Bukan Zona Aman, Sejumlah Kejadian Bencana masih Terjadi di Kota Cirebon

5 hours ago 1
Bukan Zona Aman, Sejumlah Kejadian Bencana  masih Terjadi di Kota Cirebon Wali Kota Cirebon Effendi Edo memeriksa kesiapan penanggulangan bencana saat Apel dan Gladi Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Banjir tingkat Kota Cirebon(MI/NURUL HIDAYAH)

SEJUMLAH peristiwa bencana terjadi sejak awal tahun di Kota Cirebon. Masyarakat pun diminta untuk tetap meningkatkan kewaspadaan.

“Kita tidak bisa lagi menganggap Cirebon sebagai zona aman. Data menunjukkan lonjakan signifikan dalam lima tahun terakhir,” tutur Wali Kota Cirebon Effendi Edo seusai memimpin Apel dan Gladi Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Banjir tingkat Kota Cirebon di Lapangan Kebon Pelok, Kamis (15/5).

Sepanjang  2024 telah terjadi 154 kejadian bencana di Kota Cirebon. Angka ini hampir dua kali lipat dari 2020 yang mencatat 88 kejadian.

Bencana yang tercatat pun beragam, mulai dari banjir, rob, tanah longsor, kekeringan, angin kencang, hingga kebakaran. Lonjakan tertinggi terjadi pada Januari, Februari, dan Desember, periode puncak musim hujan.

Pada Januari 2025 saja, lanjut Edo, banjir telah merendam 13 kelurahan dan berdampak terhadap lebih dari 58.000 warga. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, tujuh banjir besar tercatat menghantam beberapa titik di kota.

Kondisi ini mendorong Pemerintah Kota Cirebon untuk menetapkan status Siaga Darurat sejak 1 November 2024 hingga 31 Mei 2025.

Untuk mengatasinya, Pemkot Cirebon telah melakukan serangkaian langkah mitigasi. Dari sisi struktural, normalisasi sungai dan saluran drainase di titik-titik rawan, seperti muara Sungai Cipadu dan Sungai Cikalong dilakukan bersama Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung dan dinas terkait.


BNPB


Sementara mitigasi non-struktural dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat. “Kita sekarang memiliki 12 Kelurahan Tangguh Bencana yang aktif, serta satu satuan pendidikan aman bencana yang menjadi contoh baik di lingkungan sekolah,” tutur Edo.

Selanjutnya, pemkot juga telah membuat  papan evakuasi dan titik kumpul darurat telah diperluas hingga ke tingkat RW, sebagai bagian dari membangun budaya siaga di semua lapisan masyarakat.

Edo juga menambahkan bahwa ada tiga pokok arah kebijakan dalam penguatan kesiapsiagaan. Pertama, memperkuat literasi kebencanaan melalui edukasi dan simulasi di sekolah, puskesmas, dan rumah ibadah. Kedua, meningkatkan sistem deteksi dini dan respons cepat dengan penguatan posko siaga bencana di tiap kecamatan. Ketiga yaitu membangun budaya gotong royong sebagai bentuk ketangguhan sosial.

“Kesiapsiagaan bukan sekadar alat atau peralatan. Ini juga tentang komitmen, kecepatan bertindak, dan rasa empati terhadap sesama,” tuturnya.

Sementara itu, Tenaga Ahli BNPB Ary Laksmana Widjaja mengapresiasi terhadap langkah strategis yang dilakukan Kota Cirebon. Menurutnya, Kota Cirebon berada pada posisi yang rentan karena dekat dengan laut dan memiliki aliran sungai yang hulunya berada di wilayah lain.

“Perlu kesiapsiagaan dan antisipasi yang serius. Saya mengapresiasi pendekatan pentahelix yang dilakukan Pemkot Cirebon, melibatkan unsur pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia usaha, dan media. Ini menunjukkan Kota Cirebon siap menghadapi bencana, baik hidrometeorologi basah maupun kering,” tandasnya.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |