
Oli bekas, buangan padat dari pengolahan kelapa sawit, popok, kemasan oli bekas, serta berbagai jenis limbah lainnya kini menjadi bahan bakar di lokasi-lokasi produksi PT Semen Baturaja Tbk (SMBR). Anak usaha PT Semen Indonesia itu memiliki lokasi produksi utama di Baturaja, Sumatera Selatan, serta juga beroperasi di Palembang, serta Panjang, Lampung.
Upaya subtitusi bahan bakar yang semula bersumber dari batu bara dengan pemanfaatan bahan bakar alternatif itu, sepanjang 2024 mencapai volume 9.401 ton. Implementasi upaya subtitusi batu bara yang dilakukan sesuai dengan regulasi itu berhasil meningkatkan nilai Thermal Substitution Rate (TSR) menjadi 3,18%,
Inisiatif-inisiatif berkelanjutan yang dilakukan Semen Baturaja itu menjadi bagian dari paparan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2024 di Jakarta, Selasa (27/5).
Optimalisasi penggunaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dan non-B3 itu sesuai komitmen Semen Baturaja pada program net zero carbon atau net zero emission (nol emisi karbon) melalui upaya penurunan emisi gas rumah kaca.
Dalam Laporan Keberlanjutan SMBR 2024 juga terungkap, upaya keberlanjutan lainnya adalah menurunkan indeks penggunaan klinker atau campuran batu kapur dan mineral lainnya yang dibakar untuk menghasilkan semen portland. Penurunan yang dihasilkan mencapai 63% pada 2023 dan menjadi 59% pada 2024.
Penggunaan klinker diupayakan diturunkan karena merupakan bahan baku yang paling banyak membutuhkan energi dan menghasilkan emisi karbon. Mengurangi klinker, pabrik dapat menurunkan biaya produksi dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Terkait limbah popok sekali pakai yang kini menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat , kini juga diolah pelaku industri lainnya menjadi pengganti material bangunan hingga mampu menggantikan hingga 40% pasir dalam pembuatan beton. Prosesnya melibatkan pencucian, pengeringan, dan pemarutan. Pemanfaatan popok lainnya adalah pada produksi paving block, hingga gel penyerap air pada industri pertanian.
Berbagai inovasi hijau yang dilakukan menjadi bagian dari kesuksesan SMBR membagikan dividen tunai sebesar Rp25,85 miliar, setara 20% dari laba bersih sebesar Rp129,25 miliar. Setiap pemegang saham akan menerima dividen sebesar Rp2,60264 per saham, sementara 80% dari laba bersih atau Rp103,4 miliar dialokasikan sebagai laba ditahan.
Direktur Utama SMBR Suherman Yahya mangatakan bahwa pembagian dividen ini merupakan bentuk apresiasi terhadap pemegang saham serta mencerminkan fundamental perusahaan yang solid. ”Ini merupakan bentuk komitmen memberikan nilai tambah pada para pemegang saham, sekaligus cerminan kinerja positif dan fundamental perseroan yang terus menguat. Kami optimistis, kinerja perusahaan akan terus bertumbuh secara berkelanjutan,” kata Suherman.
SMBR konsisten membagikan dividen tunai selama tiga tahun terakhir, dengan total nilai dividen yang terus meningkat seiring pertumbuhan laba bersih yang stabil. Sepanjang 2024, Perseroan mencatatkan kinerja yang solid di tengah terkoreksinya industri semen domestik. Pendapatan meningkat 2,5% menjadi Rp2,09 triliun dibandingkan Rp2,04 triliun pada tahun sebelumnya. Volume penjualan semen juga tumbuh 3,43%, dari 2,16 juta ton menjadi 2,23 juta ton. Laba bersih 2024 tercatat sebesar Rp129,25 miliar, naik 6,32% dibandingkan 2023.
“Langkah-langkah keberlanjutan telah mendorong profitabilitas serta daya saing kami,” kata Suherman. (X-8)