
"Serta, optimalisasi jaringan penerbangan hingga 100 rute dalam 5 tahun ke depan," pungkasnya.(H-4)