
PUTRA mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, Eduardo Bolsonaro, memuji langkah Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif impor 50% terhadap Brasil. Ia bahkan mengisyaratkan sanksi tambahan bisa segera dijatuhkan, termasuk pembekuan visa dan perluasan sanksi Magnitsky kepada pejabat Brasil.
Dalam wawancara dengan BBC di Washington, Eduardo mengaku tengah menjalani “pengasingan” di AS sejak Maret 2025 karena takut ditangkap jika kembali ke Brasil. Ia melobi pemerintahan Trump untuk menghukum otoritas Brasil yang mengadili ayahnya atas tuduhan percobaan kudeta pasca kekalahan dalam Pilpres 2022 dari Luiz Inácio Lula da Silva.
Proses Hukum
Trump menuduh Brasil sebagai mitra dagang buruk dan membela Bolsonaro, menyebut proses hukum yang dijalani mantan presiden itu sebagai “eksekusi politik” dan “perburuan penyihir” yang mirip dengan kasusnya sendiri. Ia mengklaim tarif tinggi terhadap Brasil dipicu perlakuan terhadap Bolsonaro, diikuti larangan perjalanan bagi delapan hakim Mahkamah Agung Brasil, termasuk Alexandre de Moraes.
Presiden Lula mengecam kebijakan tersebut sebagai intervensi tidak dapat diterima dalam sistem hukum Brasil. Meski begitu, tarif 50% tetap berlaku sejak pekan lalu.
Kerugian Ekonomi
Eduardo menolak tudingan tak patriotik meski kebijakannya berpotensi merugikan ekonomi Brasil. “Kebebasan lebih penting daripada ekonomi,” ujarnya. Namun survei menunjukkan 79% warga Brasil percaya tarif itu akan merugikan mereka.
Fokus kemarahan Eduardo tertuju pada Alexandre de Moraes, yang sebelumnya memimpin pengadilan pemilu yang melarang ayahnya mencalonkan diri hingga 2030. Ia berharap larangan itu bisa dicabut jika komposisi hakim berubah di masa depan.
Langkah Hukum
Sementara itu, de Moraes memperketat langkah hukum. Di mana menempatkan Jair Bolsonaro dalam tahanan rumah dengan gelang elektronik, membekukan rekening Eduardo, dan melarang keduanya bertemu, dengan tuduhan berupaya melibatkan AS untuk menghalangi proses peradilan.
Eduardo mengaku menyesal atas pernyataannya pada 2019 yang menyerukan kebijakan represif ala era militer. Ia juga mengecam kerusuhan 8 Januari 2023 ketika pendukung Bolsonaro menyerbu gedung-gedung pemerintahan di Brasilia. Meski demikian, ia menilai pelaku layak mendapat amnesti karena menurutnya tindakan itu “bukan upaya kudeta”.
Mengakhiri wawancara, Eduardo menegaskan perjuangannya di AS bukan semata demi ayahnya. “Kalau kebebasan Brasil bisa diselamatkan, semua akan merasakan manfaatnya, termasuk beliau,” katanya. (BBC/Z-2)