
Dalam lima tahun terakhir, geliat kopi Banten juga mulai menunjukkan tren kenaikan yang positif. Wilayah yang dulu kurang dikenal sebagai penghasil kopi ini kini perlahan naik daun, berkat kombinasi gerakan petani muda, dukungan komunitas, dan perhatian pemerintah daerah terhadap potensi kopi lokal.
Aneka ragam kopi asal Banten ini juga dihadirkan dalam gelaran Karya Kreatif Banten (KKB) 2025 dan Digiwara Festival yang digelar di Bintaro Jaya Xchange Mall 2, Tangerang Selatan, 23-25 Mei 2025. Dalam acara yang diinisiasi oleh Bank Indonesia (BI) Provinsi Banten ini, dipadati oleh pengunjung dari berbagai wilayah sehingga menjadi ajang promosi berbagai jenis kopi unggulan Banten seperti Kopi Gunung Karang dari Pandeglang, Kopi Lebak, dan Kopi Cibeber.
Para pelaku UMKM memamerkan hasil olahan biji kopi lokal, mulai dari biji sangrai, bubuk kopi siap seduh, hingga minuman kopi kemasan siap saji.
Dalam talkshow hari ke-2 yang bertajuk Seruput Kopi Banten ‘Rasa Nikmat, Aroma Kuat’, menghadirkan sesi diskusi interaktif bersama pakar kopi dan petani kopi membahas tantangan dan potensi pengembangan industri kopi di Banten.
Salah satu narasumber, Instruktur Q Grader, Adi W. Taroepatjeka, menggarisbawahi pentingnya meningkatkan produktivitas untuk dapat menghasilkan kopi berkualitas tinggi. “Ngomongin kopi, pasti kaitannya dengan kualitas. Ada beberapa standar. Tetapi yang utama justru harus meningkatkan produktivitasnya,” ungkap Adi, Sabtu ( 24/5).
Menurutnya, produktivitas yang tinggi memastikan ketersediaan biji kopi yang cukup untuk diolah sehingga kopi dalam diteliti lebih lanjut untuk meningkatkan kualitasnya. Tanpa produktivitas yang memadai, pasokan biji kopi akan terhambat, sehingga sulit menjaga konsistensi mutu.
Hal senada juga disampaikan oleh Wildan Mustofa, pemilik Java Frinsta Estate, yang telah berhasil mengekspor kopi ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, Turki, Jepang, hingga Kanada dengan volume mencapai 200 ton per tahun. Wildan berbagi pengalamannya membangun kebun kopi berbasis praktik terbaik dari berbagai origin, baik dalam maupun luar negeri.
Ia menyebutkan tiga kunci utama dalam menghasilkan kopi berkualitas tinggi yang dapat dilakukan oleh para petani kopi Banten. Pertama, panen petik saat buah merah sempurna. Kedua, langsung memproses kopi setelah dipanen.
“Jangan di-peuyeum atau didiamkan berhari-hari ketika sudah dipanen. Harus saat fresh sehingga kami biasanya diproses langsung di kebun,” ungkapnya. Ketiga, harus bersih atau higienis untuk hasil yang lebih berkualitas.
Sementara itu, Ari Wibowo dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao menyoroti tentang strategi budidaya yang harus disesuaikan dengan kondisi iklim. Ia memaparkan negara-negara seperti Brasil dan Vietnam menerapkan sistem modern mendorong produktivitas.
“Di Brazil, mereka minim tenaga manusia. Di Vietnam, mereka pakai sistem irigasi yang fungsinya untuk mengatur penggunaan kopi. Ia juga pakai pangkas ujung untuk mempermudah pemanenan,” ungkapnya.
Dengan sistem itu, Vietnam menghasilkan 2,8 ton kopi per hektare, sementara Indonesia baru sekitar 600 kilogram. Tapi, menurutnya ini justru menjadi peluang besar Indonesia untuk mengejar ketertinggalan. Sehingga diharapkan dapat memicu pengetahuan dan semangat para petani kopi untuk terus meningkatkan produktivitas maupun kualitas kopi sebagai salah satu unggulan Banten.
Selain talkshow, KKB 2025 juga diramaikan dengan pameran produk UMKM unggulan, pertunjukan seni budaya, dan pelatihan kewirausahaan. Dalam pelaksanaan KKB dan Digiwara Festival kali ini, terdapat lebih dari 100 UMKM yang berpartisipasi yang mewakili produk-produk terbaik di Banten dari kategori makanan/minuman, fesyen, kriya, dan produk pangan olahan. Beberapa UMKM yang berpartisipasi dalam kegiatan ini telah berhasil mengikuti sejumlah event internasional.