
BADAN Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) diharapkan dapat mendorong penguatan pasar modal Indonesia. Itu karena kondisi pasar saham di Tanah Air tampak mati suri lantaran banyak investor beralih ke Surat Berharga Negara (SBN).
Penguatan pasar modal melalui Danantara dapat dilakukan dengan menempatkan sebagian dana lembaga anyar itu ke pasar modal dalam jangka pendek. Hal itu dianggap sebagai opsi terbaik ketimbang ikut meletakkan dana ke SBN atau pun pasar saham internasional.
"Menanamkan dana di pasar modal nasional merupakan salah satu opsi terbaik," ujar Ekonom dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin melalui keterangannya, Selasa (25/2).
Total investible equity di pasar modal kita, hanya mewakili kurang dari 0,2% FTSE Global Equity Index Series (FTSE GEIS). Itu artinya, investor global hanya merencanakan untuk menempatkan kurang dari 0,2% AUM-nya untuk diinvestasikan di Indonesia.
Itu jauh lebih kecil dibandingkan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Hal yang lebih mengkhawatirkan, kata Wijayanto, proporsi yang kecil itu justru semakin kecil akibat beberapa emiten besar kita dikeluarkan dari perhitungan indeks FTSE GEIS, akibat dugaan manipulasi harga saham.
Penempatan dana Danantara di pasar modal Indonesia menurutnya dapat memperbesar kapasitas sekaligus memperbaiki sejumlah aspek. "Kelahiran Danantara perlu dijadikan sebagai momentum untuk memperbaiki pasar modal kita. Perbaikan dari aspek produk, institusi, regulasi dan tatakelola perlu menjadi prioritas," jelas Wijayanto.
"Insentif dan keberpihakan Pemerintah sangat ditunggu, untuk mengembalikan pasar modal kita ke era 1990-an, di mana ia menjadi pilar penting sektor keuangan. Semoga, di samping berperan sebagai agent pembangunan, Danantara melalui pengaruhnya bisa ikut memajukan pasar modal kita," pungkasnya. (H-4)