BI Nilai Ketahanan Eksternal Indonesia Kuat meski Dibayangi Tarif AS

1 week ago 19
Portal Buletin News Pagi Akurat Terpercaya
BI Nilai Ketahanan Eksternal Indonesia Kuat meski Dibayangi Tarif AS Foto udara aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Kendari New Port, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (9/4/2025).(Antara/Andry Denisah)

GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan stabilitas eskternal Indonesia tetap dan masih kuat. Itu dinilai sebagai hal positif lantaran kondisi ekonomi dunia berada dalam ketidakpastian, terutama setelah kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat diumumkan. 

Setidaknya, kata Perry, tiga hal yang membuat stabilitas eksternal Indonesia cukup baik tercermin dari defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang rendah, transaksi modal dan keuangan yang tergolong baik, dan cadangan devisa yang melimpah. 

"Ada tiga hal yang mendasari keyakinan kami, optimisme kami bahwa stabilitas eksternal ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi gejolak global tadi. Jadi, terdapat tiga indikator yang mendasari optimisme kami terhadap ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," kata Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) secara daring, Kamis (24/4). 

Pada CAS, misalnya, Bank Indonesia memperkirakan posisi hingga akhir tahun akan berada di rentang kisaran 0,5% hingga 1,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Prakiraan itu diperoleh bank sentral dengan mengacu hitungan dan standar yang berlaku internasional. 

Perkiraan CAD itu dinilai masih dalam batas aman. Sebab, BI berpegang pada batas maksimal CAD 3% dari PDB. "Negara-negara yang sedang membangun seperti Indonesia, emerging market, and developing country, sepanjang defisit transaksi berjalan itu tidak lebih dari 3%, itu kategorinya stabilitas eksternalnya tetap kuat," jelas Perry. 

Hal kedua ialah transaksi modal dan keuangan di Indonesia diperkirakan mencatatkan surplus. BI meyakini akan terjadi aliran modal masuk dan penanaman modal asing ke Indonesia, termasuk dampak positif dari kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) pada komoditas Sumber Daya Alam (SDA).

"Jadi defisit transaksi berjalan kami meyakini dapat dipenuhi dari surplus transaksi modal dan finansial, sehingga secara keseluruhan neraca pembayaran akan surplus," jelas Perry. 

Hal ketiga ialah cadangan devisa tercatat tinggi. BI mencatat posisi cadangan devisa Indonesia masih lebih dari cukup, yakni US$157,1 miliar pada akhir Maret 2025. Nilai tersebut setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri pemerintah.

"Jumlah candangan devisa ini jauh di atas standar kecukupan internasional yang tiga bulan impor. Tiga pertimbangan tadi yang menyimpulkan optimisme kami bahwa ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dalam menghadapi gejolak global kuat," pungkas Perry. (I-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |