
PAKAR hukum tata negara Universitas Mulawarman (Unmul) Herdiansyah Hamzah menilai gaya orde baru yang militeristik bangkit kembali. Hal tersebut mengacu pada dijaganya Hotel Fairmont oleh prajurit TNI dan teror terhadap aktivis KontraS setelah mengkritik pembahasan revisi UU TNI.
Herdiansyah atau yang akrab disapa Castro itu mengungkapkan pembungkaman kritik dan pengerahan militer pertanda atau sinyal yang buruk bagi demokrasi Indonesia.
"Jangankan proses pembungkaman kritik, pembahasan revisi UU TNI yang dilakukan secara tertutup itu sudah menandakan bahwa prosesnya memang tidak demokratis. Ada yang hendak disembunyikan. Apa yang disembunyikan? Kejahatan mengembalikan dwifungsi TNI," kata Castro, kepada Media Indonesia, Minggu (16/3).
Castro mengingatkan soal Orde Baru yang mengawasi, mengontrol, dan berujung menimbulkan trauma masa lampau. Ia mengaku saat ini melihat sinyal demokrasi sedang terancam dengan hidupnya kembali Orde Baru dengan gaya militeristik.
"Lebih bahaya lagi kalau militer berkuasa karena militer dan demokrasi punya dua sistem yang berbeda. Satu sistem komando, satu demokratis. Dan tidak bisa disatukan dalam satu wadah. Mau tidak mau militer dikembalikan ke barak," katanya. (H-3)