Ekonomi Indonesia Diperkirakan tak Bisa Tembus 5% hingga 2026

3 hours ago 1
Ekonomi Indonesia Diperkirakan tak Bisa Tembus 5% hingga 2026 Suasana permukiman penduduk dan gedung bertingkat di kawasan Tanah Abang, Jakarta(ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)

PEREKONOMIAN Indonesia diperkirakan tidak akan mampu tumbuh menembus 5% hingga tahun depan. Ketidakpastian ekonomi dunia dan kondisi domestik yang dinilai tengah tertekan menjadi sebab laju ekonomi akan tersendat.

"Pertumbuhan ekonomi ini masih akan bergerak di bawah 5%, setidaknya sampai 2026 dan baru akan rebound di kisaran 5% pada 2027," ujar Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede di kantornya, Jakarta, Rabu (14/5). 

Ketidakpastian ekonomi global, imbuhnya, akan membuat para investor atau pelaku usaha menahan diri untuk melakukan penanaman modal maupun ekspansi bisnis. Hal itu dinilai umum terjadi ketika kondisi ekonomi dunia tengah dalam ketidakpastian dan perekonomian domestik dinilai tidak menjanjikan.

Hal yang paling penting menurut Josua, ialah bagaimana pemerintah merespons situasi tersebut. Sebab, meski peranan belanja negara relatif kecil terhadap perekonomian, namun dampak ikutan dari realisasi belanja negara mampu memacu perekonomian.

"Artinya kebijakan fiskal mesti lebih ekspansif lagi dan stimulus lebih tepat kesaran agar konsumsi dan investasi ini bisa lebih bergerak lagi. Meskipun government spending share-nya terhadap performanya tidak besar, namun bisa kita bayangkan bahwa multiplier effect-nya kepada konsumsi dan juga kepada investasi ini cukup besar," jelas Josua.

Lebih lanjut, sejatinya dampak langsung dari ketidakpastian ekonomi dunia terhadap perekonomian domestik relatif terbatas. Itu karena penopang utama ekonomi nasional tak berasal dan bergantung dari kinerja perdagangan internasional. 

Namun gejolak ekonomi dunia memiliki dampak tidak langsung terhadap perekonomian domestik yang dinilai perlu untuk diwaspadai. Itu karena kebijakan dagang AS berlaku ke hampir semua negara, terutama negara mitra dagang utama Indonesia. 

Kondisi itu telah membuat harga-harga komoditas unggulan juga mengalami koreksi. Batu bara, minyak kelapa sawit, misalnya, diperkirakan akan mengalami koreksi imbas perang dagang yang dipicu oleh Negeri Paman Sam.

"Kami melihat bahwa kondisi tahun ini memang tantangannya dari eksternal juga cukup berat, dari dalam negeri pun juga kami melihat bahwa kelas menengah, kondisi kelas menengah pun juga cukup berat," tutur Josua.

"Sehingga memang kebijakan fiskal memang perlu diambil dengan hati-hati dan manageable, sehingga harapannya kebijakan MBG ataupun nanti kebijakan investasi yang diambil oleh Danantara harapannya ini akan bisa menggerakkan ekonomi Indonesia ke depan," pungkasnya. 

Karenanya, pertumbuhan ekonomi yang melambat juga diperkirakan masih akan terjadi di triwulan II 2025 hingga akhir tahun. Pada triwulan II 2025, perekonomian nasional diproyeksikan hanya mampu melaju 4,78% dan sepanjang tahun diperkirakan tumbuh di kisaran 4,5% hingga 5,0%.

Selain karena dampak eksternal, melambatnya perekonomian domestik juga disebabkan oleh kinerja ekonomi dalam negeri yang juga tertatih-tatih. Kepala Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan Permata Bank Faisal Rachman menuturkan, salah satu sebab ekonomi domestik tampak lesu karena daya beli masyarakat bermasalah.

Hal itu tercermin dari kinerja pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan I 2025 yang melambat kendati ada momen Ramadan dan Idulfitri. "Apalagi kita juga lihat data-data yang terkait dengan mudik itu menunjukkan penurunan," jelasnya.

Karena itu dia menilai wajar jika ada kekhawatiran konsumsi rumah tangga akan kembali merosot, bahkan lebih dalam di triwulan II lantaran tidak ada momen yang mampu mendongkrak konsumsi masyarakat. Hanya, Faisal berharap konsumsi masyarakat dapat bergerak naik lantaran di triwulan II terdapat banyak libur panjang. (Mir/M-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |