
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrim masih mengintai sejumlah wilayah Indonesia, khususnya wilayah yang banyak dikunjungi selama libur sekolah, serta wilayah padat penduduk dan transportasi tinggi.
"Memang sengaja rilis kita sampaikan dalam konteks untuk menjaga bagaimana aktivitas libur sekolah atau wisatawan dapat termitigasi," ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati melalui konferensi pers secara daring, Senin (7/7).
Wilayah yang perlu diwaspadai meliputi sebagian besar Pulau Jawa, terutama Jabodetabek, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Maluku, dan Papua. Peringatan dini yang disampaikan BMKG ini terkonfirmasi dengan terjadinya hujan, dengan intensitas lebat hingga sangat lebat dalam beberapa hari terakhir.
"Terlihat bahwa tanggal 5 Juli 2025 hujan dengan intensitas lebih dari 100 mm per hari atau kategori lebat hingga sangat lebat. di wilayah Bogor, Mataram, dan sejumlah Kabupaten di Sulawesi Selatan seperti Bantai, Pulukumba, dan Sinjai," kata Dwikorita.
Hujan ekstrim tersebut berdampak padat banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan pohon tumbang. Hujan lebat juga terjadi di wilayah Angerang dan Jakarta Timur yang mengakibatkan genangan, kerusakan infrastruktur, dan gangguan aktivitas masyarakat. Selanjutnya pada tanggal 6 Juli 2025 hujan kembali terjadi secara luas.
Diketahui awal musim kemarau 2025 akan mengalami kemunduran pada sekitar 29% zona musim, terutama di wilayah Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Pemantauan hingga akhir Juni 2025 menunjukkan bahwa baru sekitar 30% zona musim telah memasuki musim kemarau.
Angka it, menurut BMKG, hanya setengah dari kondisi normal, di mana secara klimatologis sekitar 64% zona musim biasanya telah mengalami musim kemarau pada akhir Juni.
"Jadi sesuai apa yang diperkirakan di bulan Maret, tampaknya memang musim kemarau benar-benar mundur. Sementara itu, kondisi iklim global saat ini menunjukkan bahwa ENSO dan IOD dalam fase netral dan diperkirakan akan tetap netral hingga akhir tahun 2025," ungkapnya.
Meskipun demikian, menurut Dwikorita hasil prediksi curah hujan bulanan menunjukkan bahwa anomali curah hujan yang sudah terjadi sejak Mei 2025 akan terus berlangsung, dengan kondisi curah hujan di atas normal terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025.
"Artinya selama musim kemarau, sesuai yang kami perkirakan sebelumnya, akan mengalami curah hujan di atas normal yang harusnya terjadi di musim kemarau atau tenderung ke arah kemarau basah. Melemahnya monson Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau, turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat," pungkasnya. (H-4)